ch.29 (end)

6.5K 572 53
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment!♥
.
.
.
.
.
.

"Aku enggak bisa menerima ini, Jen," ujar Jaemin di taman kota kala itu. Dia baru saja sampai di rumah dan saat membuka tas, didapatinya sebuah kotak perhiasan yang berisi cincin platina. Cincin terindah yang pernah dilihatnya. Di sisi luar cincin tersebut terdapat ukiran bintang, bulan, dan matahari. Sedangkan, di sisi dalam terdapat ukiran namanya. Sangat indah memang, sesuai dengan kesukaannya pada langit. Pasti dipesan khusus oleh Jeno, tapi dia tetap tidak bisa menerimanya. Maka dari itu, dia segera menelpon Jeno untuk menemuinya kembali di taman kota, bermaksud mengembalikan hadiah yang diam-diam Jeno masukkan tadi saat di kafe.

 Maka dari itu, dia segera menelpon Jeno untuk menemuinya kembali di taman kota, bermaksud mengembalikan hadiah yang diam-diam Jeno masukkan tadi saat di kafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa, Na? Kamu enggak suka? Kalau begitu, nanti aku gantikan dengan yang lain." tanya Jeno dengan pandangan pengertian.

"Bukan enggak suka, Jeno. Cincin ini indah banget. Aku suka, tapi . . . " ujar Jaemin dengan alis mengkerut tanda sungkan.

"Kenapa?"

"Ini pasti mahal."

"Untuk hari spesial, mahal sedikit enggak apa-apa, kan?" tanya Jeno.

"Tapi, Jeno, apa . . . kamu punya maksud di balik hadiah ini?" Jaemin balas bertanya.

Jeno terdiam. Jika dia mengatakan tidak punya maksud, itu bohong!

"Aku enggak bisa memberi kepastian saat ini, Jen. Jangan terlalu berharap banyak dari aku. Kita enggak tahu rencana Tuhan ke depannya." ujar Jaemin lembut, takut menyinggung perasaan pemuda di depannya.

Terdengar helaan napas Jeno di seberang sana. "Aku enggak punya maksud apa-apa. Tolong diterima, Na. Sebagai hadiah persahabatan. Kamu enggak perlu pakai tiap hari. Jadikan saja aksesoris kalau kamu ada acara khusus. Kamu mau, kan?"

Tak ada jawaban dari Jaemin.

"Na, aku mohon . . ."

"Kalau hanya sebagai tanda persahabatan, baiklah," jawab Jaemin akhirnya.

"Terima kasih." Jeno menampilkan senyum mata sabit khasnya. Terlampau senang karena Jaemin akhirnya menerima cincin pemberiannya.

Jaemin tertawa. "Seharusnya, aku yang bilang begitu."

"Enggak. Aku berterima kasih bukan untuk cincin itu. Tapi . . . . , atas kesediaanmu menjadi pacarku selama enam bulan ini."

Hening kembali menyeruak di antara mereka berdua.

"Kamu memberiku banyak hal baru yang selama ini tidak pernah kuketahui dan tidak pernah kupunya," kata Jeno pelan. Matanya menatap penuh puja ke dalam manik karamel milik Jaemin.

Jadian(?) |NOMIN|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang