If It's You

831 74 7
                                    

Hai!! Selamat membaca ya gais.

Dongdaemun.

Jeno melepas topi yang sedari tadi menutupi wajahnya. Matanya menyapu jalanan di Dongdaemun yang sangat ramai saat siang hari. Banyak turis baik lokal maupun mancanegara yang berkerumun di sana, menjejali street food atau sekedar ber-window shopping, membuat lelaki muda itu sedikit kesulitan menemukan sosok yang tadi meminta untuk dijemput.

Ia menyipitkan mata, kemudian membuka jendela mobil. Tapi sayang ia justru tidak menemukan  sosok yang ia cari.
Tidak putus asa, Jeno meraih ponselnya kemudian menelepon sosok tersebut, tapi tak kunjung diangkat.

Jeno mendesah pelan. Apa mungkin dia merajuk karena Jeno terlambat menjemput? Tapi terakhir di telepon, ia sudah berjanji akan menunggu hingga Jeno tiba.

"Nomor yang Anda tuju tidak menjawab. Cobalah beberapa saat lagi." Alih-alih diangkat, malah suara operator yang menemani Jeno.

Jeno lagi-lagi menghela nafas. Ada rasa kecewa yang meluap di pelataran hatinya. Ia bukan merasa kecewa atas sikap sosok yang sekarang bernaung di hatinya, melainkan pada dirinya sendiri.

Pertama, Jeno merasa dirinya belum cukup baik dalam mengekspresikan rasa sayangnya pada sosok itu. Dan kedua, ia begitu kesal pada dirinya lantaran Thal masih bersarang di kepalanya.

"Kalau keputusan terbaik kalian adalah putus, kenapa lo malah lesu?"

Jeno tersenyum dengan sebelah bibir yang terangkat.

Pertanyaan yang keluar dengan lancar dari mulut Jaemin, seolah menampar dirinya sekarang. 

Bener, harusnya gue ngerasa happy.
Bener, gue semestinya tenang.
Tapi kenapa gue jadi emosi dan malah mikirin mantan terus-terusan sih??

Semestinya,  ia juga tidak perlu merasa bersalah karena telah meninggalkan Thal. Toh, memang sudah menjadi keinginannya.

Tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Ah sudahlah! Jeno buru-buru menepis semua perasaan mengganjal itu. Lebih baik ia merapihkan diri sebelum bertemu pujaan hati. Mungkin jika ia mencarinya sendiri, ia akan bertemu dengan sosok yang ia cintai itu.

"Mau saya tunggu Tuan?" tanya Supir Jeno, membuyarkan perasaan nggak enak yang sejak tadi memberondong pikirannya.

"Nggak usah, Pak. Nanti saya telepon aja," jawab Jeno seraya membuka pintu mobil.

Sesudah mobil Jeno melaju, Jeno berdiri di tepi jalan dan berhenti di dekat lampu merah. Ditekannya sekali lagi nomor yang ia tuju.

Namun lagi-lagi tidak diangkat oleh perempuan itu. Akhirnya, Jeno memutuskan untuk mengirim pesan pada kekasihnya.

🐰: "Sayang, kamu dimana? Aku udah sampai. Kamu ada di tempat makan kah? Kasih tau aku alamatnya aja."

Satu menit...
Dua menit...
Tiga menit...

Perempuan itu tak membalas pesan dari Jeno.

Ini sungguh aneh. Jeno sangat mengenal sifat sosok perempuan itu yang selalu merespon pesannya dengan cepat. Tapi ini kok...dia malah menghilang?

Apa terjadi sesuatu pada Xavi? Jeno membatin. Perasaannya mendadak khawatir mendapati Xavi yang tiba-tiba saja tidak merespon semua pesan dan telepon darinya.

Ia ingin menghubungi manajer Xavi, tapi sayang Jeno tidak memiliki nomor manajernya. Lagipula hubungan mereka masih dirahasiakan sampai saat ini. Kalau gini...gimana cara ia bisa menghubungi Xavi?

Will you be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang