30

3.3K 258 5
                                    

Typo adalah salah satu bakatku yang sering muncul 😆

.
.
.



Jimin tersenyum saat melihat banyak sekali notifikasi dari situs belanja online miliknya, padahal baru satu jam yang lalu dirinya posting foto. Tentu saja itu karena dirinya orang yang terkenal, tinggal share di Instastory dan boom.... Semua yang Jimin jual akan laku dalam sekejap.

Seperti sekarang, bahkan beberapa uang sudah masuk ke dalam rekeningnya... Jimin geleng-geleng, penggemarnya benar-benar luar biasa. Nanti malam Jimin berjanji akan nge live di Instagram dan akan ngadain QnA, spesial untuk penggemarnya.

Sekarang Jimin sedang mengepak beberapa barang dan alat musiknya. Jimin memandangi alat musiknya lama. Hampir semua barang dan alat di ruang musiknya ini dia beli dari uangnya sendiri, jadi rasanya sayang sekali bila dijual. Tapi apa boleh buat, Jimin hanya bisa melakukan ini.

Jimin mendengar suara pintu yang dibuka dan menoleh ke arah pintu, ternyata ibunya. Ibunnya hanya memandanginya, Jimin tau, pasti ibunya ini merasa sayang akan apa yang Jimin lakukan.

Ibunya masuk dan mendekat pada Jimin, "Kamu kenapa harus jual semua isi ruang musik kamu sih Jim?"

"Nggak semuanya kok bu" Jimin masih bisa menjawab dengan nada bercandanya.

"Piano gak Jimin jual kok" Jimin menunjuk piano yang berada disudut ruangan, "Sama itu, itu, juga itu dan itu. Gak Jimin jual" Jimin menunjuk pada gitar listriknya, seperangkat mic condencer nya dan terakhir sofa berwarna merah dan meja sofa.

Ibunya tertawa, Jiminnya benar-benar lucu. Ibu Jimin ingin-ingin saja melarang Jimin, tapi dia tidak bisa. Ayah Jimin setuju-setuju saja dengan keputusan Jimin, dan juga semua barang yang dijual anaknya ini memang sepenuhnya milik anaknya. Tidak ada campur tangan orang tua.

Serendipity
Jeontara01

Jimin kini duduk disofa merah dengan makanan dan minuman yang ada dimeja. Dia masih betah berada diruang musik walau sekarang rasanya seperti kosong.

Dia bahkan juga menjual seperangkat drummnya. Alat musik yang sering dimainkannya saat bosan. Sekarang sudah hampir sore dan dia sudah mengirim semua barang-barang yang dijualnya.

Ibunya bahkan sekarang berada diruang yang sama dengannya, yah ibunya juga masih di ruang musik Jimin. Katanya bosan nonton terus, jadi lebih baik menemani Jimin. Tapi ibunya itu sedang asyik main piano sendiri.

Benar sekali, Jimin tidak menjual pianonya karena ibunya suka bermain piano. Jimin juga suka sekali mendengar orang bermain piano, padahal Jimin sama sekali tidak bisa bermain piano. Bukan tidak bisa tapi tidak mau belajar. Katanya cukup mendengar dan menikmati ibunya bermain.

Ibunya Jimin tiba-tiba berhenti bermain, membuat Jimin yang tadi memejamkan matanya menikmati melodi itu jadi terbuka paksa.

"Jimin! Gitar hadiah ayah kamu jual juga?" Ibunya mendesak Jimin, dengan tatapan tajamnya menatap Jimin.

"Astaga!" Jimin menepuk keningnya.

"Jangan bilang kalau itu kamu jual juga!" Bentak ibunya tapi tidak terlalu kasar.

"Ya ampun, bisa-bisa ayah merajuk. Bilang kamu anak durhaka karena jual hadiah dari ayah" Ibunya menggeleng kalau mengingat kelakuan suaminya yang kadang kekanak-kanakan.

"Bwahahahah...." Jimin tertawa memegangi perutnya, "Ya enggaklah buk, masa Jimin jual" Jimin menjawab dan ibunya menekan tuts piano dengan sepuluh jarinya, membuat suara yang keras hingga Jimin menghentikan tawanya.

Serendipity [kth•jjk] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang