D||03

7 1 0
                                    

Langkah gusar membawa Delima ke jalan setapak nan sepi. Setelah berhasil bolos dari sekolah tanpa membawa tasnya, dengan derai tawa yang miris Delima berjalan gontai. Tujuannya saat ini adalah Mahkam sang bunda.

"kenapa Marco jahat sama gue?" tanya penuh sesak Delima lontarkan untuk angin yang berhembus sedikit kencang, seakan mengisyaratkan bahwa ia jangan bersedih.

Tes....

Cairan kental merosot indah dari hidung mancung Delima, bibirnya pucat pasi seakan warna hiduppun enggan menghiasi bibir manisnya. Kantung matanya menghitam sayu, Delima hanya tersenyum seakan sudah terbiasa dengan keadaan ini.

Langkah gontainya berhasil membawanya ke rumah abadi sang Bunda.

KIRANA AYDOMELODY nama yang terukir indah di atas nisan lusang seketika membuat tangis Delima pecah seketika

"Bunda, apa kabar?" lirih Delima dengan nada bergetar seakan derita yang ditanggungnya amat berat.

Tak ada jawaban dari pertanyaan Delima, hanya suara beberapa serangga yang dapat di tangkap oleh indra pendengarannya.

"Jelas Bunda pasti baik baik aja, kan Bunda lagi sama Tuhan." jeda sejenak "Bunda kapan jemput Delima? Delima udah capek loh nunggu bunda. Bahkan Delima rela nggak pergi cuci darah karena nunggu bunda" Secuit kepedihan mengeroggoti tubuh Delima saat mengucapkan kata tersebut. Ia benar rindu mendiang sang Bunda. Seorang yang selalu membelanya ketika tak seorang pun berada di pihaknya, lampu penerangnya walau kini sudah padam, juga seorang penasehat terbaik bagi Delima sudah tak ada lagi.

"Bunda tau? Sakit Delima udah stadium 5 loh, makanya Delima suka drop tapi nggak ada yang tau. Nggak ada yang peduliin Delima sekarang Bun, Ayah bahkan Marco seakan udah rela ngelepasin Delima" tangis Delima tak hentinya keluar di iringi rasa ngilu di kepalanya membuatnya tak kuat lagi untuk mendonggakkan kepalanya.

"Bun, Deli pamit yah Deli udah lemes banget" pamit Delima kemudian beranjak untuk pulang ke rumah.

****
sesampainya di depan rumah, Delima diam menatap pintu bercat putih di hadapannya. Berharap saat membuka pintu ini, semua kecemasannya berganti dengan kebahagiaan yang sama seperti yang di rasakannya dahulu waktu masih kecil. Tak ada tangisan dan rasa sakit yang hadir dalam hidupnya. Memang benar, semakin kita tumbuh dewasa, masalah kehidupan mulai bermunculan sedikit demi sedikit agar kita juga paham, dan itulah yang membuat Delima tak ingin dewasa.

"Loh non Deli, kenapa diam di situ?" Tegur seorang pembantu rumah tangga di rumah itu.

"Astaga non, muka non pucat sekali. Mari saya bantu masuk non" kaget Bi sum melihat kondisi anak majikannya yang terbilang sangat berantakan. Tubuhnya dingin seakan tak ada aliran darah yang mengalir di dalamnya.

Bruk..
Baru saja beberapa langkah, tiba tiba tubuh Delima ambruk mengenai ubin yang dingin.

"Astafirullo, non!" kaget Bi sum. Asistern rumah tangga berbadan gendut itu nampak linglung sendiri.

"Pa'de.. mang Diman tolong" teriak bi sum kepada satpam dan tukang kebun rumah itu untuk membantunya mengangkat tubuh kurus milik Delima.

"Kenapa lagi anak itu?" tegur Tamara yang sedang duduk manis di kursi kebesarannya.

"A..anu nonya, non Delima pingsan mukanya pucat" ucap bi sum masih dengan nada panik

"Apa nggak kita bawa ke dokter aja nyonya?" ucap Bi sum Ragu

"Halla, cuman Akting doang itu! bawa ke dokter cuman buang buang duit aja. Bawa dia ke kamarnya dan nggak usah di manja biarin aja dia" Ucap Tamara seenaknya membuat hati Bi sum murkah dan beristifar dalam hati"Tapi nyonya, non Delima kayaknya sakit parah lo" mohon nya meyakini

"Kamu mau saya pecat?"  ancam Tamara seketika membuat Bi sum diam. Jika saja ia sampai ia di pecat, siapa yang akan menjaga Delima dari kejauhan? kasihan dia tak punya siapa siapa lagi.

"Ah...tidak nyonya, kalau begitu saya pamit ke kamar non Delima"

"Ehh saya gaji kamu bukan buat jaga anak sialan itu! sekarang kamu balik ke dapur! tempat kamu di situ" ucap Tamara kasar tentu saja menohok hati bi sum. Tanpa berniat menjawab perkataan nyonya besarnya, Bi sum berbalik kembali ke dapur dengan perasaan yang perih.

Halo halo gaes...
Ketemu lagi kita😅
Semoga part ini seru buat kalian baca yah.

Maaf ngaur soalnya ini flog pertama author jadi maklum lah kalau typo di mana mana.

Bantu Dukung Author dengan cara Vote and Koment.
Salam

Verlitaelgaparanna_

DelimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang