"Naraa.."seorang wanita paruh baya memanggil nara dengan nada sedunya. Sontak panggilan itu membuat nara menengok,wanita itu memberikan tatapan nanar dan senyum terpaksa namun seakan ingin memberikan kekuatan kepada nara.
Dengan segera nara berdiri lalu menghampiri wanita paruh baya itu.
"Ibuuu" ucap nara sembari memeluk ibu angkat fajar lalu sekali lagi menumpahkan tangisnya.
Maria membalas pelukan menantunya itu serta mencoba menguatkan dengan mengelus lembut punggung nara dengan tangannya yang tak sekokoh dulu.
"Nara minta maaf bu,nara...hiks..nara gak bisa jaga fajar...hiks"
"Nara,gak boleh gitu...jangan nyalahin diri sendiri...gak papa,mungkin ini sudah suratan takdir untuk membawa fajar pergi..jangan nangis gituu ra...fajar kalo liat kamu nangis pasti gak akan suka.."ucap maria,tak setetespun air mata keluar dari mata wanita paruh baya itu. Namun matanya tak bisa berbohong,mata itu rapuh dan berkaca kaca tapi tekadnya lebih kuat untuk tak membiarkan air mata lolos begitu saja dari matanya.
Nara menghentikan tangisannya,bagaimanapun nara sudah berjanji kepada fajar untuk tak menangisi dirinya.
"Nara pengen pulang.." ucapnya sedu.
"Yaudah yuk kita pulang.." ucap safira dan maria bersamaan.
Keluarga besar itu segera pulang menuju rumah kakak nara. Keluarga nara belum mengizinkannya untuk pulang ke apartement nara dan fajar. Mereka takut nara akan terpuruk dan melakukan hal hal aneh disana.
Tak terasa seminggu berlalu, hari demi hari begitu berat nara jalani. Mengikhlaskan kepergian suami yang amat di sayanginya tidak lah mudah. Di garut,bandung dan jakarta semua mengadakan tahlil untuk mendoakan kepergian seseorang yang berharga bagi nara.
Hingga akhirnya nara di perbolehkan kembali mendiami apartement yang berisi sejuta kenangan dirinya bersama fajar.
Nit..nit..nit..ceklek..
Suara pintu khas apartement terbuka.
Tap..tapp..tapp..
Langkah demi langkah terasa berat ketika nara memasuki apartement yang sudah tak ditinggali selama seminggu lebih lamanya.
Harum coffee machiatto semerbak saat nara memasuki apartement itu. Jika kalian bertanya mengapa harum coffee,ya jawabannyafajar yang selalu menyimpan pengharum ruangan rasa coffee di setiap sudut rumah itu.
Setahun kepergian nara ke jepang dan korea,fajar selalu mengurusi rumah dengan telaten,bersih dan selalu harum.
Tap..tap..
Nara memandangi setiap sudut apartement itu,dingin pikirnya. Ya bagaimana tidak,sekarang dia akan tinggal sendiri di apartement pemberian keluarganya itu.
Nara membuka pintu kamar yang selalu ia tempati bersama suaminya yang tampan nan kalem namun sekarang dia sudah tiada.
Aroma rose semerbak langsung masuk kedalam rongga hidung nara seakan akan menyambut kedatangan pemilik kamar itu.
"Huhhh" hembusan nafas yang dalam nan berat keluar dari bibi wanita itu.
Tring..sebuah pesan telegram masuk kedalam hp nara.
Ibu
Raa,kamu gak papa?jangan lakuin hal aneh aneh ya!
Oh iya pengacara fajar bakal kesana cenah,ada yangmau diomongin..Iya bu,nara gak papa..tenang nara masih punya akal sehat ko...
Iya dateng aja weh..."Hah?Pengacara?" Batin nara.
Tak lama bel terdengar,membuat nara bergegas membuka pintu apartement itu.
Seorang lelaki paruh baya tersenyum kepadanya saat nara membuka pintu apartemennya.
"Bu nara ya?kenalin saya johan,pengacara pak fajar" ucapnya tak pernah sekalipun menghilangkan senyuman di bibirnya.
"Oh,masuk pak"ucapnara sembari membukakan pintu dan mempersilahkan pak johan duduk.
"Ada apa ya pak?" Sambung nara setelah memberikan segelas air putih pada pak johan.
"Saya turut berduka cita,saya gak nyangka pak fajar akan pergi secepat ini.. saya kira pak fajar udah sembuh total...tapi malah hipotermia yang mengambil nyawannya.." ucap pak johan sedu.
"Hmm.." ucap nara dengan mata berkaca kaca.
"Bu,ini kunci salahsatu lemari yang ada di kantor bapak...beliau bilang ini perasaan yang beliau ingin sampaikan pada ibu setiap malamnya" ucap pak johan sembari menyodorkan kunci kecil dengan gantungan bertuliskan 'together forever only u and me'
"Terus ada beberapa hal yang ingin saya bahas,pertama bapak gak mau bilang soal penyakitnya ke ibu karena bapa takut ibu khawatir dan gak fokus waktu ibu lagi di jepang..ini berkas kesehatan bapa dan perkembangan ttg trauma otak yang dideritanya,kedua bapa berhasil menemukan keluarga kandungnya selama ini...bapak ingin sekali mengunjungi keluarga kandungnya namun ia ragu jika datang dengan kondisi sakit,dan saat bapa di nyatakan sembuh bapa ingin mengunjungi keluarganya bersama ibu namun ternyata takdir berkata lain... ini berkasnya semua yang akan ibu tanyakan pasti ada disini...kemudian ini juga berkas yang sebelumnya bapa buat apabila bapa benar benar pergi dari dunia ini.. yang terakhir bapa ingin ketika bapa benar benar pergi beliau ingin menitipkan ibu kepada maximillion,teman masa kecilnya.."
"Maximillion?pilot kecelakaan pesawat kemarin?"tanya nara bingung.
"Iya bu,dan sebelumnya pak fajar juga sudah menulis surat untuk menitipkan ibu kepada maximillion jika bapa sudah tiada..dan surat itu sudah saya kirimkan seminggu yang lalu."
Tak lama pintu apartement itu ada yang mengetuk..bel berbunyi cepat sekali seperti orang yang memencet tak sabaran ingin bertemu tuan rumannya.
"Ck apasih" ucap nara jengkel sembari berjalan untuk membuka pintu.
Ceklek..pintu terbuka menampilkan sosok max yang risau.
"Naraa...kamu gak papa?nara kamu gak coba buat bunuh diri kan?ada yang luka gak?naraa kamu harus nikah sama aku!"ucap max sembari memutar mutar tubuh nara seperti ingin memeriksa keadaan nara.
"Ishhh...apa ai maneh..ehhh gelo"ucap nara sembari menepis tangan max yang memengangi tangannya.
"Ckck..sialan kelepasan toxic gue" batin nara.
÷_÷
Frm author : gimana nih setuju ga if nara sama max jadi couple? Atau gada akhlak kalo mereka sampe jadi couple?komenn yaaa.
Jangan lupa vote yaa!thx❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Night Sky
Teen Fictioncinta tak terbalas itulah yang selalu nara alami,sedih satu kata yang selalu dirasakannya setiap mendengar orang yang di sukai nya tak bisa bersama dengannya.kehilangan,beberapa kali dia merasakanya.namun bersyukur selalu dia lakukan kepada tuhannya...