Sejak rencana perjodohannya dengan Nensy, kini hubungan Tama dengan kedua orangtuanya sangat tidak baik. Tama jarang pulang, ia lebih sering menghabiskan waktunya di kantor atau apartemen Noval.
" Gimana? Tetep rumit?" Tanya Noval
" Makin buruk, Papa sama Mami semakin memaksaku" Jawab Tama sambil menyesap rokoknya dalam-dalam.
" Tiara?"
" Aku udah ngungkapin perasaanku ke dia"
" Diterima?" Tebak Noval, Tama mengangguk
" Tiara malah menjaga perasaan Nensy!"
Kring Kring Kring
Suara ponsel Tama berdering." Apa Do?"
" Nensy mabuk berat di clubbing, Tam!" Kata Aldo, kawan Tama di seberang telepon
" Biarin lah, kamu bawa pulang aja kalau mau!" Ucap Tama asal
" Oke, sebentar lagi pasti kubuat mendesah keenakan dia" Kelakar Aldo
" Serahh kau lah!" Jawab Tama kemudian menutup teleponnya.
" Siapa?" Tanya Noval sambil menghisap rokoknya
" Aldo, ketemu Nensy di bar"
" Kebiasaan nggak ilang tuh anak, dasar idung belang!"
**
Di salah satu bar ternama, Aldo memperhatikan setiap gerak gerik Nensy. Beberapa lelaki mulai menggerayangi tubuh Nensy di tengah dentuman musik disco.
Aldo tak tinggal diam, dia mendekati perempuan yg dijodohkan dengan sahabatnya itu. Nensy dengan asyiknya menggeliat menikmati irama musik dan sentuhan setiap pria disekitarnya.
" Sstt..."
Aldo memberikan kode agar pria-pria itu menjauh dari Nensy." Dia bagianku!"
Ujar Aldo. Kemudian satu per satu pria-pria itu menjauh dari Nensy.
Aldo mulai mendekati Nensy, ia memeluk tubuh seksi itu dari belakang." Ehh.. Apaan nih!" Ujar Nensy yg sebenarnya belum mabuk, dia hanya sedikit meminum alkohol.
" Ssttt..aku Aldo, lupa?" Aldo mencium leher Nensy
" Aldo?" Nensy langsung membalikkan badannya menatap Aldo
" Lupa sayang?" Aldo tersenyum menyerigai
" Temen Tama?"
" Tepat sekali!" Aldo langsung menyambar bibir seksi Nensy. Nensy tersenyum membalas lumatan Aldo.
" Kamu seksi, Babe.. " Tangan Aldo terus menggrayangi setiap lekuk tubuh Nensy.
" Aaahhh.. " Nensy terbuai dengan setiap sentuhan Aldo. Memang Aldo adalah lelaki yg sangat pandai dalam urusan ranjang.
" Apa yg kamu inginkan?hem"
Aldo terus menikmati leher Nensy, tangannya sudah menyusup masuk ke dalam bra Nensy" Lalukan apa yg kamu mau, Aldo!"
Nensy sudah tak bisa membendung hasratnya. Aldo seketika langsung menarik tubuh Nensy untuk berjalan keluar menuju parkiran." Kamu mabuk?" Tanya Aldo
" Belum"
Mereka memasuki mobil Aldo, Aldo melajukan mobilnya menuju apartemennya.
Sesampai di apartemen, Aldo langsung menggendong Nensy menuju kamar pribadinya.
" Kamu siap sayang?"
Tanpa menunggu jawaban dari Nensy, Aldo sudah melumat bibir seksi Nensy**
" Kamu mau berapa?" Tanya Aldo setelah pergulatan mereka selesai.
" Kau pikir aku pelacur?" Nensy mengelus pipi tampan Aldo
" Lalu? Gratis?" Aldo membelalak tidak percaya
" Aku bukan pelacur, Aldo..aku suka permainanmu" Nensy mencium bibir Aldo
" Oh ya, hebat mana dengan permainan Tama?"
" Kamu lebih lembut dan menghayati.." Usap lembut jemari Nensy pada pipi Aldo.
" Oh ya, kamu lebih suka denganku berarti sayang?" Goda Aldo
" Tentu.. Tapi aku mencintai Tama"
" Tidak masalah, kita tetap sering bercinta " Ujar Aldo. Nensy hanya tersenyum
*******
" Kemana saja kamu tidak pulang?"
Tanya Gandhi ketika melihat Tama memasuki kamarnya." Bukan urusan Papa!"
Tama tetap masuk ke dalam kamar, tidak lama dia keluar lagi." Kemana lagi kamu?" Kini Gandhi menghampirinya
" Bukan urusan Papa, aku tau apa yg harus aku lakukan!"
" Kenapa kamu keras kepala? Ha!" Hardik Gandhi
" Lebih baik aku keras kepala dan memperjuangkan orang yg kucintai, daripada seperti Papa tidak bisa memperjuangkan Mama!"
Ucapan Tama seketika bagai petir yg menyambar tubuhnya, membuat Gandhi benar-benar terkejut, bagaimana bisa Tama berkata seperti itu? Apa Delisa memberitahukan sesuatu? Benar sekali yg diucapkan anaknya, dia lelaki yg paling bodoh tidak bisa memperjuangkan cintanya.
" Kenapa Papa diam? Benar ternyata yg selama ini aku pikirkan?" Tama melihat ekspresi Gandhi yg terlihat berpikir.
" Tau apa kamu tentang Papa?" Suara Gandhi kini lebih pelan
" Yang aku tau Papa tidak bisa memperjuangkan cinta Papa, padahal Mama juga mencintai Papa, tapi apa? Untung Mama wanita yg kuat, mengalah demi kebahagiaan orang lain" Ucap Tama, entah darimana dia bisa berbicara seperti itu, yang jelas dia bukan anak kecil yg tak bisa berpikir logis.
" Sekarang apa Papa tetap memaksaku menikahi perempuan yg tidak kucintai? Apa Papa ingin menularkan kemunafikan Papa padaku?"
PLAK...
" Diam kamu! Kamu tidak tau apa yg sebenarnya terjadi!" Gandhi menampar Tama, dia benar-benar marah dengan semua yg diucapkan putranya.
Tama langsung pergi meninggalkan Papanya yg masih dirundung emosi. Untuk kali ini ia sangat membenci Papanya.
Gandhi menghela nafas berat, dia ambruk di kursi, dadanya terasa akan meledak. Dia bagaikan ditampar dengan semua ucapan anaknya, ya...semua benar. Dia lelaki paling munafik, dia lelaki paling bodoh yg tak sanggup memperjuangkan cintanya, tak sanggup mencintai Yuniar secara tulus karena masih ada bayang-bayang Delisa. Tapi dia sudah terlanjur berjanji menjodohkan Tama dengan Nensy anak dari Irawan, kolega bisnisnya. Mana mungkin membatalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Cinta Pratama
RomansaKisah ini sekuel dari cerita "Masih Mencintaimu". Kisah tentang Tama, Pratama Resky Yudhianto. Anak dari Gandhi dan Delisa. Dalam perjalanan hidupnya, ketika dia harus menerima kenyataan bahwa ada kisah rahasia dibalik kelahirannya di dunia yg dise...