16. Please

3.7K 352 65
                                    

Sepulang dari rumah Jennie, Rio termenung di tepi kolam renang rumah nya, duduk dengan memeluk lutut nya, menatap kosong pada air yang tenang di hadapan nya.

Seulgi dan Rose hanya bisa menatap nya dari ambang pintu, membiarkan Rio untuk menyendiri terlebih dahulu, agar perasaan nya segera membaik, lewat tengah malam, Rose keluar dari kamar nya, dia haus, hendak ke dapur untuk mengisi gelas nya yang sudah kosong, dia menoleh ke sofa depan tv, dan melihat Seulgi meringkuk dibawah selimut tebal nya, Rose tersenyum sambil menggeleng.

"Dasar beruang" batin nya lucu, dan saat sampai di dapur, dia terkejut, pintu belakang masih dalam kondisi terbuka, penasaran, Rose pun memeriksa nya, dan. . .

Rio masih duduk disana, dengan posisi tak berubah sama sekali, Rose meletak kan gelas nya, kemudian dengan langkah menghampiri Rio.

Set

Dan dia duduk di kursi malas yang berada dibelakang Rio, tanpa berkata apa-apa, Rose meremas bahu kanan Rio dari belakang, untuk memberi kekuatan pada sang pria.

Rio langsung menyandarkan kepalanya dilutut Rose yang tepat berada disamping kiri nya.

"Aku menyerah Chaeng" lirih Rio

"Its okey Rio, jangan paksa kan hati mu, jika memang kamu sudah tak sanggup" jawab Rose membelai rambut Rio dengan tangan kanan nya.

"Kamu ayah kandung nya, jika dia sudah bisa mengerti nanti, dia pasti akan mendatangi mu" Rose meyakinkan Rio bahwa, Jenno kelak pasti akan mencari sang ayah saat dia tahu kebenaran nya.

"Aku tak akan membiarkanmu berjuang sendirian" batin Rose.

Pagi datang, Seulgi yang lebih dulu bangun bingung tak mendapati siapa pun di rumah Rio, dia memeriksa setiap ruangan termasuk kamar Rose yang pintu nya sudah terbuka, tapi kosong, Seulgi pun berjalan menuju ke belakang rumah, mendekat ke tepi kolam, dia terkejut, tapi kemudian dia tertawa terkikik lucu, Rio dan Rose sedang tertidur diatas kursi malas dengan posisi Rio memeluk Rose yang meringkuk dalam dekapan sang duda.

Rio mengerutkan kening nya, merasa terganggu dengan suara tawa yang keluar dari mulut Seulgi, dia lalu memincingkan sebelah mata nya, menatap sang pemilik suara berisik itu.

"Eenngg. . . " Rose ikut terusik.

Deg

Tubuh nya tiba-tiba menegang saat menyadari ada tubuh seorang pria dewasa tepat berada di depan wajah nya, dan pinggang nya yang terasa berat karena tangan sang pria yang memeluk nya, Rose langsung mendongak untuk memastikan siapa yang memeluk nya, dan Rio pun juga menunduk menatap Rose yang mulai terbangun.

Blush


Wajah Rose langsung merona ketika tatapan nya bertemu pandang dengan mata coklat Rio, Rose menjadi gugup dan salah tingkah, disusul lah ledakan tawa jail dari si beruang Seulgi yang merasa lucu dengan reaksi Rose, gadis itu langsung terduduk, dan beranjak masuk ke dalam rumah karena malu, Seulgi sampai memegangi perutnya sendiri karena dia tak bisa berhenti tertawa, Rio pun ikut terduduk, dia menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.



Rio acuh, seolah tak terjadi apa-apa, padahal Rose masih merasa malu dan canggung, mereka sarapan dengan Seulgi yang melirik pada Rio dan Rose bergantian, dia tersenyum sendiri menggoda kedua sahabatnya itu yang sama-sama terdiam karena merasa kikuk.

Dan Rio pun ke kantor nya bersama Seulgi, meninggalkan sang gadis di rumsh sendirian, tapi Rose bukan nya berdiam diri di rumah, dia telah memiliki rencana yang akan dia jalankan sebelum Rio dan Seulgi sampai di rumah.

Rose mengendarai mobil milik Seulgi, dan melajukan nya menuju ke sekolahan Jenno, sesampai nya disana, tepat saat sang bocah keluar dari gedung sekolah, pria muda itu mengedarkan tatapan nya mencari keberadaan mobil sang mommy yang akan menjemputnya, meski hanya sang sopir yang membawa nya, Rose menghentikan mobil nya tepat di depan Jenno berdiri, dia membuka kaca jendela dan tersenyum hangat pada sang bocah.

"Jenno-yaa, naiklah, aunty antar" ajak Rose, Jenno tak merespon

"Mommy yang menyuruh aunty untuk menjemput mu" bohong Rose, Jenno yang tahu bahwa Rose tak hanya sahabat sang ayah pun percaya begitu saja, dia pun masuk dan duduk dikursi penumpang depan dengan wajah dingin nya.

"Jenno pasti lapar kan, kita makan dulu ne?" Tanya Rose, remaja itu tak menyahut.

"Mandu, es krim, atau shushi?" Rose yang tahu makanan kesukaan Jenno pun mulai menaburkan umpan nya.

"Shushi" dingin Jenno, dalam hati Rose berteriak, karena umpan nya berhasil diterkam sang mangsa, dia pun lalu memarkirkan mobilnya dihalaman sebuah resto shushi ternama.

"Ayo boy" ajak Rose melingkarkan tangan kanan nya dibahu kanan Jenno, mereka memesan ruang vvip, agar Jenno bisa makan lebih tenang, Rose membiarkan Jenno untuk mengisi perutnya terlebih dahulu.


"Boy" panggil Rose, Jenno tak menjawab, dia hanya melirik pada Rose.

"Apa kamu tidak merindukan daddy?" Tanya Rose hati-hati

Prank

Jenno meletakan kasar sumpit ditangan kanan nya mendengar nama sang ayah disebut, Rose salah langkah, tapi kepalang tanggung, dia tetap melanjutkan obrolan nya.


"Daddy sangat merindukan mu, setiap hari, hanya kamu yang dia ceritakan pada kami" lanjut Rose, Jenno meremas serbet makan yang ada di pangkuan nya.

"Tidak, aku benci daddy" jawab Jenno ketus.


"Boy, kamu hanya belum mengerti tentang masalah orang dewasa, aunty mohon, beri kesempatan untuk daddy mu" melas Rose

"Selama nya, aku membenci daddy" geram Jenno marah


"Sebenci apa pun kamu pada daddy mu, dia adalah ayah kandungmu, darah nya mengalir ditubuh mu, dan perlu Jenno tahu, satu-satunya orang yang mencintaimu tanpa syarat adalah daddy, orang pertama yang akan selalu berusaha untuk membahagiakan mu, menangkapmu ketika kamu jatuh, mengangkatmu saat kamu lemah, dan melindungi mu dari siapa pun yang berusaha untuk menyakiti mu, adalah daddy" tutur Rose lembut agar kata-kata nya lebih mudah untuk Jenno cerna yang belum begitu dewasa.

Srek

Jenno berdiri, dia muak mendengar kata-kata Rose tentang sang daddy.

"Aunty tak perlu mengantarku, Jenno akan menelpon mommy untuk menjemput ku" ucap nya dingin, lalu keluar dari ruangan, Rose mengikuti nya dari belakang, menemani bocah itu berdiri diparkiran menunggu Jennie datang.


"Aunty tahu, kamu juga merindukan nya, apalagi ramen buatan daddy adalah yang terenak di dunia" Rose masih berusaha untuk mempengaruhi pikiran Jenno.


"Daddy bilang rindu memasakan ramen untuk mu" ucap Rose yang bersandar pada mobil Seulgi yang dibawa nya, meski Jenno terlihat acuh, tapi Rose tahu, putra kandung Rio itu mendengar setiap kata yang dia ucapkan.


#TBC

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang