Bertemu Calon Mertua

68 2 0
                                    

Pukul 3.00 sore Tama sudah berada di kamarnya, dia pulang lebih awal dari kantornya karena merasa butuh istirahat lebih awal. Dia termenung memikirkan tentang kehamilan Nensy.

" Siapa yg hamilin dia ya?" Gumamnya pelan.

Bisa-bisanya Om Irawan menuduhnya telah menghamili putrinya, Om Irawan tidak tau kalau Nensy perempuan gampangan, apalagi Aldo yg beberapa kali sudah menidurinya, juga tentunya dia pernah menidurinya, dan pasti banyak lagi lelaki lain.

' Kenapa Om Irawan menuduhku?'

' Apa jangan-jangan Nensy juga ingin menjebakku?'

' Ah, tidak mungkin.. Aku kan udah lama nggak nyentuh dia'

Pikiran dan hati Tama terus menerka-nerka. Dia hanya ingat jika hanya 3 kali meniduri Nensy itupun sudah lama sekali mungkin terakhir 5 bulanan yg lalu waktu mereka pergi ke puncak dan menginap di salah satu Villa keluarga Nensy.

Tama kembali mengingat ketika dia pertama kali menyentuh Nensy, waktu itu sekitar pukul 7.00 malam, Tama disuruh Papanya pergi ke rumah Om Irawan untuk memberikan berkas penting. Sesampainya disana hanya ada Nensy yg terlihat menggoda karena sehabis mandi.

Tama lelaki normal, ketika digoda Nensy dengan pakaian minim dan sentuhan-sentuhan akhirnya dia seperti singa yg baru saja dibangunkan dari tidur panjangnya.

Dan itupun sudah tidak ada darah perawan, artinya kan Nensy sudah bukan perawan, bisa-bisanya perempuan itu menuduhnya yg telah memperawaninya.

Yg kedua kalinya mereka melakukan di hotel tengah kota, ketika Tama akan pulang dari kantor tiba-tiba dikirimi gambar tak senonoh oleh Nensy, jelas itu membangkitkan gairahnya, langsung saja ia menjemput Nensy di kantornya. Dan yg paling hebat adalah yg ketiga, waktu di Villa puncak, semalaman mereka terus meneguk kenikmatan bercinta, seperti sedang bulan madu saja.

Tama mengusap wajahnya kasar, ingat betapa bejatnya dia. Untung kini bersama Tiara dia tidak berani menyentuhnya secara lebih intens, dia tau Tiara bukan perempuan gampangan. Sepertinya Tiara benar-benar masih perawan, terbukti dari cara berciuman masih kaku dan sangat perlu latihan, sedangkan dia sudah sangat ahli dalam hal berciuman. Tama tersenyum membayangkannya.

Dia merasa lelaki bajingan yg tidak pantas untuk Tiara yg seorang gadis lugu. Dia sudah bukan perjaka lagi, dan pernah kelepasan ketika sedang berciuman dengan Tiara dia menyentuh dadanya, untung saja Tiara reflek melepaskan ciumannya, kalau tidak bisa-bisa ia memperawani dada gadis itu.

TING...

( Tama..)

Tama tersenyum mendapatkan pesan dari Tiara, panjang umur.

( Iya sayang, kangen ya?)

( Apaan sih, cuma ngingetin besok jadi jogging?)

Tama tersenyum tipis, membayangkannya pipi Tiara pasti sekarang sudah bersemu merah, rasanya ingin sekali menciumnya sekarang juga.

( Iya, aku jemput jam 5 pagi ya)

( Oke ditunggu)

( 😘 emuach)

( Ishh.. Apaan sih)

Tama langsung tertawa keras, rasanya gemas sekali ingin mencium gadis itu.

**

" Tumben mau makan malam di rumah " Ujar Gandhi

" Lagi kangen masakan Mami aja"
Tama menatap Yuniar yg sedang meliriknya

" Mi.. Besok pagi buatin makanan spesial ya?"

" Memang ada apa?" Yuniar duduk disamping putranya.

Perjuangan Cinta Pratama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang