"Yang harus kalian tahu, bahwa tidak ada yang abadi dalam lukis takdir indahnya. Semua akan luruh, seiring takdir membawanya berkelana hingga ujung per'asingan"
.
.
.Minho berjalan menyusuri pekarangan rumah warga. Ia izin keluar sejenak pada teman-temannya di rumah sakit, mendadak pening dikepalanya maka ia memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Beberapa diantara mereka yang berpapasan dengannya mengembang senyum ramah dan sedikit bercengkrama sekedar menanyakan keadaan, kata prihatin juga sudah lima kali Minho dengar dari mereka tentang temannya-Lee Felix yang juga masih belum ada kepastian untuk sadar.
"Aku harap temanmu segera sadar, kami mendoakan keselamatannya....." senyum ramah penuh perduli seorang pemuda pada Minho saat ia melewati pelataran rumahnya.
"Aku harap begitu, terimakasih atas doa nya...." Minho membalas dengan segelintir sesak di dada.
Lanjut berjalan tidak tentu arah, hanya menurut kemana kakinya melangkah. Kalau ia fikir-fikir rumah-rumah ini unik dengan bentuk atap menyerupai jamur, tidak jauh dengan film ala fairy yang ia tonton sejak sekolah dasar yang lalu.
Waktu terus berjalan kedepan, ia yakin bahwa Bumi mereka sudah membaik dan aktivitas sudah kembali berjalan normal. Ia rindu rumah mereka, rindu teman-teman kuliahnya. Yang menjadi gelisahnya adalah waktu dimensi mereka dan yang ini memiliki perbedaan yang cukup jauh. Sudah tepat satu minggu ia dan teman-temannya masih menetap setelah perebutan kekuasaan usai, jika saja Felix tidak pingsan mungkin mereka sudah kembali pada kehidupan yang seharusnya.
Satu jam disini adalah satu hari di tempat asal mereka, maka sudah berapa lama ia dan teman-temannya absen dari kehidupan yang seharusnya? Ada banyak kata harusnya di kepalanya. Seperti, seharusnya Felix tidak seperti ini....
Tapi, ia tidak ingin menyalahkan keadaan. Karna seperti yang ia tahu, bahwa jika tidak terjadi hal ini maka ia tidak akan tahu sifat asli teman-temannya seperti apa."Hihihihi...... saya hantu di siang hari" tawa melengking tepat di telinga kirinya, Minho menghembuskan nafasnya malas. Sangat malas.....
"Hehehe...." Chan datang memberikan cengiran polosnya.
"Ngapain ngikutin sih Hyung?!" Minho jengah, ekspektasi di benaknya ia akan berjalan-jalan menikmati indahnya alam Agartha, tapi realitanya kembali pada Bang Chan yang mengikutinya dari belakang. Kenapa hidupnya selalu ada Chan dimana-mana?
"Takut lo hilang" jawaban yang membuat Minho tertawa kecil. Memang pada akhirnya Bang Chan akan konyol menjawab pertanyaan jengahnya.
"Jin kali hilang...." balas Minho tertawa hambar yang disahuti tawa yang lebih tua.
"Mau kemana emang? Sendirian ajah, sedih banget kaya jomblo...." Chan menyenggol lengan Minho dengan sikutnya.
"Kemana ajah yang bikin tenang" dijawab serius oleh Minho. Chan mendesah dalam hati, padahal ia berniat mengajak Minho bercanda. Nampaknya temannya itu tidak dalam keadaan baik sekarang.
"Lee Minho....?"
"Hmmm"
"Minho....?"
"Hmmm"
"Ho...?"
"Apa?!"
"Hoho...."
"Apasih anjir?! Lo tuh ya Hyung, ada ajah bikin gue naik darah" Minho jengah. Berjalan lebih dulu dengan langkah yang kasar. Sementara Chan tertawa dibelakang, ekspresi seperti ini yang Chan harapkan. Setidaknya tidak layu seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parallel Universe -StrayKids ✔
Science FictionTHE HOLLOW EARTH THEORY Bagaimana jika benar-benar dunia parallel ada? Karna nyatanya dunia kita menyimpan banyak misteri didalamnya. Mari pecahkan rahasianya, bersama delapan penglana yang membongkar sudut rahasia semesta....! ⚠ Bahasa Semi bak...