"Because I Love You, Princess." - Mark Lee

1.1K 91 28
                                    

Thal terbangun dari tidurnya setelah ia puas menangis semalaman. Matanya tampak bengkak, dan rambutnya acak-acakan.

Rasanya masih seperti mimpi aja, batin Thal berkata. Tatapan mata Thal terlihat kosong, hidupnya pun tak bergairah. Ia bergolak-golek di kamar, menarik selimutnya dan menutup seluruh badan. Pilu yang dirasa oleh hati Thal belum bisa terobati.

Biasanya, ada notifikasi yang selalu dinanti Thal setiap pagi.

Ya, notifikasi dari Lee Jeno. Voice recording dari Lee Jeno. Semua yang berhubungan dengan Jeno masih pekat menempel di kepalanya.

Namun mulai hari ini, Thal harus membiasakam diri untuk berhenti menunggu.

Menunggu balasan dari Jeno, menunggu sapaan dan telepon dari laki-laki itu.

Berat sekali rasanya...dada Thal seperti dijejal ratusan benda... Ia yakin ia tidak bisa melaluinya sendiri.

Thal menyalakan ponselnya. Ada ratusan notifikasi yang masuk. Tapi kebanyakan dari grup-grup kampus yang ricuh karena mendapat nilai jelek dari Pak Doyoung, dosen mereka yang terkenal sangat pelit nilai. Tidak ada notif dari Lee Jeno, cukup menjadi jawaban atas patah dan hancurnya hati Thal karena pria itu.

"...Hhh..." Helaan nafas terdengar pelan dari Thal. Diteguknya air putih agar ia membantunya berpikir jernih. Apakah itu bekerja? Tentu tidak. Hati, pikiran dan tenaganya masih tertuju pada satu nama, Lee Jeno.

Thal terpaksa meraih ponselnya lagi untuk sekedar menyibukkan diri. Astaga...Thal teringat sesuatu, hari ini adalah tanggal penting.

11 Mei adalah tanggal meninggalnya orang tua Jeno. Saat Thal masih remaja dulu, Thal datang mendampingi Jeno ke pemakaman orang tuanya.

Thal terisak melihat Jeno menahan tangis demi terlihat tegar di depan adiknya, Ara. Ia yakin batin Jeno tentu tidak sekuat itu. Bagaimana ia terus menundukkan kepala sambil membawa foto ibunya dan melangkah dengan gagah menuju tempat pembakaran.

Thal tidak melepas genggaman tangan Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thal tidak melepas genggaman tangan Jeno. Tidak lupa, Thal juga memeluk dan mengelus lembut kepala pria itu. Dibiarkannya cowok itu menangis meraung-raung di depan Thal. Dia begitu menyayangi Jeno, melihat kondisinya terpuruk, hati Thal seperti tersayat pisau tajam.

Saat upacara pemakaman berakhir, Thal menemani Jeno pulang ke rumah.
Laki-laki itu berlutut di depan kursi kesayangan sang ayah, kemudian mulai menangis hebat. Jeno yang gagah, yang kala itu sedang meraih mimpi besarnya sebagai artis, harus menerima kenyataan pahit jika kedua orang tuanya telah pergi selama-lamanya...

"Thal disini Jeno," lirih  Thal terus menerus, sambil mengelus pundak Jeno. Lelaki muda itu tidak bisa berhenti mengigau setiap kali matanya terpejam. Thal dengan sangat sabar menemani Jeno dan menepuk-nepuk pundaknya hingga Jeno dapat kembali tertidur tenang.

Will you be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang