Foto Lama

75 3 0
                                    


Yuniar dan Gandhi menatap Tama sesekali dengan senyuman, mereka sangat senang akhirnya Tama mau kembali ke rumah ini setelah lebih satu minggu tidak pulang.

" Mami senang kita bisa makan malam bersama" Ujar Yuniar

" Aku minta maaf, Mi.. "
Tama tersenyum mengelus jemari tangan Yuniar kemudian menciumnya, membuat Yuniar tersipu dengan kelakuan putranya.

" Kenapa kamu pandai sekali membuat wanita tersipu?" Tanya Gandhi yg sejak tadi memperhatikan adegan mesra Ibu dan anak itu.

" Kenapa Pa? Iri lagi?" Goda Tama

" Aduh.. " Tama meringis kesakitan ketika kakinya sengaja diinjak oleh Papanya

" Iri lagi? maksudnya?" Tanya Yuniar pada suaminya

" Ah, itu Tama.. Ah.. Lupakan sayang"
Ucap Gandhi menutupi keiriannya tempo hari yg dilontarkan pada Tama di depan Delisa

" Papa iri aku mudah kenalan sama cewek cantik, Mi.. " Tama terkekeh

" Sudah tua juga!" Decak Yuniar kesal, membuat Tama langsung terbahak.

**

Tama berjalan menuju depan pintu ruang kerja Gandhi yg berada samping di kamarnya, ia melihat lelaki paruhbaya yg masih terlihat gagah dan tampan itu sedang asyik di depan laptop. Tama memberanikan diri masuk ke dalam ruangan kerja Papanya.

" Pa..apa aku mengganggu?"
Tanya Tama kemudian duduk di depan Gandhi yg tetap asyik dengan laptopnya.

" Hemm.. Tumben mau masuk ke ruang kerja Papa?" Tanya Gandhi tanpa melihat

" Hanya ingin masuk saja, Pa.. Sebentar lagi aku juga akan punya ruangan seperti ini"

Gandhi menutup laptopnya, kemudian menatap putranya, " Kamu serius dengan bisnismu sendiri?bagaimana dengan bisnis Papa, masa tidak ada penerusnya?"

" Aku akan tetap meneruskan bisnis Papa, jangan khawatir Pa" Ucap Tama meyakinkan Papanya

" Itu foto siapa Pa?" Tanya Tama ketika melihat sebuah figura berada di meja kerja Gandhi. Gandhi menoleh kemudian mengambil foto itu.

" Lihatlah, kamu waktunya tau semuanya" Ujar Gandhi kemudian memberikan foto itu pada Tama.

Tama menatapnya foto itu, sepasang lelaki dan perempuan muda sedang duduk tersenyum di sebuah cafe lereng gunung. Tama tau yg lelaki adalah Papanya, tapi yg perempuan bukanlah Maminya waktu muda, bahkan Tama melihat gadis yg bersama Papanya ketika muda ini jauh lebih cantik dari Maminya waktu muda.

" Siapa dia Pa? Bukan Mami kan?" Tanya Tama penasaran

" Coba kamu perhatikan, siapa perempuan cantik itu?" Gandhi tersenyum

Tama kembali menatap foto itu, seorang gadis memakai baju abu-abu dengan jilbab hitam sangat kontras dengan warna kulitnya yg putih, gadis itu tersenyum manis memegang tangan Papanya yg waktu muda terlihat sangat tampan dan gagah, ternyata ia gagah dan tampan menurun dari Papanya. Tanpa sadar Tama tersenyum.

" Sudah tau siapa dia?" Ucap Gandhi

Tama masih terpaku dengan foto itu, kalau diperhatikan senyuman gadis ini sangat mirip dengan senyumannya, manis. Kemudian ia menatap Papanya

" Mama.. " Ucap Tama

" Betul sekali, itu foto satu-satunya kami berdua yg Papa punya, maklum kita hampir tidak pernah foto berdua, yg banyak dengan Mamimu" Ujar Gandhi membuat Tama mengerti

" Itu karena Papa dan Mama menjalin hubungan dibelakang Mami" Ucap Tama membuat Gandhi tersenyum kecut

" Mama sangat cantik dari dulu, pantas saja Papa tergila gila padanya"
Tama tersenyum menatap Papanya

" Apa Mami tau Papa punya foto ini?"
Tanya Tama

" Tentu tidak, Delisa dulu pernah dilabrak Yuniar ketika di kampus"
Gandhi kembali tersenyum kecut

" Karena ketahuan jalan sama Papa?"
Selidik Tama membuat Gandhi langsung terkekeh pelan

" Kenapa Papa lebih memilih menikahi Mami?" Tama mengucapkan pertanyaan yg dari dulu tak pernah mendapatkan jawaban yg membuat hatinya puas.

" Kenapa pertanyaanmu selalu itu?"

" Aku hanya ingin tau"

Gandhi menghela nafas pelan, ia berpikir saatnya Tama tau tentang kisah yg sebenarnya. " Karena Papa tidak ingin menyakiti Mami Yuniar"

" Tapi kan malah menyakiti Mama"

" Justru Mamamu yg menyuruh agar Papa menjauh darinya dan menikahi Mamimu" Jelas Gandhi

" Kenapa Papa tidak mau memperjuangkan Mama?"

Gandhi tersenyum menatap putranya
" Mamimu bunuh diri ketika Papa akan membatalkan rencana pertunangan kami"

Tama membelalak tidak percaya dengan yg baru saja diucapkan Papanya

" Untungnya masih terselamatkan"
Gandhi tersenyum pilu mengingat kejadian itu.

" Apakah karena itu Mama selalu bilang kalau Mami Yuniar lebih mencintai Papa?"

Gandhi mengangguk, " Mamamu perempuan kuat, buktinya tidak lama setelah itu dia sudah menikah dengan Yudha, artinya dia bisa move on kan dari Papa" Kini Gandhi tersenyum kecut, sedikit iri ah lebih tepatnya cemburu dengan Yudha.

" Malah Papa yg gagal move on dari Mamamu"

Tama menatap Papanya, kini ia tau yg sesungguhnya, seandainya dia dihadapkan pilihan seperti Papanya dulu mungkin ia juga melakukan hal yg sama.

" Dan Mamamu selalu mengingatkan Papa bahwa hadirnya hanya sebagai orang ketiga diantara Papa dan Mami, itu yg membuat Papa selalu merasa bersalah"

" Mami ingin bunuh diri apakah karena Papa ingin meninggalkannya bersama Mama?"

" Rencana Papa begitu, membatalkan pertunangan dengan Mamimu dan kembali mencari Delisa, karena Delisa waktu itu sudah menghilang dari Papa, itu sungguh membuatku gila!"

" Aku tau perasaan Papa, apa Papa masih mencintai Mama sampai sekarang?"

" Tentu, dia tetap dihati Papa, karena sudah melahirkanmu, keturunan asli dari Gandhi Yudhianto" Ucap Gandhi tersenyum

" Aku janji akan selalu menjaga Mama.... untuk Papa" Tama tersenyum menyerigai membuat Gandhi mengernyitkan dahinya

" Karena aku tau Papa tidak mungkin menjaga Mama secara terang-terangan kalau tidak ingin ketahuan.. Mami" Ucap Tama menekankan suaranya dikata MAMI, seolah tau apa yg Gandhi pikirkan. Gandhi langsung terbahak mendengar penuturan putranya.

" Aku ke kamar dulu Pa"
Pamit Tama kemudian berjalan meninggalkan ruangan kerja Gandhi.

Gandhi kembali menatap foto lamanya dengan Delisa, perasaannya dari dulu tak pernah berubah untuk ibu dari anaknya itu.

" Takdir tidak menyatukan kita dalam pernikahan, tapi menyatukan kita dalam darah daging pada diri Tama, Pratama Resky Yudhianto..anak kita, darah daging kita" Ucap Gandhi lirih seolah Delisa mendengarnya. Kemudian ia berdiri menyimpan foto itu ditempat yg aman.

Perjuangan Cinta Pratama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang