"Semua orang berhak emosi, kita hanyalah satu tokoh yang dijalankan Semesta. Semesta berkonspirasai dalam garis setiap kehidupan, yang sayangnya prediksinya terkadang salah. Maka kita sebagai Manusia, bukan hanya emosi, tapi percaya bahwa teori yang dicptakan semesta belum tentu benar"
"Ada hal yang bisa diubah bukan? Lalu kenapa harus menyerah dibanding berusaha semampu yang kita bisa? Semesta tak pernah menuntut, tapi bagaimana caranya kita mempertahankan itu tanpa mengancam diri"
.
.
."Lix, kalo lo gak yakin mending lo gak usah angkat kaki" ujar Jisung yang tiba-tiba datang menemuinya setelah ia memisahkan diri beberapa saat yang lalu, setelah Woojin memberika kamera kecil padanya.
"Lo takut?" Jisung kembali bertanya, sementara Felix masih terdiam sambil memandang pepohonan rindang didepan mereka.
"Semua orang hidup dalam kecemasan, ketakutan, bayang-bayang mengerikan yang enggak pernah ada ujungnya. Itu wajar kan Jisung?" Felix beryanya balik, tanpa menatap lawan bicaranya.
"Iya, dan lo mencoba untuk menghindar akan hal itu" Jisung menyahut, Felix meringis dalam hati.
"Pada akhirnya mau menghindar atau enggak, takdir bakalan terjadi kan? Hidup dengan bayangan waktu dan kejadian sama sekali bukan takdir baik Jisung" Felix menoleh hingga beradu tatap dengan Jisung yang nampak kebingungan dengan pertanyaannya.
"Jujur gue takut..." Felix menangis tanpa sebab yang tak Jisung ketahui alasannya. Apakah Felix sedang memprediksi kejadian yang akan terjadi? Atau apa?
"Kalo gitu lo gak usah pergi, gue ajah yang gantiin lo"
"Enggak bisa..."
"Kenapa enggak bisa? Lo takut, lo ragu, terus kenapa lo setuju pergi kalo lo takut? Itu cuman bikin semuanya kacau. Buat lo ataupun yang lain"
"Jisung, kalo gue gak ikut bakalan ada duka" jawabnya dan langsung pergi meninggalkan Jisung yang termangu, mencoba mengerti maksud ucapan Felix.
"Duka?" Gumamnya.
.
.🕄🕃🕄🕃
.
."Pakai ini ditelinga kalian, dan taruh ini dibalik jaket kalian" Woojin memberikan Walkie Talkie pada Minho, Felix dan Seungmin.
"Kalian denger intruksi dari gue atau Hyunjin, terus kabarin kita kalo ada hal yang berbahaya" lanjut Woojin kembali, yang mana ketiganya mengangguk mengerti sembari memasang benda yang diberikan Woojin pada mereka.
"Cek..cek..." Minho mencoba, mendekatkan jaketnya kearah mulut. Hyunjin yang terkejut tiba-tiba terdengar suara berat bergema dikepalanya tersentak. Sedangkan Woojin yang merasa sistemnya sudah terhubung mengangguk. Tanda semuanya beres.
"Hehe maaf Jin..." Minho memperlihatkan cengirannya. Sedangkan Hyunjin menghela nafas canggung.
"Iya gapapa, hati-hati ya. Pokoknya terus kabarin kalo ada apa-apa" ucapnya sembari memperingati.
"Selagi ada gue, semuanya gue usahain aman" ujar Minho memberi gestur ibu jarinya pada Hyunjin, Seungmin mengangguk yakin sementara Felix terdiam. Sejujurnya ia ragu, sangat ragu.
"Lix...?" Jisung menyadarkan lamunan Felix, ia sendiri menghawatirkan Felix yang terlihat memaksakan keadaan untuk ikut pergi kepusat kota.
"Ah, kenapa?" Felix bertanya balik, sedangkan Jisung terdiam, menatap mata sahabatnya yang menyiratkan banyak tanya di kepalanya tersebut. Jisung menghela nafasnya, lalu menoleh pada Woojin yang memeriksa sistem yang tersambung pada Walkie talkie dan kamera pengintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parallel Universe -StrayKids ✔
FantascienzaTHE HOLLOW EARTH THEORY Bagaimana jika benar-benar dunia parallel ada? Karna nyatanya dunia kita menyimpan banyak misteri didalamnya. Mari pecahkan rahasianya, bersama delapan penglana yang membongkar sudut rahasia semesta....! ⚠ Bahasa Semi bak...