1. Start

31.1K 2.7K 1K
                                    

"Emang harus ngekos ya, No?" Sosok wanita cantik dan anggun itu memasuki kamar anak laki-laki terakhirnya yang sedang berkemas.

Nafasnya terasa berat kala melihat satu koper besar milik sang putra sudah terkemas rapih dengan satu ransel di atasnya, tak lupa juga sosok jangkung yang sudah bersiap akan meninggalkan rumah ini.

Selama membesarkan putranya, ini untuk pertama kali dia harus berjauhan dengan sang putra hingga beberapa bulan atau satu tahun kedepan. Keputusan anaknya untuk tinggal terpisah sudah matang dan tidak bisa di negosiasi.

"Harus ngekos ya di semester-semester terakhir ini? kan bisa di rumah aja biar Mami bisa perhatiin kamu,No." Tambahnya terdengar tak rela.

Pemuda yang sejak tadi di panggil dengan penggalan No itu menghela, "Rey butuh fokus Mi, di rumah tuh berisik sama anaknya kak Riri terus Papi kerjaanya nuntut terus aku pusing."

"Mami bisa kasih perngertian buat Papi buat gak terlalu tuntut kamu,No." Mami mendekat.

Reyno menggeleng pelan, senyum lembutnya terbit seraya memeluk sang ibu, "Cuma sebentar sampe Rey lulus, Rey cuma gak kuat setiap hari harus didikte sama Papi tentang usahanya. Reyno mau punya keputusan sendiri."

Sang Mami mengangguk setelah paham kalau keputusan anaknya memang sudah tidak bisa di ganggu lagi, entah siapa yang salah disini. Suaminya yang terlalu menuntut atau anaknya yang terlalu keras kepala.

"Reyno pamit ya, setiap minggu pasti kesini kok," Reyno tersenyum lagi, mengecup punggung tangan ibunya penuh sayang, "Salam buat Kak Riri, maaf gak pamitan."

"Jaga diri ya, semoga kamu ketemu orang-orang baik." Doa Sang Ibu yang terdengar tulus sambil mengelus puncak kepala Reyno.

Ini awal segalanya bagi Reyno, setelah bertahun-tahun hidup di kemewahan keluarganya ia tiba-tiba memutuskan untuk keluar dari rumah ini sementara waktu diwaktu dirinya sudah mulai menginjak semester terakhir.

Dengan alibi untuk mencari ketenangan yang padahal Reyno ingin mencoba sesuatu hal baru, ingin mencoba hidup bebas tanpa harus di dikte tentang akan seperti apa masa depannya.

Walau sudah di garisi pada akhirnya dia akan menjadi penerus, Reyno tetap ingin setidaknya satu kali dalam hidupnya merasakan apa itu kebebasan seperti anak lain.

Setidaknya Reyno pernah menjalankan hidup tanpa harus terbayang sebagai penerus keluarga.

_________





Mobil putih yang tengah di kendarai Reyno itu berhenti di bangunan rumah yang terlihat sekai baru saja di renovasi besar-besaran membuat dirinya yang kerap kali lewat jalan ini agak pangling dengan bentukan rumah itu.

Rumah berlantai tiga yang di dominasi cat putih kini berdiri tegak dengan palang bertuliskan Kosan Amour di depannya, entah apa arti Amour itu, yang pasti setelah survey dua kali kemarin, sepertinya kosan ini cocok untuknya walau belum semua kamar terisi.

Bahkan baru dirinya lah yang akan menghuni kosan ini, ya seperti apa kata Bu Sunny, wanita pemilik kosan yang sudah menunggunya tepat di dalam halaman kosan.

Baru saja Reyno turun dari mobil, di depan mobilnya sudah berhenti mobil jazz putih yang kini turun sosok gadis berambut panjang dengan wajah datar dan mata tajam.

"Wah selamat siang anak-anak ibu!" Bu Sunny menyapa sumringah kala kedua orang yang sedang berhadapan itu saling tatap.

"Masuk sini!" Tangan Bu Sunny melambai ramah, wanita yang tengah mengandung itu membuka kan pagar masih dengan senyum ramah, "Reyno? Ghita?"

𝙠𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙢𝙤𝙪𝙧 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang