15. Trying

3.9K 354 136
                                    

Rio, Rose dan Seulgi sedang makan siang di rumah, ini adalah hari minggu jadi mereka semua tak ada kegiatan.

"Jangan terlalu menyalahkan diri mu sendiri, ini hanya kesalahpahaman, percaya lah suatu saat Jenno pasti akan datang untuk mencari mu" hibur Seulgi di meja makan, Rio memang masih murung dengan penolakan sang putra yang menyakiti hati nya, anak itu selama ini hanya mendengar semua cerita mengenai sang ayah hanya dari pihak mommy nya saja, jadi dia menyalahkan sang ayah yang menurut Jennie telah bermain curang di belakang nya selama ini, karena dalam pertengkaran yang  Jenno dengar sang mommy selalu berteriak menuduh Rio mendua, sementara suara Rio yang mencoba membujuk dan memberi penjelasan pada Jennie tak tertangkap oleh telinga sang putra, kalah dengan suara teriakan Jennie yang kalap.

"Kita pasti akan menemukan cara untuk bisa bertemu dengan Jenno" timpal Rose yakin, Rio mengangguk dengan perkataan kedua sahabat baik nya itu.

"Yaa, aku percaya, dan aku tak akan berhenti untuk berusaha mendapatkan kepercayaan dari putra ku lagi" tutur Rio.

"Ya, aku setuju dengan mu" jawab Seulgi.

"Dan makan yang banyak, jangan sampai sakit lagi, berjuang itu butuh tenaga Rio" sahut Rose yang meletak kan beberapa lauk dan sayuran ke dalam piring Rio, Seulgi terkekeh melihat perhatian yang Rose berikan pada Rio, sang gadis memang selalu seperti itu sedari dulu saat mereka bersekolah ditempat yang sama.


"Ini hari minggu, Jenno dan mommy nya pasti di rumah, bagaimana kalau kita coba bicara pada Jennie, meminta ijin untuk membawa Jenno keluar?" Semangat Rio.

"Tak ada salah nya mencoba" balas Rose.

"Ayo, kalian ikut dengan ku" ajak Rio, dia kemudian beranjak dari meja makan untuk mengambil jaket nya di kamar, begitu juga dengan Seulgi dan Rose yang bersiap-siap untuk menemani Rio.

Seulgi yang menegang kemudi mobil, ditemani Rio yang duduk dibangku penumpang depan, dan Rose di belakang, mereka melajukan mobil nya menuju ke rumah Jennie.

Sesampai di rumah Jennie, Seulgi memarkirkan mobilnya diseberang kediaman keluarga Rio dulu.

"Kalian tunggu saja disini" interuksi Rio turun dari mobil nya, dan menyeberang jalan menuju ke rumah lama nya dulu, Seulgi dan Rose hanya diam menyaksikan nya dari dalam mobil.

Ting tong

Ceklek

"Bibi Han" sapa Rio pada asisten rumah tangga mereka dulu

"Tuan besar" sahut bibi Han menunduk hormat, dia masih menganggap Rio adalah majikan nya.

"Apa Jennie ada di rumah bi?" Tanya Rio sopan.

"Ada tuan" jawab Rio

"Bisa tolong panggilkan?" Pinta Rio, bibi Han memasang wajah merasa bersalah dan juga sungkan.

"Baik tuan, tapi maaf, saya tidak bisa membiarkan anda masuk ke dalam" sesal bibi Han menunduk takut.

"Tidak apa bibi, aku bisa mengerti, aku tunggu disini" jawab Rio

"Maaf tuan saya permisi" pamit bibi Han, Rio hanya berdiri diambang pintu menunggu si empu nya rumah datang

Tap. . . Tap. . . Tap. . .



Suara tangkah kaki Jennie terdengar semakin mendekat, jantung Rio berdebar, dia grogi, karena bagaimana pun, Jennie masih lah menjadi satu-satu nya orang yang dia cintai sampai detik ini, dan ini adalah pertemuan kedua mereka setelah resmi bercerai, pertemuan pertama terjadi di sekolah Jenno kala itu, tapi mereka saling mengacuhkan.


