Stick With You

165 25 3
                                    

One month being Mark's - Another Form for Love.

Notes: Chat para member akan menggunakan harsh word. Jangan ditiru ya. Ini fiktif  doang. Ok?

At school, 5 years ago.

"The greatest feeling is when your best friend turn into your lover."

Dulu salah satu teman sekelas Thal pernah mengatakan hal itu padanya. Tapi ketika ia mendengar kisah sang teman yang bercerita bagaimana ia begitu bahagia karena berpacaran dengan sahabatnya sendiri, Thal justru mencibirnya. Menurut Thal, jika sudah bersahabat dengan seseorang apalagi lawan jenis, mustahil akan jatuh cinta.

Ia sudah terbiasa bertingkah konyol di depan sahabat laki-lakinya, bahkan sifat buruk dan baiknya juga mereka sudah tahu. Apa tidak cukup?

Bukankah akan terasa tidak nyaman nantinya? Benak Thal bertanya-tanya.

"Lo salah, Thal. Justru lo akan merasa jauh lebih nyaman dan dicintai sepenuh hati karena dia udah tau baik dan buruknya sikap lo," terang temannya itu.

"Tapi aneh banget nggak sih? Emang lo nggak ngerasa canggung setelah itu?" tanyanya heran.

"Justru 'kecanggungan' itu yang bikin gemes tau, Thal. Asli, transisi dari kalian sahabatan ke pacaran itu nggak berasa. Nggak kayak pacaran, tapi ya status kalian ganti aja jadi pacaran."

Thal memandang sahabatnya sambil menggeleng heran. "Hahaha. Gue nggak kebayang aja kalo itu kejadian di gue," selorohnya sambil mengernyitkan alis.

"Sama siapa?" tanya temannya antusias. Mata teman Thal sedetik kemudian beralih ke Mark yang tampak begitu telaten menggambar denah untuk melukis tiga dimensi.

"Dia?" cibir Thal sambil menahan tawa yang sedikit lagi pecah. "Gue? Sama Mark Lee?" katanya setengah berbisik.

"Ya nggak bakal lah! Dia terlalu baik-baik. Bukan tipe gue," ujar Thal cuek. Mark yang menyadari namanya disebut langsung menengok ke sumber suara.

"Apa lo?" pelotot Thal galak. Mark hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil.

"Dih, ntar kalo dia udah debut, dia tuh bakal diinginkan sama jutaan perempuan. Lo emangnya nggak ngiri, Thal?" tanya sang teman heran.

"Ngapain." Thal menyanggah tegas sambil mengunyah permen karet. "Mark kan sayang banget sama gue sebagai temen, jelas dia bakal minta persetujuan dulu sama gue, lah, sebelum macarin orang."

Mark melirik Thal diam-diam sambil menyunggingkan senyum kecil. Anehnya ia tidak sama sekali terganggu dengan jawaban Thal yang angkuh itu dan membuat Mark bersemangat menggoda Thal.

"Ngapain gue minta izin sama lo? Emang lo pikir lo orang tua gue?" balas Mark dengan wajah yang sengaja ia pasang ketus.

Mata Thal melotot ketika mendengar jawaban yang dilontarkan Mark.

"Liat aja lo ya, Mark! Suatu saat lo pasti bakal minta izin ke gue buat macarin cewek! Atau kalo enggak, lo yang ngemis-ngemis ke gue minta gue pacaran sama lo!"

"Jangan kepedean lo, Thal," timpal temannya seraya menertawakan rasa percaya diri Thal yang agak berlebihan. Temannya itu lantas bangkit dari kursinya lalu keluar kelas.

Entah ada magis apa dibalik ucapan Thal. Rasanya sulit dipercaya bahwa apa yang ia bilang semasa sekolah itu kini terjadi dalam hidupnya.

-----

Thal's dreaming date with Mark - Ngerasain gandengan tangan sama Mark.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Will you be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang