A6

630 35 4
                                    

"Semua setuju?" Tanya David memastikan.

"Setujuu."

"Iyaa." Balas Arsen dan Abel dengan terpaksa.

"Yasudah, sekarang kita ke ruang makan aja." Ucap Ayudia.

"Mm .. kita ngga makan, kita ketaman belakang aja." Ucap Alvaro yang sebelumnya sudah sepakat dengan Arkan dan Arsen lewat isyarat.

"Ya sudah kalau gitu, Aurel, Atela sama Abel temenin gih." Ucap Ayudia.

"Ih ogah." Balas Abel.

"Abel." Panggil Ayudia.

"Iya deh ma. Iya Abel temenin."

Taman belakang.

Aurel berjalan terakhir dan didepannya ada Arkana. Ia menyusul Arkana dan berbicara tepat di telinga Arkan.

"Dengan berat hati gue mensetujui Atela yang kalem di jodohin sama Lo yang berandalan." Ucap Aurel sinis.

"Maksud Lo apa!" Ucap Arkan menatap Aurel. Ucapan Arkan mengundang perhatian yang lain, sehingga menghentikan jalan mereka yang sebentar lagi akan sampai di taman.

"Lo kan temennya bang Niko! Gue tau kelakuan busuk Lo!"

"Emang nya kenapa? Lo juga ikut tawuran kan, jadi kita sama-sama berandalannya."

"Tawuran?" Tanya Arsen dan Alvaro.

"Gue kasian sama Atela. Dia kalem dan Lo berandalan."

"Berarti kita saling melengkapi."

"Plis, jangan sakiti Atela nantinya." Ucap Aurel berbisik pada Arkana.

"Tanpa Lo suruh, gue juga tau apa yang harus gue lakuin!" Balas Arkana yang langsung berlalu meninggalkan Aurel.

"Dia kok bisa tau, Lo ikut tawuran Rel?" Tanya Abel

"Dia yang mimpin." Balas Aurel menghela nafas panjang.

"Atela akan baik-baik aja." Bisik Abel.

"Maafin gue soal Alvaro." Balas Aurel berbisik di telinga Abel.

"Gue mencoba untuk ikhlas." Ucap Abel dengan senyuman.

"Ini kenapa jadi bisik-bisik." Ucap Arsen sambil berlalu menyusul Arkana dan Atela yang berjalan berlebih dahulu. Lalu disusul Abel yang meninggalkan Aurel dan Alvaro.

"Lo beneran pernah ikut tawuran?" Tanya Alvaro tak percaya.

"Itu juga karena terpaksa." Balas Aurel.

"Terpaksa gimana?"

"Ya ada alesan dibalik gue ikut tawuran, kapan-kapan gue kasih tau." Balas Aurel.

Saat ini mereka sedang duduk di bangku kayu yang ada di taman. Di meja depan mereka sudah tersedia berbagai minuman dan camilan.

"Arsen itu minum gue!" Ucap Abel.

"Yaelah minta dikit doang." Balas Arsen.

"Kalau kurang minta mbak sana! Jangan minum gue Lo embat juga!"

"Kalau gue minta Lo yang ambilin, gimana?" Tanya Arsen

"Ogah! Lo kira gue babu Lo apa!"

"Ini sebagai gantinya yang waktu itu gue bayarin."

"Oh jadi Lo ngga ikhlas!?"

"Waktu itu gue ikhlas soalnya Lo kayak lagi paatt .. " sebelum meneruskan kalimatnya, mulut Arsen sudah dibungkam oleh tangan Abel.

"Pat .. apa Sen?" Tanya Aurel penasaran.

"Awas kalo ember, mulut Lo gue pukul pake heels." Ancam Abel.

"Patah uang." Balas Arsen.

"Ha? Patah uang?" Tanya Aurel yang tak paham.

"Sorry, sepupu gue emang ngawur kalo ngomong." Ucap Alvaro

"Maksud gue, Abel waktu itu ngga ada uang." Ucap Arsen.

"Bel Lo pinjem uang Arsen?" Tanya Aurel.

"Kagak! Dia yang nawarin gratisan." Balas Abel.

1 jam berlalu, mereka terus mengobrol hingga lupa waktu.

Para orangtuapun sepertinya sudah menyelesaikan makan malamnya. Jadi Aldrich  mengusulkan untuk menyusul ke taman belakang.

"Wih udah pada akur ya." Ucap Allan setibanya di taman.

"Emang siapa yang berantem pih?" Tanya Arkana.

"Bukan gitu, maksud papih Uda pada pdkt gitu." Ucap Allan cepat.

"Ha?"

"Iya pih, kita emang lagi pendekatan. Apalagi yang satu itu, gercep dia." Ucap Alvaro yang lebih dulu sadar dari kebingungannya sambil menunjuk Arkan dengan dagunya.

Semua yang paham pun tertawa.

"Kita sudah memutuskan bahwa kalian akan bertunangan 5 hari lagi." Ucap Adena.

"Tunangan?!" Ucap A6 bersamaan. Mimpi apa mereka semalam.

👧🏻👧🏻👧🏻

Hi .. hii .. teman Ara
Ara ucapin thank you buat yang udah baca.
Dan jangan lupa vote, comment and follow Aarasya

TRIPLETSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang