Bittersweet Love

228 38 4
                                    

"Gue harus jawab "Iya" ke lo tentang apa?" sahut Mark ketika memerhatikan Thal mulai agak tenang.

Thal tersenyum pedih. "Iya tentang semuanya, Mark. Semua yang lo sembunyikan di belakang gue. Lo bilang kita sahabatan, tapi lo nggak
pernah jujur sama gue."

"Gue udah jujur banyak hal ke lo, apa masih nggak cukup?"

"Alesan lo diemin gue, pasti bukan karena sibuk kan?" selidik Thal. Mark tampak diam, namun Thal tahu raut wajahnya gelisah.

"Gue..."

"See? Mark lo tuh nggak bisa bohongin gue."

"Gue aja nggak niat bohongin lo, Thal."

"Mungkin lo nggak niat ngelakuin itu, tapi tanpa sengaja lo lakuin itu. Dan bikin gue tersiksa."

Mark terhenyak mendengar jawaban Thal. Dalam sepersekian detik, ia ingin sekali memeluk Thal erat. Ingin berbisik lembut padanya dan mengutarakan perasaan yang sudah lama ia pendam.

Tapi rasanya situasi saat ini tidak tepat. Ia merasa Thal sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Dan merasa, Thal sedang defensif terhadap dirinya.

"Gue paham. Tapi bisa nggak sih lo jujur sama gue soal apa yang belakangan terjadi sama lo?"

"Yang nggak gue ngerti, kenapa lo harus libatin orang lain ditengah-tengah kayak gini."

"Gue nggak ngelibatin siapapun, Mark! Jangan nuduh yang enggak-enggak."

"Kenapa lo bawa-bawa Mina?"

"Kenapa lo marah? Gue aja cuma nanya."

"Please, Thal. Lo tuh unreasonable banget!"

"Ya makanya kenapa sih lo susah banget ngaku kalo lo EMANG LAGI DEKET SAMA DIA?"

"Deket sama Mina? Itu udah dari dulu, kali!"

"Nah! Itu. Itu yang gue tunggu dari tadi. Thanks for answering that."

Thal hanya tersenyum miring. Ia berdecih sedetik, lalu kembali mengelap piring yang ia cuci. Dadanya tiba-tiba sangat sesak mendengar pengakuan Mark. Tapi harusnya dia lega, kan? Artinya dia bisa menentukan pilihan sekarang.

"Thal, lo nangis?" tanya Mark bingung. Ia melihat Thal mengelap ujung matanya.

"Enggak, gue bersihin mata gue. Tadi malem gue pake maskara."

"Jangan bohong, Thal. Lo dari tadi koar-koar minta gue jujur sama lo, sekarang, bisa-bisanya lo.."

"Lo udahan kan sarapannya? Cepet sana pergi, entar lo dicariin sama member lain," potong Thal tanpa sama sekali menoleh ke Mark. Rambut panjang Thal menutupi wajahnya.

"Ngusir gue?"

"Gue nggak ngusir. I'm just trying to be a good friend for you. Lo bilang lo bukan temen yang baik buat gue, jadi biar gue aja yang jadi temen yang baik untuk lo."

Mark terkesiap mendengar pernyataan Thal. Mungkin tadi ia terlalu keras terhadap perempuan itu.

"Thal, gue nggak maksud.. I'm sorry. Maafin gue..."

"Udah buruan, mana gelas lo? Biar gue cuci."

"Ngadep sini dong."

"Nggak. Gue belum pake skincare."

Mark tidak menanggapi balasan Thal. Ia justru berjalan menuju ke arah Thal yang sedang menyibukkan dirinya dengan mencuci piring gelas dan alat masak usai menyiapkan sarapan.

"Taro aja disitu. Abis itu lo..."

Tanpa menanggapi omongan Thal, tangan Mark sudah berselancar lebih dulu menyibakkan rambut panjang Thal yang terurai dan masih setengah kering.

Will you be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang