creepy

90 5 1
                                    

Suara denting piano terdengar dari bawah memaksa mata ini membuka , dengan muka bantal langkah kaki ini seakan menuntun ke bawah untuk melihat jari siapa yg tengah menari dia atas tuts piano .

Nada demi nada dimainkan nya perlahan terdengar sedikit syair yg sangat indah.

Sambil menikmati melodi nya kaki ini seakan terpaku di anak tangga, rasa nya enggan untuk pergi meninggalkan tempat

Ada hati yg termanis dan penuh cinta
Tentu  saja kan ku balas seisi jiwa
Tiada lagi tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan sungguh aku sayang kamu


Begitu lah lagu yg dia nyanyikan dengan diiringi denting piano jari jari nya menari di atas tuts piano .

Gue pun memberikan tepuk tangan

" Kirain ga bisa nyanyi "
" Baru bangun ?" Sambil menutup hidung nya seakan meledek gue yg baru saja bangun dari mimpi

" Gue ga sebau itu kali zid "
"Mandi gih tuh sarapan nya udah di siapin "
" Waah kesukaan akuu...makan dulu boleh engga ? "
"Mau mandi apa di mandiin , terus di kafanin , terus di sholatin mau?"
" Ga di filter dulu klo ngomong tuh"
"Ya udah mandi"
" Iya iya "

Gue meninggal kan Zidan yg masih duduk di depan piano.

" Bi iyem yg lain pada kemana ?"
" Nengok den attala neng"
" Bi iyem udah sarapan ?"
"Udah neng tadi sama a Zidan dan pak Maman juga "
" Oh yaudah bi , bi iyem klo cape istirahat ya "
"Iya neng "

*A few minutes later

Bersolek sudah menjadi bagian dari wanita. Terlihat Zidan yg sudah pindah tempat bukan lagi di dapan piano kini dirinya asyik dengan sepeda yg terparkir di garasi

Seakan tidak sabar menemuinya kaki ini menuntun kemana dia berada, aroma tubuh nya sangat harum mungkin siapa pun akan mengenali aroma ini

" Lagi apa? "

Tanpa menoleh sedikit pun dia menjawab

" Sepeda udah lama gak dipake ya "
" Iya soal nya ga ada yg ngajak "

Dengan tatapan tajam nya dia menatap dalam soalah tak percaya siapa yg berdiri di depan nya kini

"Masyaallah "

Itu kata yg keluar dari bibir nya yg berbisik perlahan

" Jgn bengong nanti kesambet Loh"
" Ini kamu ? "

Seakan masih tidak percaya dia terus bertanya, rasa penasaran mengusik hati nya kini entah karena kagum tau bagaimana. Tak habis akal dia yg masih penasaran bertanya kepada Bi iyem dan pak Maman

" Pak ini zilan bukan ? "
" Iya a itu teh neng zilan"

"Wow"

"Kenapa si ? Cantik kan aku "

Dia hanya diam raut wajah nya berubah seketika.

" Kamu knpa diem aja"
"Ga apa Zil , bubur nya udah dimakan ?"
" Ini mau"

Suara dering telfon memutus obrolan kami sejenak

"Dari siap?"
" Ibu "

Kedatangan nya ke ruamah bukan hanya sekedar mengantarkan makanan dan berbincang dengan gue tapi dia juga tidak segan untuk membantu pak Maman dan bi iyem mengerjakan pekerjaan rumah sikap nya yg 180 Drajat bertolak belakang dengan kebanyakan pria.

Dia membantu pak Maman untuk merapihkan pot bunga sedangkan gue menyantap sarapan bubur yg telah dia bawa.

Tiba-tiba tanpa sebab yg pasti dia berlari sangat kencang menuju ke arah gue , membuat gue panik dan khawatir.
Wajah nya begitu pucat dan nafas yang terengah-engah

"Kenapa ?"

Dia hanya diam, telapak tangan nya dingin dan jantung nya berdegup kencang

" Ini minum dulu"

Segelas air pun dia minum , dia membaringkan tubuh nya dengan keringat yg terus mengucur dari keningnya, menunjukan seolah dia tidak dalam kondisi baik.

" Tadi aku mau pindahin pot yg itu" sambil menunjuk ke arah pot yg dia maksud

"Terus..."

" pas di angkat ada kodok banyak banget kan geli ya , yaudah aja lari "

Mendengar pernyataan nya semua yg semula nya khawatir dan takut akan kondisinya , berubah menjadi tertawa seakan tidak menyangka laki-laki yg selama ini dianggap kuat dan pemberani ternyata takut dengan seekor kodok.

" Duh malu sama lengan berototnya klo sama kodok aja lu takut " ledek gue kepada Zidan yg masih ketakutan

" Engga takut Zil cuma geli ".

" A Zidan ada-ada aja kirain bi iyem teh kenapa "

Ya begitu lah dia, Zidan bukan orang hebat , dia juga tidak begitu kuat tapi dimana ada dia disitu ada tawa bahagia.

ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang