Rio kembali menangis mengingat perpisahan nya dengan Jennie yang resmi terhitung mulai dari hari ini, dia meringkuk dibawah shower, menyembunyikan tangis nya diatas kedua lengan yang memeluk lutut nya.
"Jennie-ahh" rancau nya terus memanggil nama sang mantan istri, Seulgi dan Rose hanya bisa menunggu dengan cemas di depan tv.
Sejam berlalu, Rio keluar dari kamar nya dengan mata sembab, membuka kulkas dan mengambil sebotol soju dingin, lalu menenggaknya sampai habis dalam sekali minum, Seulgi dan Rose hanya membiarkan nya saja, mereka mengerti dengan suasana hati Rio saat ini.
Sementara Jennie pun tak kalah kacau nya, dia keluar rumah dengan mobil nya dan melaju membelah jalanan menuju ke sebuah club malam di Gangnam, dia memesan begitu banyak minuman beralkohol untuk melupakan sejenak rasa sakit di hatinya, Jennie menjadi liar diatas lantai dansa, manager unnie yang mendapat laporan dari seorang bartender night club yang Jennie kunjungi pun segera menelpon Jongin untuk menjemput Jennie, tentu saja Jongin tak keberatan, karena ini adalah saat yang telah dia tunggu begitu lama.
"Jennie, ayo kita pulang, kamu sudah mabuk berat" ajak Jongin yang sudah sampai di night club.
"Rio-yaa, kamu datang untuk ku sayang" Jennie yang mabuk berat mengira Jongin adalah Rio, dia menurut saat pria itu membawanya keluar dari hingar bingar klub malam, dan pasrah untuk dibawa pulang.
Di rumah nya pun Jennie masih terus merancau.
"Rio-yaa, tak rindukah kamu pada ku? Kamu sudah lama tak menyentuhku Yeobo" rancau Jennie saat Jongin memapahnya ke kamar pribadi milik sang wanita.
"Aku merindukan mu Jennie-ahh" bisik Jongin menirukan cara Rio dalam menyebut nama Jennie, pria itu memanfaatkan situasi dan keadaan, dia menyeringai mesum, lalu mulai melucuti baju ditubuh sang wanita.
Jleb
Jongin mulai memasuki tubuh Jennie yang tersentak, tubuhnya menegang.
"Rio-yaa, ooouughhh. . . " erang Jennie yang mengira sang suami lah yang tengah menyetubuhi nya.
Sementara ditempat lain, Rio pun juga tengah meneriakan nama sang mantan istri disaat yang bersamaan.
"JENNIE-AHH. . . . " Rio berteriak sambil mengepalkan kedua tangan nya, ditepi kolam renang belakang rumah, untuk meluapkan segala rasa sakit, sesak, rindu dan sedih yang sudah menggunung dalam hati nya.
Pagi nya Jennie terbangun, dia tak merasa curiga sama sekali, karena Jongin sudah pergi dari rumah Jennie, dan sampai saat dia hendak mencuci muka di wastafel, Jennie menemukan tanda merah di leher nya.
Deg
Hati nya terjengkit, jantung nya berdebar cepat, dia tahu betul tanda apa itu, dan dia yakin bukan Rio pelaku nya, karena Rio tak pernah meninggalkan bekas di area terbuka saat mereka sedang bercinta.
Dengan langkah gugup, Jennie berjalan ke ruang kerja Rio untuk memeriksa cctv, guna memastikan siapa pria yang memasuki rumah nya semalam.
Bruk
Jennie jatuh terduduk, tangan kanan nya menutup mulut nya yang menganga tak prrcaya, melihat Jongin lah yang memapah nya mamasuki rumah, dan pria itu terlihat baru keluar dua jam kemudian, air mata Jennie kembali menetes, menyadari kebodohan nya, tubuh nya lemah.
"Kenapa dunia rssa nya berlaku tak adil pada ku" tangis Jennie sambil merendam tubuh nya di buthtab, dia merasa kotor karena ada pria lain yang telah menyentuh nya selain Rio, terlebih, pria itu bukan lah orang yang dia cintai, cinta nya tetaplah milik Rio seorang.
Dan Rio kembali hendak meneguk soju, tapi Rose sudah terlebih dahulu menahan nya.
"Cukup Rio, jangan bodoh" ucap Rose tajam.
"Biarkan aku minum Chaeyoung-ahh" Rio menepis tangan Rose.
"Ingat Jenno" ucap Rose.
Rio langsung terdiam, dia menutup kedua mata nya agar tak menangis mengingat putra semata wayang nya itu.
"Lepaskan Jennie, dan fokus lah pada Jenno, dia masih membutuhkan bimbinganmu" bujuk Rose, pelan dia mengambil alih botol soju dari tangan Rio yang tak menahan nya.
"Yaa benar, aku merindukan anak ku, dia masih membutuhkan aku" lirih Rio
"Temani aku menjemput nya" pinta Rio
Dan sore nya, Rio ditemani Rose mendatangi sekolah sang putra, Jenno mematung menatap mobil sang ayah, Rio dan Rose pun keluar.
"Boy" sapa Rio dengan wajah sumringah nya, menghampiri sang putra, dan saat dia ingin memeluk Jenno, bocah itu mengelak.
"Aku kecewa pada dadd, aku benci daddy" ucap Jenno tajam, dia kemudian berlari meninggalkan Rio yang menganga tak percaya dengan penolakan sang putra, pikiran Rio terasa kosong, air mata nya kembali menetes, perkataan Jenno telah melukai hati nya, sang putra tiba-tiba berubah, menjadi sangat membenci nya, Rio menatap gelisah pada Rose yang membimbing nya masuk ke mobil.
"Aku tak salah dengar kan Chaeng? Dia mengatakan itu pada ku?" Tanya Rio masih tak percaya, Rose menggeleng.
"Ya Tuhan, putra ku sendiri pun membenciku Chaeng" keluh Rio dengan suara bergetar, dia menyandarkan kepala nya sambil menggeleng tak percaya, karena posisi nya, Rose lah yang menyetir mobil Rio saat ini, pria itu terus melamun memikirkan perkataan dan penolakan Jenno yang menyiksa hati nya.
Diparkiran tempat shooting, Jennie datang disambut Jongin yang begitu merindukan sang wanita, tapi Jennie turun dari mobil nya dengan wajah marah.
Plak
Dia langsung menampar Jongin yang terkesiap dengan perbuatan Jennie.
"Dasar bajingan" Jennie mengamuk, menghujani pukulan ke tubuh Jongin.
"Jennie, Jennie dengar dulu penjelasan ku" Jongin menahan kedua tangan Jennie yang terus berusaha memukul nya, pria itu langsung memeluk Jennie.
"Kamu lupa? Jika semalam kamulah yang memintaku untuk menyentuhmu?" Bohong Jongin, Jennie nampak berusaha mengingat kejadian semalam.
"Kamu yang melarangku pulang setelah menjemput mu dari night club, aku sudah menolak nya, tapi kamu memaksaku untuk menyentuhmu Jennie" Jongin melanjutkan kebohongan nya, meski Jennie gagal mengingat nya dia percaya dengan penuturan Jongin dan membalas pelukan pria itu.
"Jangan takut, jika terjadi sesuatu, aku akan menikahi mu, karena aku mencintaimu" Jongin semakin mengeratkan pelukan nya, dan bodoh nya Jennie, dia selalu mempercayai setiap kata yang keluar dari mulut Jongin.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story
Fanfictionkisah cinta dan rumah tangga Jenlisa yang diselipi orang ketiga, rasa cinta yang berlebihan, mampu kah menjadikan nya sebagai pegangan untuk mempertahankan biduk rumah tangga yang sudah mereka bina lebih dari satu dekade.