Ruangan yang dilapisi warna putih, bau obat-obatan dan peralatan kesehatan ini terdapat seorang gadis yang sedari tadi belum sadarkan diri.
GivaniaKeluarga Alexander maupun keluarga Wijaya begitu khawatir akan keadaan Givania
Setelah dari ruang IGD tadi, Givania langsung di pindahkan di ruangan VVIP
Ruangan yang cukup begitu besar sehingga bisa menampung kedua keluarga yang ada dan para sahabat Givania dan Giovani"Giv? Bangun"Giovani tak henti-hentinya mengusap-usap tangan Givania yang terasa dingin, ia terus memanggil nama Givania agar gadisnya itu sadar dari pingsannya
Sedangkan teman-temannya yang lain dan keluarga yang lain duduk di Sofa yang ada di dalam ruangan yang tak terlalu jauh dari brankar Givania terbaring lemah
Giovani yang memegang tangan Givania sedari tadi merasakan ada pergerakan dari tangan Givania, perlahan mata Givania terbuka.
Semua yang berada di dalam ruangan tersebut bersyukur karena Givania telah sadar dari ketidaksadarannya tadi
Giovani memaksakan sebuah senyumnya, ia bahagia melihat gadisnya telah sadarkan diri namun ada rasa sedih melihat tubuh mungil Givania terbaring lemah dengan tabung oksigen yang setia menemani tubuhnya
"Maaf" satu kata keluar dari mulut Givania, mereka bingung kenapa Givania meminta maaf? Pasalnya Givania tak bersalah
Lina yang mendengar ucapan anaknya ini langsung mendekap tubuh Givania yang masih terbaring
"Kenapa nak? Apa yang perlu kamu meminta maaf? Kamu nggak salah, yang salah itu kami biarin kamu sendirian" jelas. Lina dengan mata yang berkaca-kaca
Apakah dokter Julian telah membicarakan semuanya?
"Maaf Mi, karena Givania acara resepsi pertunangannya menjadi berantakan dan juga karena Givania kalian semua menjadi repot"Givania sangat-sangat merasa bersalah
"Nggak papa Givania, kamu nggak salah" kini Bunda_melinda lah yang bersuara, ia juga tak tahan akan bendungan air mata di pelupuk matanya melihat calon anak mantunya ini terbaring lemah
Ceklek
Pandangan yang tadi terarah ke Givania langsung dialihkan dengan suara pintu terbuka
Mereka melihat dokter Julian yang datang bersama dua orang perawat untuk membantunya
"Permisi" ucap Dokter tersebut sopan
"Saya akan memeriksa kondisi pasien terlebih dahulu"
Setelah mengucapkan itu, Dokter tersebut langsung segera memeriksa kondisi Givania"Dokter? Apakah tidak ada penyakit lain selain Givania kelelahan?" Bryn menanyakan perihal ini kepada Dokter Julian, Givania yang mendengar pertanyaan Papinya sontan kaget, ia kira dokter Julian telah membicarakan semuanya ternyata dugaannya salah
Dokter Julian bingung, namun dengan segera ia memandang ke arah Givania. Ia melihat Givania menggelengkan kepalanya pelan, dokter Julian pun hanya membalas pernyataan Givania dengan senyuman dan anggukan
"Givania hanya kelelahan Pak"ujar dokter Julian dengan senyumnya
"Saya akan memberikan obat-obatan untuk ia minum agar tubuhnya tidak terlalu kelelahan" lanjut Dokter Julian menjelaskan"Givania nggak papa kok Pi, Givania hanya butuh istirahat" paksa Givania dengan senyum dan suara kecilnya namun masih dapat didengar oleh pasang telinga dalam ruangan tersebut
"Papi,Mami, kak Dea,Opa, Oma, Bunda, ayah, kak Juanlio, kakek nenek ngggak perlu khawatir"
"Giovani? Nggak usah takut akan kondisi aku, aku baik-baik aja kok" ucap Givania dengan tersenyum
"Untuk teman-teman terimakasih selalu setia menemani aku, jangan takut aku baik-baik aja"kini Givania meyakinkan kepada teman-temannya yang sedari tadi terlihat jelas di raut wajah mereka bahwa mereka Begitu khawatir
Kamu malaikat, meskipun kamu tidak bersayap namun hatimu begitu lembut untuk melembutkan keraguan orang lain
Dokter Julian membatin***
KAMU SEDANG MEMBACA
K A T A . H A T I
Teen FictionK A T A . H A T I Ini tentang kisah kehilangan, Ketika kau mendapatkan separuh hatimu kosong dan rapuh. Atas nama keegoisan dan ketidakpercayaan. Kita telah saling mengucapkan selamat tinggal Ketika tak ada lagi yang bisa kau percaya, ikuti Kata Hat...