"sebuah rasa akan muncul dengan beriringnya waktu, dan sebuah rasa akan hilang dengan rasa bosan yang terus bertamu diantara kita"
Givania maupun Giovani sedang berada di rooftop Rumah Giovani. Memandang rumah-rumah rakyat yang diterangi oleh lampu-lampu. Memandangi bintang-bintang dan bulan yang mendukung cuaca malam ini.
Givania memang ikut makan malam bersama dengan keluarga Wijaya ini. Meskipun sudah beberapa alasannya menolak namun tetap saja, ia kalah dengan ajakan Edgario, Melinda maupun Giovani.
Tentu saja, malam yang begitu dingin ini membuat Givania menggigil kedinginan.
Giovani yang melihat Givania kedinginan langsung melepaskan jaketnya dan membalutkan ke tubuh Givania.Givania yang sedang memandang lurus tadi langsung menoleh ke arah belakang Giovani berdiri.
Meskipun Giovani terkesan CoolBoy, Jutek dan semacamnya namun Giovani adalah seorang yang peduli akan sekitarnya.Seketika, tanpa Givania sadari ia mengeluarkan pernyataan yang sudah ada di benaknya
"Lo beneran serius nerima perjodohan ini? Apa terpaksa?"
Aduh Givania, kok Lo lancang sih gerutu Givania dalam hati
"Gue serius"ucapan Giovani membuat Givania lebih + akan rasa gugupnya. Ia takut salah bicara
"Alasannya?"
"Gue suka sama Lo"
Deg
Giovani suka sama gue? Yang benar saja
"Apa? Lo becanda kan? Masa sih? Kan kita baru aja kenal?" Tanya Givania kaget dengan alasan yang diberikan Giovani
"Gue nggak becanda, gue emang suka sama lo. Dari awal gue ketemu dan lihat Lo"
"Ahahhah pasti Lo boong lagi yah kan? Kan kita kenal dengan pertemuan tubruk-tubruk nggak jelas itu kan? Alah" ujar Givania menutup rasa gugupnya
"Gue lihat Lo bukan pas kesamber di sekolah. Tapi gue lihat Lo di Kafe Hope Koffie itu" Giovani menjelaskan
"ohhhh"Givania hanya berohria, sekarang ia tak tahu apa yang harus dibicarakan lagi.
Rencana untuk menggagalkan pertunangan dan pernikahan ini entah kenapa ia urungkan dalam-dalamApakah gue udah mulai nerima perjodohan ini?
"Kalau Lo? Apa Lo terpaksa?"
Pertanyaan Giovani membuat Givania tergagap gugup. Ia bingung harus menjawab apa.Memang, pada saat ia pertama kali bertemu Giovani ia terpesona akan ketampanannya. Tapi?
"Ka.. ka.. kalau gue.."Givania gugup menjawabnya, belum saja ia menyelesaikan kalimatnya..
Dert dert
+6296......... Is calling
"Siapa?"gumam Givania
"Siapaa? Kenapa nggak di angkat" Tanya Giovani yang melihat Givania bingung dan belum menjawab telepon yang masuk
"Gue nggak kenal nomornya"
"Jangan di angkat"ujar Giovani yang membuat Givania mengangguk.
Siapa yang telepon gue sih malam-malam begini? Gue nggak kenal lagi nomornya
Givania tidak mengangkat telepon itu. Tidak lama dari itu, sebuah pesan dari nomor yang sama mengirimkan dia pesan.
Tink
sebuah kalimat dan foto kucing mati penuh darah
+6296.........
Sebentar lagi, kamu akan seperti kucing mati ini. Tunggu saja tanggal mainnya cantik. Hahahaha (ketawa jahat)***
KAMU SEDANG MEMBACA
K A T A . H A T I
Teen FictionK A T A . H A T I Ini tentang kisah kehilangan, Ketika kau mendapatkan separuh hatimu kosong dan rapuh. Atas nama keegoisan dan ketidakpercayaan. Kita telah saling mengucapkan selamat tinggal Ketika tak ada lagi yang bisa kau percaya, ikuti Kata Hat...