"Buka pintunya,"
"Nggak--"
"Buka atau gue dobrak?!"
"Ck,"
Renjun pun memutuskan panggilannya bertepatan dengan pintu yang terbuka dan menampakkan Jihyun yang bisa Renjun tebak habis menangis semalam suntuk.
"Minggir, gue mau masuk." kata Renjun sambil mendorong pintu kamar Jihyun agar ia bisa masuk.
"Gue lagi berantakan banget, Ren." ucap Jihyun pelan.
Renjun tau sahabatnya ini sedang tidak memiliki energi untuk berdebat maka dari itu ia membuka paksa pintu kamar Jihyun kemudian menutupnya dengan ekspresi galak.
Renjun siap meledak sekarang juga kalau ia mau, tapi melihat betapa berantakannya Jihyun dirinya jadi harus bersabar agar untuk itu.
"Duduk!" titah Renjun pada Jihyun.
Jihyun yang sepertinya memang sedang malas berdebat pun memilih untuk mengalah dan pasrah kalau sahabatnya ini mau mengomel sampai berbusa pun.
"Jadi temen gue yang bodoh ini jomblo sekarang?" ucap Renjun sambil bersedekap menatap Jihyun sinis dan hanya Jihyun balas dengan anggukan kepala.
"Oke, jadi rencananya mau balik ke Ojun atau si Rawon eta?" sindir Renjun.
Jihyun terdiam sambil menunduk menatap jari-jari tangannya. Renjun yang berdiri dihadapannya pun lantas berjongkok agar bisa melihat wajah Jihyun.
"Ji, gue nggak mengira lo bisa sebodoh ini. Gue nggak mengira lo bisa sebegitu sintingnya sampai orang baik macam dia lo lukai perasaannya."
"Nggak usah nangis. Lihat gue, Jihyun." kata Renjun sambil mengangkat dagu Jihyun agar menatap matanya.
"Gue cukup kecewa dengan keputusan lo, tapi gue sadar gue nggak berhak untuk mengatur masalah percintaan kalian. Tapi satu hal yang harus lo tau, penyesalan selalu datang terakhir Jung Jihyun. Gue cuma bisa berharap kalau lo nggak merasakan itu, tapi dilihat dari kondisi lo sekarang...gue rasa lo udah paham." ucap Renjun sambil mengelap air mata yang mulai turun lagi dipipi Jihyun.
"Kalau menurut lo ini jalan yang terbaik, it's okay. Dunia nggak runtuh Ji, lo bisa memperbaiki itu semua. Just don't do something stupid again, i beg you."
Jihyun hanya bisa mengangguk sambil terisak sendu. Jujur, Renjun kasian melihatnya. Tapi Renjun nggak kalah kasiannya dengan Mark. Mark bahkan lebih mengenaskan dari Jihyun. Sebelum ke rumah Jihyun, Renjun menyempatkan diri untuk ke rumah Mark bersama Jeno dan Haechan.
Jeno berkali-kali meminta maaf atas kelakuan Jihyun, dan Haechan yang berkali-kali lipat berusaha menghibur Mark agar tidak terlalu terpuruk. Seenggaknya Mark harus tau kalau ada mereka bertiga yang setia menghibur dirinya dikala sedih.
Renjun nggak banyak bicara, ia hanya bilang kalau Jihyun memang udah pernah Renjun peringatkan tentang ini. Renjun juga meminta maaf karena telah gagal dalam menjaga Jihyun selama di Bandung. Andai Renjun bisa lebih tegas dan berani mengusir siapapun yang berusaha mendekati Jihyun, mungkin situasinya nggak akan seperti ini.
"Udah, jangan nangis lagi. Lo udah jelek banget sekarang. Jangan berani-beraninya untuk ngaca." kata Renjun sambil mengelus pundak Jihyun.
Bukannya berhenti Jihyun malah semakin terisak sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Renjun yang nggak tega pun lantas meraih Jihyun ke dalam pelukannya sambil ia elus punggungnya agar lebih tenang.
"It's okay... manusia memang tempatnya salah, don't blame your self too much tapi belajarlah dari kesalahan." ucap Renjun sambil mengelus rambut Jihyun lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Huang's Family [H-Fams]
FanfictionLadies and gentleman, welcome to Huang's Family! ©October '19