sembunyi

69 4 0
                                    

Entah hati nya terbuat dari apa sesabar ini mengahadapi banyak pesan diskriminasi yg tidak dikenal nya 

Terenyuh hati ini karena sikap nya yg tenang  seolah tidak terjadi apa apa
Bahakan dia tidak ingin satu orang pun tau tentang kondisinya.

Entah sudah berapa lama kepala ini bersandar di dada nya sampai tak sadar dia sudah tidak lagi berbaring di tempat nya.

"Eh udah bangun "  tegur nya sambil membawa semangkuk bubur.

"Aaa, makan dulu" seru nya sambil menanggalkan sendok yg penuh dengan bubur.

Seolah tidak menolak perintah nya mulut ini pun langsung melahap bubur yg dia buat.
Entah kenapa air mata ini menetes

" Jgn nangis " tangan nya mengusap pipi yg telah di basahi oleh air mata.

"Kenapa gak pernah bilang ?! "
"Udah lah jgn bahas paling orang iseng "
"Perlu di bahas zid"
"Apa manfaat nya zil ? Ga ada kan , kita cuma hidup satu kali manfaat kan hidup sebaik mungkin"
" Aku cuma takut"
" Takut kenapa "
" Takut kamu ninggalin aku "
" Takut tuh kalo seandainya Rab mu yg ninggalin kmu , jangan bergantung pada makhluk Zil nanti ujung nya sakit, jodoh mu , hidup mu , bahkan mati mu hanya Allah yg ngatur, jadi jangan takut oke ?"

Tutur  katanya yg penuh makna seolah  mengandung banyak sekali pelajaran yg mampu meyakinkan hidup ini .

Begitu sabar dia mengahadapi apa yg terjadi bahkan masalah sebesar apapun baginya itu kecil di mata tuhan.

"Boleh peluk ?"
" Belum mandi gak boleh "
" Ampun ya ga ada romantis nya lu zid"
" Ya ya ya ya"

Tubuh nya seakan tidak menolak atas rangkulan tangan yg begitu erat.
Dia hanya diam tanpa suara.

"Astagfirullah bukan muhrim woy "
Suara kaleng rombeng terdengar dari arah lorong rumah suaranya begitu menggema

" Gitu lah jomblo iri aja " seru gue
"Fotoin gue dong teh " pinta Zidan
"Alay lu " seru teteh
" Gue cuma lebay doang ko teh "
"Alay sama lebay adek kakak an "

Hari ini rencana nya kita akan pergi berlibur selepas kegiatan yg begitu padat.
Gue langsung pergi meninggalkan Zidan yang sedang bersiap siap.

Seisi baju semua di keluarkan tapi belum juga menemukan baju yg cocok.

" Yg ini pantes engga?"
"Jangan lama lama Napa Zil cape nungguin nya kasian tuh Zidan udah siap " seru teteh
Gak lama gue keluar dari kamar dan langsung menemui Zidan yg sudah berada di luar rumah.
Tiba-tiba Zidan mendekatkan mukanya ke arah gue.

" Lipstik nya kemerahan"

Sedekat itu mukanya dengan gue membuat jantung gue berdegup kencang.

" Udah siap ?"

Zidan hanya menganggukan kepalanya.

Mobil kini berjalan dan mulai meninggalkan rumah...
Sosok yg sangat dingin sekarang begitu dekat dengan jiwa ini bahkan sekarang menjadi hangat.
Banyak sekali hal yg kami bicarakan selama di perjalanan hanya untuk memecah kan keheningan.

"Zid jgn dulu ngelamar zilan ya sebelum gue di lamar orang "

"Hmmm"
"Makanya cepet punya pasangan biar kemana mana ada yg nemenin "
"Berisik lu Zil"
"Hahaha"

Satu jam setengah perjalanan telah kami lalui sampai akhir nya sampai di  tempat kami tujuh.
Zidan segera membongkar perlatan perkemahan.

Semua peralatan masak pun tidak ketinggalan untuk di keluarkan. Seperti biasanya dia sangat gesit melakukan hal berbau perkemahan sampai akhir nya semua nya sudah siap.

Hari ini begitu cerah terik matahari begitu hangat , terlihat dia yg melihat sekeliling nya.

" Ada plastik ?"
" Buat apa "
" Tuh banyak yg buang sampah sembarangan"

Tanpa rasa jijik sedikit pun dia memungut sampah yg tergeletak di sekitaran tenda , hal tersebut membuat sebagian dari penghuni camp juga ikut mengumpulkan sampah yg ada di sekitar Buper tersebut.

Satu langkah kecil bisa mengubah segalanya.
Dirasa semua nya sudah bersih dia kembali ke tenda

"Zid fotoin gue sama zilan dong " pinta teteh

Tanpa penolakan dia menuruti perintah teteh.
Waktu bejalan begitu cepat suara perut meluai berdemo menyuarakan keinginanya

"Mau makan apa teh , zilan?"
" Emng lu bisa masak "

Sambil memutarkan bola matanya seraya malas untuk menjawab pertanyaan yg sudah tau jawaban nya . dia meninggalkan gue dan teteh yg masih mengabadikan momen berdua.

Tanpa di pinta teteh makanan sudah tersanding di luar tenda beralaskan matras  ,teh hangat di temani pisang goreng keju menjadi menu pembuka.

Aroma nya begitu kuat membuat siapa pun orang yg menghirup ingin menyantap nya.

"Wow jago juga ya " seru teteh

" Gue manusia bukan ayam jago"

Gue pun mencubit pipinya yg mulai bertingkah manja seperti anak kecil ketika sapaan jago yg di lontarkan teteh kepada Zidan.

Tangan nya mulai dingin , gue pun menggenggam dan gak akan gue lepas.

Suara dering telfon memecahkan keheningan yg tercipta dia lepaskan genggaman tangan ini , dan beralih ke tempat yg  lebih sepi. Tidak di pungkiri hati ini mulai risau dengan sedikit perubahan yg ada pada dirinya

Seakan hati mulai bermain dengan pikiran yg menimbulkan pertanyaan

siapa yg telfon? Kenapa harus jauh ?

Pikiran dan hati ini terus beradu argumentasi seakan ada yg dia sembunyikan.....


ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang