Gone...

4.8K 934 619
                                    

"Gimana? Capek ya di permainkan Semesta?
Padahal kita gak pernah minta ada diposisi ini, sayangnya dia beda pemikiran sama kita"

.
.
.

Surya di inti Bumi lebih cepat menerbitkan dirinya dari pada di Bumi, kalau dihitung-hitung kemungkinan memiliki selisih lima Jam oleh hitungan waktu tempat asal mereka. Mungkin itulah sebab mengapa di Negri Bawah ini lebih cepat peradabannya ketimbang di Bumi. Sama-sama di Bumi sih, hanya beda kehidupan dan waktu.

Yang pertama bangun adalah Jaemin, tak ada niat untuk bengkit. Hanya mengedipkan mata sembari merileks kan tubuhnya yang kaku akibat tidur tak jelas semalaman. Dilihat, api yang semalam menyala kini telah padam, mungkin diterpa angin fikirnya.

"Eh Jen? gue kira lo masih molor" Jaemin menegur, saat kepalanya menoleh kesamping. Pundak saudaranya itu kini menjadi sandaran kepala Hyunjin dan Jisung. Namun, pemuda itu tak kelihatan risih seperti biasanya.

"Hah...? Udah, baru ajah bangun" Katanya terkejut saat Jaemin tiba-tiba bersuara menyapanya. Jaemin hanya mengangguk, kemudian berdiri sambil merenggangkan pinggulnya yang juga terasa kaku.

"Mau ikut nggak?" Tanyanya, Jeno mengernyit.

"Kemana...?"

"Nyari buah-buahan, yang semalem sama Jisung di grogotin sampe habis. Gak habis fikir gue, pantes sampe ngorok gitu tidurnya..." Jaemin menggeleng-geleng kepalanya melihat Jisung yang masih nyaman diposisinya. Jeno hanya tertawa kecil menanggapi.

"Lo tumben..." Jaemin ikut tertawa, tawa yang sebenarnya mengundang tanya diwajahnya. Pasalnya, tidak biasanya Jeno seperti ini. Mau-mau saja pundaknya dijadikan sandaran oleh orang lain, ditambah Jisung dengan suara dengkurannya yang sangat berisik. Kalau Hyunjin, mungkin Jaemin paham. Bagaimanapun mereka bersaudara, tapi Jisung...?

"Apanya yang tumben?"

"Nggak apa-apa, kayanya gue sendiri ajah deh..." ujarnya, karna tak mungkin Jeno menyingkirkan dua makhluk yang belum puas berkelana dalam mimpi.

"Maaf ya, tapi lo hati-hati..." ujar Jeno, Jaemin mengangguk, hendak berbalik sebelum sebuah suara yang masih agak asing ditelinganya membuat langkahnya terhenti.

"Na, gue ikut...!" seru Minho dengan muka bantalnya, baru bangun sepertinya.

"Gue sendiri ajah gapapa, nyawa lo belom semuanya balik..." ujarnya, Minho dengan tegas menggeleng.

"Nggak, gue ikut" katanya, seraya berjalan didepan mendahului yang membuat Jaemin bingung. Bukan sekali dua kali ia melihat Minho dan teman-temannya terutama Chan ataupun Jisung bertingkah konyol apalagi Jeongin dan Changbin. Ditambah Jeno yang kadang membumbui lezatnya suka cita guyonan diantara mereka. Pasalnya, kerap kali Jaemin berfikir Minho ini punya kepribadian lain yang tiba-tiba bisa berubah. Jaemin itu teliti, detail dan memperhatikan hal sekecil apapun yang ada didekatnya. Termasuk karakter teman-teman Hyunjin yang baginya hampir semuanya tak waras. Tapi, ia sendiri tahu mereka semua punya solidaritas yang tinggi.

"Na ngelamun. Awas ada semut nanti lo injek, barang kali yang lo injek itu si Ayah yang lagi cari nafkah. Kasian anak istrinya dirumah nungguin, kalau tau dia mati gara-gara lo injek, apa lo tega?" Ujar Minho, Jaemin mengerutkan dahi bingung. Yang jadi masalah, Minho berkata tidak terlihat seperti mengajak ia bercanda.

Parallel Universe -StrayKids ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang