ch.19

7K 935 158
                                    

Tolong tinggalkan jejak dengan vote dan comment. Trims!♥

Suasana makan malam di ruang makan itu sangat hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana makan malam di ruang makan itu sangat hening. Yang terdengar hanya denting sendok dan garpu saling beradu.

Jeno duduk berhadapan dengan Mark. Sejak tadi, tak ada suara yang keluar dari mulut kedua kakak-beradik itu.

"Sejak kapan kamu jadian sama Nana?" Mark membuka percakapan. Jeno terdiam, merasa panas hanya karena nama Jaemin keluar dari mulut kakaknya.

"Kupikir itu bukan urusanmu."

Mark tersenyum mendengar jawaban sinis adiknya.

"Maaf, kalo itu menyinggung perasaanmu, Jen. Hanya---"

"Kakak cemburu karena aku bisa jadi pacarnya?" sela Jeno cepat.

"Cemburu? Hm . . ." Mark angkat bahu. "Bukannya sebaliknya?" godanya.

Jeno tersentak. "Apa maumu?" Matanya tajam menatap kakak laki-lakinya itu.

"Aku enggak mau apa pun," jawab Mark tenang. "Kamu aja yang sejak tadi enggak bisa mengendalikan emosi." Dia memasukkan sesuap makanan ke dalam mulutnya. Mengunyahnya perlahan, lalu kembali berkata, "Nana anak yang baik."

"Lalu?" Jeno masih menatap Mark dengan pandangan penuh amarah. Sejak dulu, dia selalu iri dengan kakak laki-lakinya ini. Mark tidak pernah tampak kesepian meski ditinggal mama dan papa. Mark tidak pernah bertengkar dengan papa. Papa menyayanginya karena Mark tidak pernah banyak menuntut. Kini, Jeno pun harus merasa iri karena lelaki yang dia cintai masih mencintai kakaknya itu.

"Nana bukan sekedar remaja biasa. Tapi, seorang anak lelaki manis yang polos dan teguh pendiriannya---" lanjut Mark.

"Dan Kakak mau bilang kalo aku enggak pantas buat dia?" sambar Jeno.

Mark menggeleng. "Tentu saja, kamu akan pantas. Kalo aja kamu mau mengubah dirimu---"

"Aku bukan dirimu, Kak!" Jeno menggebrak meja berang. "Jangan sombong karena kamu adalah teladan semua orang. Kakak jadi merasa lebih berhak untuk mendapatkan cinta Nana!"

"Jeno, Kakak enggak bermaksud---" Mark mencoba menenangkan Jeno yang sedang dilanda cemburu, namun adiknya itu kembali menggebrak meja.

"Kuperingatkan kamu!" ancam Jeno. "Saat ini, Nana adalah milikku. Dan, tak seorang pun yang bisa merebutnya dariku. Termasuk kamu! Jadi, jangan berani-berani menyentuh apa yang menjadi milikku!" Dia mendorong kursinya ke belakang dengan kasar. Berjalan cepat menaiki tangga, sebelum suara Mark kembali menginterupsi pergerakannya.

"Aku tahu kamu masuk ke dalam studio milikku," sahut Mark, hilang total sudah rasa laparnya karena pertengkarannya dengan sang adik.

"Sejak awal, kamu yang dengan berani-beraninya menyentuh milikku Jeno," lanjut Mark datar.

Jadian(?) |NOMIN|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang