Satu Minggu kemudian.
POV Ali
"Hari ini adalah hari dimana aku akan menikah,tapi kenapa aku harus menikah dengan wanita yang tidak aku cinta ya Allah" lirih batinku
Aku menuruni tangga, ya disitu hanya sahabat ku Kevin yang menemani ku. Ayah dan adik ku saja tidak tau jika aku menikah. Dan ada beberapa tamu keluarga Latuconsina.
"Li, Lo kuat ya" hanya dia yang selalu memberikan semangat untuk aku. Kevin.
"Iya Vin, makasih" aku tersenyum tapi Hanya senyum miring melihat Prilly yang menatap ku dengan penuh kebencian.Mengapa???
"Tuan Ali apa anda sudah siap?" Ucap penghulu di depan ku.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan berjabat tangan dengan tuan Rizal.
"Saya nikahan engkau Aliand Aditya Syarif bin Syarief Alkatiri dengan anak saya Prilly Latuconsina mahite binti Rizal Latuconsina dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai" pekik tuan Rizal.
"Saya terima nikahnya Prilly Latuconsina mahite binti Rizal Latuconsina dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucapku dengan lantang.
"SAH."
Ya Allah Sekarang aku sudah menjadi suami, apa aku bisa membimbing istri ku.
Aku melihat Prilly, cantik tapi mengapa dia membenciku dan tak mau sekali di menatapku
"Gw, jadi istri Lo itu karna terpaksa ngerti" ucapannya di samping telinga ku. Menyakitkan seorang istri yang seharusnya hormat kepada suami, ini malah sebaliknya seorang istri tega menyakiti hati seorang suami.
Apa hidup ku harus seperti ini.???
"Li, selamat ya Lo udah nikah" ucap Kevin memeluk ku. Rasanya hancur .....
"Thanks Kevin" ucapku tersenyum kecut.Skip malam hari.
"Ini bantal dan guling buat Lo dan sekarang Lo keluar dari kamar gw" ya Allah serendah ini diriku.
Prilly aku selalu berdoa untuk mu. Engkau istri titipan Allah untukku. Aksi berjanji akan menjaga dirimu.
"Bunda, aku rindu hiks...." Apa yang harus aku lakukan. Aku hanya bisa menatap bintang yang meredup seperti hatiku.
Author POV
Ali dan Prilly pun menempatkan diri di kamar masing-masing. Sungguh sangat menyakitkan untuk Ali.
"Sial kenapa gw bisa nikah dengan dosen kere itu" grutu batin Prilly masih sibuk dengan leptop nya.
"Mending gw ambil minum dibawah, sebenarnya males gw ketemu itu dosen kere" ucap Prilly menuruni tangga.
Tanpa Dengan sengaja Prilly melihat Ali dikamar dan.
"Bunda, sampai kapan Ali harus menderita seperti ini,. Bun Ali belum bisa menemui Aurora dan ayah bunda" lirih Ali terdengar oleh Prilly.
"Apa benar Ali itu orang baik?" Batin Prilly.
"Lah kenapa gw mikirin dia, terserah dia mau ngapain bukan urusan gw" pekik Prilly meninggalkan kamar AliSkip pagi.
Sinar matahari pagi ini lumayan cerah untuk Ali. Ali yang sadar langsung bergegas bersiap dan berangkat ke kampus untuk mengajar seperti biasa.
"Prilly, aku pamit" ucap Ali berjalan menuju garasi.
"Terserah" ketus Prilly."Mending gw siap² dan pergi ke kampus" batin Prilly segera mengambil tas dan berangkat ke kampus.