Glek




Rio menelan ludah menatap wanita yang menurut nya adalah yang tercantik di dunia, sedang berdiri dihadapan nya dengan tatapan dingin.


"Untuk apa datang kemari?" Tanya Jennie datar, Rio melirik pada leher sang mantan istri yang memperlihatkan bekas memerah disana.


"A-aku ingin meminta ijin untuk membawa Jenno keluar" Jennie masihlah membawa pengaruh besar bagi Rio, itu terbukti dari cara bicara pria itu yang menjadi tergagap sekarang.


"Dia tidak ingin bertemu dengan mu" jawab Jennie menolak permintaan mantan suami nya itu, dia begitu dingin dan kasar pada Rio untuk menunjukan jika dia tak menyesali perpisahan mereka, membohongi diri sendiri seolah terlihat kuat di depan mantan suami nya itu.

"Kamu belum menanyakan pada nya, tolong Jennie-ahh, aku tak akan merebut nya dari mu, aku hanya ingin mengajak nya jalan-jalan, aku merindukan putra ku, aku berjanji akan mengantar nya kembali ke rumah ini nanti" mohon Rio memelas, Jennie meraih ponsel nya disaku celana yang dia pakai lalu menelpon sang putra yang berada di kamar nya.


"Hallo"

"Jenno-yaa, daddy mu datang, bisa turun, dan temui dia boy?" Tanya Jennie pada sang putra lewat telpon dan sengaja mengaktifkan speaker nya, agar Rio bisa mendengar sendiri apa jawaban sang putra, Jenno terdiam untuk sesaat. . . .


"Aku tak ingin melihat nya" tolak Jenno yang langsung mematikan sambungan telpon nya, lutut Rio bergetar hebat mendengar penolakan sang putra, dia tak menyangka, Jenno akan sebenci itu pada nya.

"Kamu dengar sendirikan jawaban nya" ucap Jennie, Rio terdiam, dia memutar tubuhnya dan berjalan menuju ke mobilnya kembali dengan langkah gontai, double shoot, Rio mendapatkan dua tembakan di hati dan jantung nya sekaligus, yang pertama adalah tanda yang dia lihat di leher Jennie, dia tahu betul tanda apa itu, tanda yang seumur-umur belum pernah dia torehkan disana karena penolakan Jennie yang mengharuskan dia memakai baju drop shoulder jika sedang shooting dan dia tak ingin orang melihat noda intim itu, dan kedua adalah penolakan sang putra yang dia dengar sendiri, Jennie tak langsung menutup pintu, dia menatap isi dalam mobil Rio, dan ya, dia menemukan Rose duduk dibangku belakang, meski ada Seulgi juga disana, tapi tetap, pemandangan itu mampu membuat hati nya panas, cemburu akan kedekatan Rio dan Rose sekarang.

Rio memegang gagang pintu penumpang belakang, dan sebelum dia membuka nya, Rio menoleh kebelakang, atas, dimana kamar sang putra berada, dan dia mendapati Jenno sedang menatapnya kecewa dari jendela kamar.

Sakit, hati Rio sangat sakit menerima kenyataan yang dia hadapi saat ini, orang-orang yang menjadi penguasa atas hidup nya selama ini, berubah menjadi pemberi luka yang paling keji, tapi dia tidak marah atau pun menjadi benci pada mereka  berdua, bagaimana pun Jennie adalah wanita penghuni hati nya, dan Jenno adalah darah daging nya.

Rio membuka pintu penumpang belakang, dia masuk dengan wajah sendu nya

Bruk

Dan menjatuhkan kepala nya dipelukan Rose.

"Ini sakit Chaeng, ini lebih sakit sekarang" adu nya pilu sambil memukul dada kiri nya sendiri, Seulgi meremas kuat stir mobil nya, merasa ikut marah pada Jennie yang dengan tega nya melukai Rio, yang tak lain adalah mantan suami nya sendiri.


#TBC

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang