Small Talk Lot of Meanings

222 40 6
                                    

"Ya udah. Gue besok jalan sama Jeno, ya?" tanya Thal hingga membuat Mark kehilangan kata-kata. Rahangnya langsung mengeras.

"Gue lagi nggak mau bercanda, Thal," balas Mark serius. Tangannya menurunkan tangan Thal yang sejak tadi menyelinap di lengan atletis miliknya.

"Ih, kok malah dilepas sih, Mark?" seloroh Thal sebal.

"Manja lo ah," balas Mark, namun kembali meletakkan tangan Thal dibalik lengannya.

"Lucu tau, kita kayak kakek-nenek yang ada di depan." Thal berkata seraya mengalihkan pandangan ke depan. Terlihat sepasang suami istri yang sudah cukup berumur, berolahraga ringan dengan posisi tangan yang sama dengan mereka berdua.

"Lo ngetes gue, kan?" tanya Mark, mengacuhkan kata-kata Thal.

"Gue nggak semenyedihkan itu," tandas Thal.

"Yes you are, Thal. You are less than pathetic."

"Kok lo ngomongnya gitu sih?"

"Kalo lo dari tadi cuma mau ngetes gue doang, mending lo ikut ujian dapet liscense aja," sungut Mark.

"Mark, you look so cute when you are jealous."

"Dan lo bikin gue frustasi pas lo cemburu," Mark akhirnya tersenyum sambil menggeleng heran.

"Bukan frustasi, lo-nya aja yang nggak ngerti gue. Hahaha, nggak adil ya?"

"Dikit. Tapi ya udahlah, asal Princess gue seneng."

"Hehehe, makasih my enemy."

Pagi itu berjalan begitu cepat, meski Thal sudah mencari cara agar Mark bisa lebih lama menghabiskan waktu dengannya, Mark tetap harus bekerja.

Tidak banyak yang bisa Thal simpulkan dari pembicaraan mereka berdua. Meski demikian, Thal merasa bersyukur, karena setelah sekian lama ia tak berbicara dengan Mark, justru kini mereka menjadi lebih dekat.

Thal tahu tidak mudah bagi Mark untuk mengutarakan perasaannya. Cowok itu dari dulu memang payah jika berurusan dengan percintaan. Thal memakluminya karena Mark adalah pribadi yang introvert.

Thal tak mau berekspektasi lebih. Baginya bisa menghabiskan waktu berdua seperti ini dengan Mark sudah lebih dari cukup.

"Kok lo jadi diem aja, Thal? Masih laper?" Pertanyaan Mark memudarkan lamunan Thal.

"Nggak, lah. Lo kalo ngambil kesimpulan kenapa harus gue laper melulu sih?" protes Thal. "Gue kan nggak banyak kalo makan."

Mark tertawa renyah, "Kayak gue nggak tau aja lo malem-malem makan ramen dua bungkus."

Thal tertunduk malu, menyibakkan poninya sendiri. Wajahnya pun bersemu merah.

"Gue seneng banget hari ini, Markeolli. Gue harap lo mabok tiap hari, biar bisa dikirim ke rumah gue. Hehehe."

Mark berbalik arah dan berdiri di depan Thal. Sejenak Thal agak mundur ke belakang, karena masih menyesuaikan diri dengan sikap Mark yang bisa saja mengguncang jantungnya setiap saat.

"Pantes aja Jaehyun Hyung berisik banget di grup," ucapnya seraya memijat-mijat kepalanya.

"Oh, udah tau siapa pelakunya?" sahut Thal tertawa kecil. Namun ketika Mark kembali berjalan di sampingnya, Thal menyadari ada sesuatu yang aneh di wajah Mark.

"Kumis lo kenapa jarang-jarang gini?" Jari Thal spontan menyentuh bibir Mark. Jarak tubuh mereka pun kembali dekat, seperti saat keduanya berada di dapur tadi.

Will you be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang