ch.3

11.1K 1.3K 458
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment. Trims!❣

Saat keluar dari ruang OSIS, Jaemin mendapati Jeno sudah menunggunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat keluar dari ruang OSIS, Jaemin mendapati Jeno sudah menunggunya. Sesaat mereka bertatapan canggung. Jaemin langsung mengalihkan pandangan dan berjalan menyusuri koridor kelas. Jeno segera menyusulnya.

"Bagaimana sidangnya, Na?" tanya Jeno perhatian dan penuh penasaran. Dia menjejeri langkah pacarnya itu.

"Enggak gimana-gimana. Untunglah, aku masih bisa ngatasinnya."

Jaemin berjalan lebih tergesa menuju lapangan basket, ke arah gerbang sekolah. Jeno masih membuntuti di belakang.

"Terus, keputusannya apa?" tanya Jeno penasaran.

Langkah Jaemin berhenti. Dia menoleh ke belakang dan menatap Jeno. "Aku tetap jadi pacar kamu," tuturnya dengan senyum polos yang ramah.

Jeno ikut nyegir senang. Hatinya merasa menang. "Ngomong-ngomong, apa sih, alasan kamu mau jadi pacarku?" tanya Jeno dengan senyum mautnya.

"Karena kamu nembak aku," jawab Jaemin enteng.

"Maksudku, bukan alasan yang itu. Alasan yang lainnya," desak Jeno.

"Enggak ada." Jaemin angkat bahu, cuek.

"Enggak ada? Jadi, kalau aku enggak nembak kamu, kamu enggak mau jadi pacarku?" tanya Jeno sedikit heran. Dikiranya, Jaemin punya alasan lain yang lebih romantis.

Jaemin mengangguk, seraya tak lupa memberikan senyumnya. "Aku pulang duluan, ya. Udah dijemput."

Haechan berkali-kali menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang sedang kalut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan berkali-kali menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang sedang kalut. Di hadapannya, Jaemin duduk santai. Wajahnya yang selalu penuh senyum itu tampak tenang.

"Kamu mau nanya soal----"

"Enggak!" potong Haechan cepat. Ruang OSIS yang sepi ini menambah keheningan yang menyeruak di antara mereka.

"Maaf," ujar Jaemin pelan, "kamu boleh marah sama aku."

"Aku enggak marah," ujar Haechan yang terlihat sedang berusaha mati-matian menahan amarahnya. "Tapi . . . ah, Na, selama empat tahun kita bersahabat, aku masih belum bisa mengikuti jalan pikiran kamu!"

Jadian(?) |NOMIN|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang