Kembali

76 2 0
                                    

" Tiara.. Masuk Nak! Sama siapa?" Delisa langsung memeluk Tiara, kemudian menuntunnya berjalan duduk di sofa.

" Sendiri Ma.. "

" Apa kabar?"

" Baik Ma.. Tama disini?" Tanya Tiara

Delisa mengangguk, " Iya, mau bertemu?"

Tiara mengangguk, tanpa berpikir panjang Delisa langsung mengandeng Tiara menuju kamar Tama.

" Tama, kamu lihat Mama bawa siapa?"

Tama yg sedang berbaring, langsung beranjak bangun, " Tiara?"

" Tama.. " Tiara langsung memeluk Tama tanpa memperdulikan ada Delisa disana.

" Ada apa ini?" Tiba-tiba Gandhi dan Yuniar masuk ke dalam kamar Tama.

" Tiara.. Sstttt.. Kita keluar okay?" Ajak Delisa, Gandhi dan Yuniar menurut.

Isakan tangis Tiara terdengar, dia tidak menyangka mimpi buruknya kenyataan, Tama benar-benar dalam keadaan sakit. " Tama maafkan aku!"

" Ssstt... Cukup!" Tama menghapus air mata Tiara

" Kok nangis sih?" Tama menatap mata Tiara

" Aku salah, aku minta maaf"

" Buat?"

" Aku salah paham!"

Tama tersenyum tipis, " Lupakan! Kamukan udah sama Polisi itu"

Tiara menggeleng kemudian kembali terisak " Hiks.. Hiks.. Enggak Tama.. Aku nolak dia!"

" Oh ya?" Pancaran bahagia terlihat di mata Tama

Tiara mengangguk, " Aku.. Aku.."

" Apa?"

" Aku.. Cuma mau sama.. Ka.. Mu.. " Ucap Tiara dengan terbata. Tama hanya diam membisu mendengar ucapan Tiara, dia sangat bahagia mendengar kata dari mulut Tiara.

" Tama.. Kamu nggak mau?" Tanya Tiara lagi, Tama menggeleng, membuat Tiara sedikit tersentak. " Maafkan aku udah dipeluk sama Wira, pasti kamu jijik ya?"

" Aku nggak mau pacaran sama kamu, maunya kita segera merencanakan pernikahan" Jawab Tama

" Benarkah?"

Tama mengangguk, " Sini peluk dulu!" kemudian Tiara kembali menghamburkan pelukannya ke dada Tama.

" Ekhemm... Dia belum mandi dari kemaren lo, nggak bau?" Tanya Gandhi tiba-tiba

" Papa.. Jangan bilang-bilang dong!" decak Tama kesal, kemudian melepas pelukan Tiara.

" Biar aku cek dulu!" Delisa berjalan menghampiri Tama kemudian menempelkan tangannya pada kening Tama. " Gan..Yun..ini amazing.. Panasnya langsung turun, tau sendiri kan tadi pagi dia menggigil suhunya tinggi sekali!" ujar Delisa

Gandhi dan Yuniar mendekat memastikan suhu Tama, " Luar biasa kamu, Tiara, belum kamu periksa sudah turun sendiri suhunya" Puji Gandhi

" Segera menikah kalau begitu, jangan sampai lepas lagi" Sahut Yuniar.

" Iya Mi..setelah ini akan kami persiapkan!" Jawab Tama

" Ayo kita keluar, cuma mengganggu saja!" Ajak Yuniar pada Gandhi dan Delisa.

Yuniar keluar, kemudian di belakangnya disusul Gandhi dan Delisa. Gandhi dan Delisa sebelum keluar kamar bersamaan menatap Tama dan Tiara dengan senyuman yg penuh arti.

" Yuk!" Ajak Gandhi tiba-tiba menggandeng tangan Delisa.

Delisa sedikit kaget dengan perlakuan Gandhi di depan anaknya, " Apaan sih!" Decak Delisa sambil menghempas tangan Gandhi, kemudian dia langsung keluar meninggalkan Gandhi.

" JANGAN SAMPAI LOLOS, PA..!!" Teriak Tama pada Papanya.

**

" Hm, enak Mi.. " Tama mulai menikmati bubur ayam buatan Yuniar

" Biar saya saja Mi" Tiara mengambil mangkok bubur dari tangan Yuniar, dia ingin menyuapi Tama. Yuniar hanya tersenyum tipis, dia mengamati Tama menikmati suapan demi suapan bubur dari tangan Tiara.

" Diinfus ya? Biar cepat pulih" Ujar Tiara, dia melihat Tama masih terlihat lemas dan pucat.

" Aku udah pulih kok" Tama tersenyum menunjukkan gigi rapinya

" Enggak, aku tau kondisimu, nanti setelah ini aku akan mempersiapkannya"

" Terserah deh" Ujar Tama pasrah

" Nurut sama Bu Dokter" Sahut Yuniar.

" Kemana Papa Mi?"

" Sama Mamamu mungkin, tadi Mamamu sedang menyiram bunga di taman belakang"


Perjuangan Cinta Pratama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang