Bagian - 21

637 23 9
                                    

"Kemarin aku habis ketemu Tante Ratna di RSIM, waktu nganterin Oma check up."

Kenzio bertemu dengan Mike sepulang sekolah. Keduanya hendak berkunjung ke rumah Devan, setelah dirasa anak itu sudah terlalu lama tidak masuk sekolah. Namun, perbincangan Kenzio dan Mike mengarahkan keduanya untuk pergi ke tempat lain.

"Kok bisa Tante Ratna di RSIM? Nggak keluar kota juga sama Devan?" Mike merasa heran.

"Nggak tau, katanya jenguk kerabat yang sakit. Di poli jantung lagi."

"Oh ... Tapi masak iya nggak sama Devan, ikut keluar kota?"

"Makanya ... aneh banget keluar kota mamanya nggak ikut."

Mike menanggapi Kenzio dengan mengangkat bahu.

"Anyway, Mike, kamu yang udah temenan sama Devan dari SMP, dia sering absen gitu juga nggak sih?"

"Hmm ... seingetku dulu dia ada beberapa kali nggak masuk juga. Tapi aku nggak merasa aneh sih waktu itu. Cuma kalo dipikir sekarang, iya juga ... ada yang aneh ... soal Devan."

"Aneh gimana?"

Mike menerawang, menjelajah ingatannya dan mengumpulkan keping memori saat duduk di bangku SMP bersama Devan. Mike ingat Devan tidak pernah ikut pelajaran olahraga, saat itu Mike menganggap Devan sengaja tidak ikut karena ingin menemani Anne-yang memang punya asma dan tidak bisa aktivitas fisik secara intens. Jika dipikir lagi, hal yang sama masih terjadi semasa SMA. Devan sejauh ini tak pernah ikut olahraga sama sekali. Dan nilainya masih aman karena entah mengapa guru mau memberinya dispensasi dengan tugas lain sebagai ganti penilaian praktik.

Mike ingat Devan jarang sekali ikut upacara, mungkin selama 5 tahun mereka berteman, bisa dihitung jari berapa kali Devan ikut upacara. Lagi-lagi, Mike tidak menganggap itu aneh karena mengira Devan memang ingin bersama Anne yang juga tidak ikut upacara.

Mike ingat saat SMP, setiap setelah ujian semester, Devan hampir selalu tidak ikut class meeting karena tidak masuk sekolah. Sependek ingatan Mike, Devan hanya ikut satu kali saat kelas 3 dan itu pun karena kelas mereka harus menampilkan pertunjukan-Devan menjadi scriptwriter-nya.

Mike ingat pernah memergoki Devan membawa obat sangat banyak di tasnya. Ketika ditanya, Devan tidak memberikan jawaban yang jelas-yang bahkan Mike sekarang tidak ingat apa jawaban Devan kala itu.

"Entah kenapa tiba-tiba aku teringat banyak hal. Ada yang aneh sama Devan. Ken, dia ... dia nggak lagi sakit kan, ya?" ujar Mike, bertukar pandang dengan Kenzio.

"Jujur aku masih ngerasa suspicious waktu kita di rumah Devan pas itu, sebelum diklat. Mana ada sih Mike, orang bener yang tiba-tiba tidur di kamar mandi? Mana pas kita pindahin Devan nggak ada geraknya sama sekali." Kenzio turut mengemukakan analisisnya.

"Sama! Aku juga kepikiran kejadian itu. Mana Tante Ratna kayak keliatan udah biasa gitu, menghadapi Devan yang ... tau dah, aneh banget kurasa."

"Mike, aku nggak yakin mau bilang ini. Waktu itu di kamar mandi Devan, aku sempat lihat ada laci kebuka dan isinya kayak botol obat-obatan. Tapi karena aku juga lagi bingung, kupikir salah lihat. Mungkin shampoo atau sabun, pasta gigi. Tapi kalo dipikir lagi, bentuknya kayak obat sih."

"Serius?"

Kenzio menjawab dengan anggukan.

"Ken, kita ke RSIM aja nggak sih? Ke poli jantung katamu itu."

Elegi Sebuah Pagi (On-Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang