Jennie menatap Rio harap-harap cemas, menunggu sang pria memberi jawaban.
"Jennie-ahh, malam disaat aku mendatangi mu untuk menjemput Jenno saat itu, adalah malam terkejam bagi ku, melihat mu dengan tanda itu, membuat hatiku hancur, dan sekarang, seseorang telah mampu menyusun kembali kepingan hati ku, maaf Jenn, aku tak bisa memberimu kesempatan, aku mencintai orang lain" jawab Rio melepas tangan Jennie yang menggeggam tangan kanan Rio.
Ceklek
Seulgi tiba-tiba masuk ke dalam kamar Jennie setelah dari toilet.
"Rose kemana?" Tanya Seulgi celingukan mencari keberadaan sahabatnya itu.
"Rose?" Rio menoleh menatap bingung pada Seulgi sambil mengerutkan kening nya.
"Iya, aku melihat dia datang kemari tadi saat aku ke toilet" jawab Seulgi, Rio langsung berdiri, dia khawatir pada sang kekasih yang mungkin saja salah paham dengan nya, tanpa pamit dia meninggalkan Jennie, disusul Seulgi dibelakang nya, wanita itu kembali menangis melihat Rio yang pergi begitu saja demi Rose.
Rose berdiri di tepi kolam renang sambil menangis, menyesali kebodohan nya yang langsung mengiyakan ajakan Rio kala itu.
"Ternyata rasa nya sesakit ini" gumam nya sesenggukan, Rio masuk ke rumah nya, dengan perasaan gelisah, dan was-was.
"Chaeyoung-ahh" teriaknya, tapi Rose tak menyahut.
"Rio" Seulgi memanggil boss nya yang mencari keberadaan sang gadis di kamar nya, Rio menoleh, Seulgi menunjuk dengan dagu nya kearah Rose.
"Chaeyoung-ahh" panggil Rio melunak.
Byur
Gadis itu menjatuhkan tubuh nya ke dalam kolam renang.
"CHAEYOUNG-AHH" teriak Rio lagi, dia berlari menghampiri sang gadis
Byur
Dia ikut melompat menceburkan diri kedalam air, untuk menolong Rose.
"Huft. . . Hhhhh. . . Uhuk. . . Uhuk. . . Uhuk" Rose menarik nafas dalam-dalam lalu tersedak air yang terminum tanpa sengaja, Rio mengangkat dan membaringkan tubuh Rose ditepi kolam, sementara tubuh Rio sendiri masih berada di dalam air.
"Aku mencintaimu Rio, aku mencintaimu, tapi kenapa harus sesakit ini?" ungkap Rose dalam tangis nya yang hebat, Rio langsung mendekap kepala sang gadis.
"Aku juga mencintaimu Chaeng, aku dan Jenno mencintaimu" balas Rio, rose masih sesenggukan.
"Bohong" bentak Rose dalam tangis nya.
"Apa bukti nya? Kamu lebih peduli pada Jennie dan mengabaikan ku" Ketus Rose marah, Rio menangkup kedua pipi chubby sang gadis.
"Jangan salah paham, aku menolak ajakan Jennie untuk kembali, aku kalut kala itu karena aku memikirkan Jenno, yang masih membutuhkan ibu nya" jelas Rio, Rose terus menatap bola mata Rio, karena jika pria itu berbohong, akan terlihat dari pergerakan kedua mata nya.
"Mengenai perhatianku pada nya, itu agar dia memiliki semangat hidup dan tak melakukan hal konyol lagi, percaya pada ku, aku selalu datang dengan Seulgi, biasanya aku hanya menaruh makanan yang kubawa di nakas nya, aku menyuapinya juga baru kali ini" jelas Rio panjang lebar.
"Mulai besok, aku akan membatasi interaksiku dengan nya, karena aku mencintaimu, aku ingin menjaga perasaanmu" tutur Rio
"Aku percaya pada mu" balas Rose dengan mata sendu nya karena habis menangis.
Cup
Rio pun mencium bibir sang kekasih, melumat bibir bawahnya, mengulum dan menghisap lidah hangat sang gadis yang tak mau mengalah, dia juga membalas lumatan dan kuluman pada lidah sang pria, Seulgi yang sedari tadi menyaksikan adegan itu pun hanya bisa menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.
"Aku jadi merindukan tunangan ku" batin nya melas.
Hari ini minggu
Jenno biasanya akan bangun siang, Seulgi ijin untuk berkencan dengan Sunmi tunangan nya, Rose rebahan dipangkuan Rio yang duduk di sofa menonton tv.
"Dadd" suara serak khas bangun tidur terdengar memanggil sang ayah, Rose langsung menegak kan tubuh nya.
"Hey boy, sudah bangun?" Tanya Rio, Jenno menghampiri sang ayah sambil mengucek kedua matanya.
"Rambutmu sudah panjang ya" ucap Rio yang menyisir rambut sang putra dengan tangan nya, Jenno kembali meringkuk dipangkuan Rio.
"Kita potong rambut ne?" Ajak Rio pada Jenno.
"No dadd, kata Yuna begini lebih keren" gumam Jenno setengah sadar.
"Yuna?" Rio mengerutkan kening nya penuh tanya.
"Oops" Jenno yang menyadari dia keceplosan pun langsung terbelalak.
"Yuna itu. . . " jawab Rose.
"Aunty no" teriak Jenno yang langsung balik badan dan membungkam mulut Rose dengan telapak tangan kanan nya, tubuh sang wanita ambruk pada sandaran lengan sofa, karena setengah tubuh Jenno menindih nya, Rose terpingkal dengan mulut terbungkam.
"Mau main rahasia sekarang dengan daddy? Huh?" Rio pura-pura mengancam dengan mengangkat sebelah alis nya, wajah Jenno merona.
"Chaeng, ayo ceritakan siapa Yuna?" Goda Rio menggelitik pinggang Jenno agar melepas bungkaman nya pada Rose.
"Daddy curang" teriak Jenno protes sambil terbahak geli.
Dan di rumah sakit
Jennie sudah di ijinkan pulang dengan di jemput manager unnie."Kita tak bisa menunda shooting lagi Jenn, atau mereka akan mengganti mu" beritahu sang manager.
"Aku tidak peduli unnie, ganti saja" dingin Jennie yang berjalan menuju ke mobil nya dengan memakai masker, kacamata hitam, topi dan syal untuk menyamar.
"Tidak bisa semudah itu Jenn, jika mereka mengganti mu, arti nya kamu harus membayar penalty pada mereka" jelas manager unnie, mencoba membuat Jennie untuk mengurungkan niat nya.
"Pengacara ku akan menyiapkan dana penalty nya" datar Jennie, manager unnie tak bisa berbuat apa-apa jika sudah begini.
"Aku akan segera mengumumkan pengunduran diri ku dari dunia hiburan" beritahu Jennie.
"Jenn, jangan terburu-buru untuk mengambil keputusan saat emosi mu sedang tidak stabil" bujuk sang manager.
"Tidak, aku sudah memikirkan nya semalaman, aku ingin fokus pada putra semata wayang ku yang selama ini ku abaikan, aku akan menebus semua waktu ku yang sudah ku lewat kan" jawab Jennie.
Dan sesampai di rumah nya, Jennie langsung menuju ke kamar Jenno, yang kondisi nya masih seperti saat terakhir ditinggal pergi sang pemilik, Jennie berbaring diatas kasur sang putra, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Jenno yang masih tertinggal di selimut nya, air mata Jennie menetes, meremas dan mencengkeram kuat selimut milik Jenno dalam dekapan nya, dia merindukan sang putra, rindu wajah masam nya saat sang mommy menggoda nya, rindu melihat betapa manja nya dia dengan sang ayah, rindu akan suara nya yang memenuhi rumah, tapi Jennie malu, dia tak punya cukup nyali untuk bertemu dengan sang putra yang bukan tak mungkin dia kecewa pada sang mommy sekarang.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story
Fanfictionkisah cinta dan rumah tangga Jenlisa yang diselipi orang ketiga, rasa cinta yang berlebihan, mampu kah menjadikan nya sebagai pegangan untuk mempertahankan biduk rumah tangga yang sudah mereka bina lebih dari satu dekade.