ch.7

8.9K 1.2K 248
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment. Trims!❣

Kelas sepulang sekolah sudah mulai sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas sepulang sekolah sudah mulai sepi. Semua siswa segera berhamburan ke luar setelah bel berdering. Sebagian tumpah ke kantin, sekertariat ekstrakulikuler, atau langsung pulang ke rumah masing-masing.

Haechan masih berada di kelasnya, duduk beberapa bangku di belakang Jaemin yang sedang mengobrol berhadapan dengan Jeno. Dia diminta oleh sahabatnya itu untuk menemani. Ya, sekali-kali jadi pengganti setan,tidak apa-apalah. Dari balik buku yang pura-pura dijadikan bacaannya, dia mengintip gerak-gerik dua sejoli itu.

"Maaf, Jeno. Aku tahu kamu kecewa dengan kejadian malam Minggu kemarin. Tapi, semua itu bagian dari prinsip hidup keluargaku," tutur Jaemin lembut.

"Prinsip apa?" tanya Jeno ketus. Wajahnya menampakkan rasa sebal karena merasa dikerjai oleh pacarnya sendiri.

"Aku tidak boleh berpergian dengan orang asing jika tidak ditemani oleh kakak dan adikku. Maafin aku kalo enggak bisa menjadi seorang pacar yang kamu inginkan." Jaemin menatap Jeno dan memohon pengertian.

"Tapi aku bukan orang asing, Na! Aku pacar kamu. Lagipula, sepertinya ketiga saudaramu itu over protective." tukas Jeno.

"Kamu tahu sendiri kan, Jen. Aku ini satu-satunya pihak penerima di antara ketiga saudaraku. Wajar saja kalo orangtua serta kakak dan adikku berlaku over protective. Mereka hanya tidak ingin terjadi apa-apa padaku."

Jeno menatap Jaemin dengan pandangan menyelidik. "Kamu enggak merasa terkekang? Itu kan, merusak kebebasanmu, Na. Kamu bukan anak balita yang harus dijaga setiap saat!"

Senyum Jaemin tersungging lembut. "Enggak, Jeno. Aku menganggap semua itu bagian dari kasih sayang yang mereka berikan. Lagipula, mereka selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang aku lakukan, selama itu kegiatan positif tentunya," jelas Jaemin. "Karena itu Jen, maaf kalo aku enggak akan pernah bisa pergi berdua sama kamu."

Jeno menghela nafas panjang, dia sedikit mencondongkan badan agar lebih dekat dengan Jaemin. "Aku mencintaimu, Na. Jujur, aku sangat berharap untuk bisa pergi berdua sama kamu aja. Tapi, kalo itu memang mau kamu, akan kupenuhi. Karena tujuanku hanya satu, ingin buat kamu bahagia," tuturnya dengan sorot mata serius menatap pemuda di depannya.

Hiliiihhhh . . . ! Gombal abiiieeezzz. Dasar mulut buaya . . . !!! Haechan yang mendengar pernyataan Jeno barusan, berteriak dalam hati. Dia sedikit merasa mual dan ingin muntah.

Jaemin hanya menanggapi dengan senyum tulus berterima kasih. "Makasih atas pengertianmu, Jeno."

Jeno mengambil sebatang rokok dari saku celana, lalu menyulutnya. Tapi, baru saja dia mengisap sekali . . . .

"Aku baru tahu kalo kamu suka merokok." Dengan sigap, Jaemin mengambil rokok itu dari jepitan jemari Jeno.

Raut wajah Jeno langsung terkejut melihat tindakan Jaemin barusan. "Cuma sekali-dua kali. Enggak sering kok," jawab Jeno sambil mencoba merebut rokoknya kembali. Tapi, Jaemin keburu mengelak.

Jadian(?) |NOMIN|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang