30. Terakhir

6K 967 184
                                    

"Selena, pulang ke rumah ya? kakak mohon..."

Selena turun dari busway sambil terus berusaha menenangkan nafasnya yang terasa berat setelah menerima telfon dari kakaknya yang begitu lirih.

Seseorang yang tidak pernah Selena dengar untuk memohon kepadanya karna dirinya dan Serra tidak sedekat itu, mereka hanya sekedar peduli sebagai kakak adik namun bukan yang menunjukan rasa sayang, Serra kerap kali pergi dari rumah karna ingin menyelamatkan dirinya sendiri dari ke egoisan orang tua, lalu yang tersisa hanyalah Selena dan Sean selama ini.

Dia tidak akan bilang kalau hanya luka Selena lah yang paling dalam di keadaan ini, karna Serra pun pasti memiliki luka yang sama, hanya saja Serra bersikap egois untuk menyelamatkan dirinya sendiri, sedangkan Selena memilih pasrah dan melindungi Sean seolah itu adalah tugasnya padahal Selena juga anak yang harus di lindungi.

Gadis itu terus melangkah dari halte busway menuju komplek rumahnya, sore ini dia akan pulang setelah sekian lama pergi dari bangunan itu. Bangunan megah yang Selena sendiri pun tidak yakin apakah itu bisa di sebut rumah atau tidak.

Senyumnya terukir miris kala ingat di dalam rumah itu banyak sekali piring yang pecah di lempar ayahnya karna tempramental pria itu, jeritan kesakitan Ibu nya, seberapa gemetar tubuh Sean tiap adiknya itu selalu di teriaki anak lacur oleh ayah mereka padahal Sean hadir karna kelakuan pria itu sendiri.

Sedangkan Selena dan Ibunya? tertatih-tatih menutup kuping Sean dan memeluk adik kecilnya itu. Harusnya disini Ibunya lah yang marah karna Ayahnya berkhianat, namun kenyataanya Ibunya dengan hati seluas itu masih sanggup memeluk Sean, melindungi anak sekecil Sean dari amukan monster bernama Ayah.

Tanpa sadar Selena sudah sampai di depan rumah megah yang kini makin terasa mati karna tanaman dan bunga di taman depan rumah layu, pagar dan cat tembok terlihat kusam. Rumah ini benar-benar menunjukan bahwa keadaan keluarga di dalamnya tidak pernah baik bahkan semakin berantakan.

"Assalamualaikum." Salam Selena dengan lirih sambil mendorong pagar rumahnya, untuk sekian kalinya dia menarik nafas dalam berusaha menangkis pemikiran buruk di benaknya.

Kaki di balut sepatu itu melangkah naik ke tangga kecil sebelum akhirnya berhenti di depan pintu kayu besar, berkali-kali ia rapalkan keyakinan untuk melawan rasa takut dan melupakan kenangan kecilnya itu di rumah ini, tapi semua terasa berat.

clek

Pintu dia dorong dengan pelan, matanya lansung mengedar ke dalam rumah yang tampak sepi, semakin langkahnya masuk semakin Selena sadari sudah banyak foto keluarga yang di copot terganti dengan lukisan indah milik Serra, foto Sean saat kelulusan SMA dan foto Selena yang dirinya sendiri tidak ingat kapan dia pernah berfoto dengan senyum secarah itu.

Tidak ada jejak sang ayah lagi di rumah ini, piagam piagam olahraga pria itu, wangi khasnya, atau foto-foto pria itu benar-benar lenyap.

"Selena?" Suara lembut itu kembali menyapa pendengaran Selena setelah sekian lama, suara ibunya yang tak pernah ia dengar setenang ini sebelumnya.

"Kamu sudah makan Nak?" Tanya Ibunya mengelus bahu Selena yang kini menatap wanita cantik itu dengan sendu.

"Belum Bu," Jawab Selena tersenyum tipis, "Ibu gimana kabarnya? Sehat?"

"Ibu sudah sehat dan bahagia sekarang Selena." Jawab Sang ibu dengan senyum yang kembali terukir indah, senyuman yang sudah lama sekali tidak Selena lihat karna dirinya terlalu sering melihat ibunya itu menangis dan tampak murung.

𝙠𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙢𝙤𝙪𝙧 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang