Lie... (2)

5.3K 931 426
                                    

"Segala sesuatu yang amat terlihat menakutkan akan benar terjadi menakutkan, jika selalu memprediksikan apa yang terjadi setelahnya. Dan taruhan yang akan lo terima keseluruhannya adalah rasa Kehilangan...."

.
.
.

"Lo ini tau kata terimakasih gak sih?! Hampir satu jam lebih tau gak gue gotong badan lo yang kelebihan dosa itu, sama Jaemin berdua. Bukannya makasih malah ngomel-ngomel, gunanya lo punya hati tuh apasih anjir...?!" Emosi Jeno melonjak, dikala mereka baru saja melewati perbatasan selatan. Yang artinya mereka sudah jauh dari kawasan penduduk. Changbin yang baru sadar terkejut melihat Jeno dan Jaemin membawa dirinya, terutama Jeno yang sering membuatnya kemusuhan selain Jeongin. Alhasil, ia melepaskan diri secara paksa yang membuat Jaemin dan Jeno terhuyung dan jatuh. Jaemin keburu ditolong Jisung sementara Jeno menabrak dinding stalagmit. Itu cukup sakit, dengan ruam merah di keningnya.

"Seenggaknya bagus tau, ada mahakarya alami di jidatnya Jeno" Jeongin menimpali, suasana cek cok adu mulut yang malah ditambah ucapan tidak bermutu Jeongin, Hyunjin terpaksa menutup mulut yang termuda agar tidak ikut berkontribusi dalam masalah tersebut. Beruntung, wilayah ini cukup aman dan jauh dari Drone-Drone pengintai di kawasan penduduk. Kalau tidak? Bahaya sudah jelas mengepung mereka.

"Minta maaf cepet! Cium kaki gue!" Bentak Jeno marah, Changbin malah tertawa sarkas.

"Dih? Anak sultan mana lo? Lagian gue gak minta lo buat bantu gue kok" ujarnya. Jisung yang mendengar ikut-ikut gemas sendiri melihat Changbin yang memang minta ditendang ke galaksi lain sepertinya.

"Anj... lo ini gak tau terimakasih apa? Eneg gue liat muka lo lama-lama"

"Si Changbin mah gak punya hati tau Jen, kalo pun ada pasti hatinya dibuat dari batu-batu kuno, yang kerasnya melebihi kerasnya hidup" Jeongin lanjut bicara lagi, yang kali ini Seungmin menyenggolnya dengan keras. Untung masih punya perasaan, kalau saja tidak ia buang Jeongin jauh-jauh dari hidupnya.

"Sumpah Jen, kalo gue jadi lo nih ya, si Changbin udah gue tendang ke planet Pluto. Biar ikutan ilang dari semesta" Chan ikut mengompori.

"Jangan Chan, kasian. Maksudnya kasian planet plutonya yang harus menghilang dari semesta tapi bawa beban dosa seberat Changbin" Minho menambah-nambahi.

"Lo tuh! Temen kok bangke sih?!" Changbin melotot pada dua orang tertua, cengiran nampak di wajah polos tak berdosa ditunjukan Minho dan Chan.

"Aduhh gue suka deh keadaan gini, membakar energi dan jadi bikin semangat" antusias Jeongin membuat mood Felix semakin buruk, kepalanya sudah pusing dihantui banyak pertanyaan. Tapi makhluk yang hampir seluruhnya tidak waras ini seakan tidak ada beban berada di kehidupan lain yang memang tak semestinya mereka ada disini.

"Udah sih yailah, jangan berantem. Dikit-dikit berantem, dikit-dikit marahan. Lo semua tuh anak TK atau apasih? Malu-maluin tau gak. Hyunjin? Kenapasih temen lo begini semua bentukannya?" Amarah Jaemin, Hyunjin tertawa disampingnya. Bertengkar adalah sarapan bagi Hyunjin ketika ada di kehidupan asli mereka. Ternyata, dalam situasi mengerikan seperti sekarang tak goyah membuat mereka masih bersikap guyon.

"Eh maaf sebelumnya, gue kagak ya!" Seungmin menolak argumen Jaemin.

"Lo lupa, gue orang paling waras disini. Cuman karna gue yang polos nan menggemaskan unyu ini terkontaminasi sama spesies langka kaya gini ajah, jadi hidup gue agak bengkok sedikit" Jisung menimpali.

"Jijik ih amit-amit" Felix begumam.

"Alah lo semua sama ajah. Udahlah berenti, gausah cek cok lagi. Gak baik" ujar Jaemin melanjutkan.

Parallel Universe -StrayKids ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang