D||25

16 1 0
                                    

Kini Delima sudah dibolehkan pulang oleh dokter setelah seminggu lebih di rawat di rumah sakit, bahkan tubuhnya sudah agak mendingan di banding hari hari lalunya.

"Kamu tinggal di rumah Oma aja dulu. Jangan tinggal sama mereka lagi oma nggak sudi" Ucap Yuni membuat Delima diam saja. Jujur Delima memang takut pada sikap tegas kedua orang tua Bundanya itu.

"Kamu lapar nggak? kamu sekarang udah boleh makan apa aja lo di banding kemarin kemarin cuman bisa makan makanan yang ijo ijo" Ucap Yuni menawarkan

"Enggak oma, Delima mau pulang aja. Soalnya ada janji sama Zino dan Hana buat kumpul di rumah. Katanya mau bahas masalah penting" Ujar Delima menolak halus.

"Ya sudah ayo kita pulang" ucap Yuka berjalan ke arah mobil.

****

Setibanya di rumah yang bergaya minimalis, Delima duduk di sofa ruang tamu sambil menyandarkan bahunya ke belakang. Sebelumnya Zino dan Hana sudah mengiriminya pesan bahwa selepas pulang sekolah nanti mereka akan langsung berkunjung ke rumah Oma Opa Delima.

"Delima, istirahatnya di kamar gih" Tegur Yuka melihat sang cucu hanya duduk di Sofa, nampaknya Delima masih sungkan dengan seisi rumah ini.

Delima tersenyum sejenak "Nantilah opa, Delima masih nunggu temen Deli" Jawab Delima.

"Emang temen kamu mau datang jam berapa?" ujar Yuka juga duduk di sebelah Delima sambil mengulumkan senyumnya

Delima melihat jam yang melingkar di tangannya sejenak 13:45 pm "10 menit mereka udah nyampe opa. Oh iya oma mana?" Tanya Delima yang tak melihat sosok Yuni lagi.

"Oma mungkin di atas, biasa lah faktor lansia jadi oma kamu suka kecapean" Ujar Yuka terkekeh.

"Heh, yang tua di sini kamu, bukan saya. Delima kamu tau sendiri kan kalau Opa lebih tua 3 tahun dari Oma" Ucap Yuni yang datang dengan pakaian dasternya dari arah dapur.

"Tapi kalau soal penampilan, Opa kau ini masih gaul di banding oma kamu" Tak terima Yuka membalas balik ucapan sang istri

"Opa ini sudah pake kacamata kemana mana masih di bilang gaul?" Balas Yuni skarsas. Apakah kelakuan Opa dan Omanya selalu saja seperti ini? mendebatkan hal yang tak berfaedah. Tapi perdebatan kecil ini mengingatkan Delima pada kejadian tempo  itu

"Berani kamu menampar Tamara? dasar wanita Tua!" umpat Erdik kasar sambil menatap tajam kearah Karina.

"Papah harusnya sadar diri, kalau papah lebih tua dari mamah. Papah juga nggak tau diri dan seharusnya tau diri kalau papah bisa sukses gini karena mamah!"   mereka.

"Heh wanita gatel, lo sadar nggak kalau papa udah tua ngapain lagi lo embet? "

Delima tertawa miris jika harus kembali mengingat kejadian itu.

"Udalah Oma, Opa! kalian kok malah debatin hal yang nggak penting? kalian nggak malu apa sama Deli yang kenyataannya lebih muda dan gaul ketimbang kalian" Ucap Delima menengahi pertengkaran kedua lansia di hadapannya.

Yuka dan Yuni terdiam sejenak mendengar penuturan sang cucu.
1

2

3

Tawa keras keluar dari mulut Yuni dan Yuka, di susul Delima yang tak kalah pecah.

Tok..Tok..

Ketukan pintu itu seketika meredakan  tawa yang mengisi kekosongan ruang itu.

"Hana, Zino!!" Ucap Delima berhambur memeluk Hana saat telah membuka pintu. sedangkan Zino lebih memilih menyalim Yuka dan Yuni secara bergantian.

"Ini oma opa, kita ada bawa sedikit buah tangan" Ucap Zino menyodorkan keresek berwarna putih kepada Yuni dan di terima saja olehnya.

"Duduk, nggak usah sungkan" Ucap Yuka mempersilahkan.

"Gimana sekolah kalian?" Tanya Delima dengan senyum riangnya.

"Baik, tapi sayang lo nggak ada. Munggu depan kita udah ujian lo Del" Ucap Hana riang.

"Oh ya?" Ucap Delima menangapi.

"Eh ehh... lo tau? Irin and the geng di gepak dari sekolah" Ucap Hana blakblakan. wajar saking senangnya

Delima mengerutkan dahi "Emang bisa? bukannya itu nggak boleh ya merekan kan udah kelas Xll?"

"Kan perbuatan mereka udah melewati batas wajar, elo tau Del siapa yang bawa kamu sampai ke tengah jurang waktu itu?" ucap Zino serius. Tatapannya tertuju pada 2 objek yang ada di hadapannya, Yuka dan Delima.

Delima terdiam saja, jika ia kembali di ingatkan tentang tragedi itu jujur Delima Parno sendiri. Tentulah Delima tau perbuatan siapa yang menyebabkan Deliam hampir mati di tengah jurang yang gelap. Jujur ia juga benci, apa karena hanya Marco irin nekat berbuat demikian?

"Siapa?" Tanya Yuka dengan tatapan dingin. Ada raut tak suka terkandung di dalamnya.

"Irin, Clodi, cindy sama Fika. Menurut penjelasan Cindy, kalau mereka bertiga hanya ikut ikutan saja dan Irin menjadi dalang dari semua ini" jelas Zino

"Tapi, ada isu dari anak anak kalau pak utomo ada bilang ke mereka, kalau Irin juga ada yang nyuru buat ngelenyapin elo Del" lanjut Hana

"What? kok jadi berbelit belit, nggak ngerti gue" Ucap Delima bingung.

"Intinya Irin di suruh sama seseorang buat ngehancurin elo, gue nggak tau orangnya tapi pasti orang sekitar lo Del" Ucap Hana menjelaskan.

"Siapaun orangnya saya nggak akan biarin dia menyakiti cucu saya!" Yuni mulai bersuara.

"Gue juga heran, Delima dapat musuh dari mana sih? kalau yang iri sih pasti ada tapi kalau musuh?" Hana bermonolog sendiri. Hidup sebagai Delima tidaklah muda.

Siapapun dia yang menyakitimu, jangan di balas. Tunggu saatnya dia akan kacau sendiri.

Delima Aydomelody_

1 kata  buat part ini.....
.
.
.
Gimana peran Hana?
zino?
Delima?

Jangan lupa Vote and komen.

Follow akun Ig Saya
@Verlitaelgaparanna_

Salam
🖑

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DelimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang