A6

575 29 9
                                    

"iya tunangan." Ucap Eric.

"Dan bulan depannya kalian akan menikah." Ucap Aldrich.

"Apa kalian keberatan?" Tanya Savira.

"Kita terserah orang tua aja." Balas Alvaro.

"Kenapa kita ngga langsung nikah aja?" Tanya Arkan antusias.

"Kalau langsung nikah gue ngga mau ya, gue juga butuh pendekatan sama pasangan." Ucap Arsen.

'sekalian, gue juga butuh proses buat mutusin pacar-pacar gue.' lanjut Arsen dalam hati.

"Lo butuh proses kan buat jauhin para gebetan Lo yang ada di mana-mana itu." Ucap Arkana tepat di telingan Arsen.

"Emang semua itu butuh proses Ar."

"Yeu sok bijak Lo!" Cibir Arkana.

Pagi harinya.

"Atela bangun sayang. Arkana udah nunggu kamu di bawah."

"Hm iya mah. Apa? Arkana?"

"Ngapain kak Arkan kesini mah?"

"Jemput kamu ke sekolah."

"Yaudah deh, Atela mandi dulu."

Sedangkan Aurel dan Abel sudah lebih dulu berangkat ke sekolah dengan dijemput oleh pasangan masing-masing.

"Ngapain Lo jemput gue? Mau cari muka Lo!"

"Gue disuruh mamih gue ya, buat jemput Lo sepagi ini! Sekalian cari muka di depan camer."

"Naik motornya pelan-pelan dong! Gue takut nih." Ucap Abel saat Arsen menambah kecepatan motornya.

"Makanya pegangan. Jatoh mampus Lo!"

Dengan berat hati akhirnya Abel memeluk erat pinggang Arsen. Ia tak mau jatuh secara konyol, lebih baik ia mengalah pada Arsen.

Arsen menjalankan motornya ke arah mall. Ia ingin mengajak Abel bolos hari ini.

Sedangkan Alvaro dan Aurel, mereka lebih dulu sampai di sekolah. Tepatnya saat ini mereka sedang berada di kantin.

"Nih makan dulu. Gue tau Lo belum makan." Ucap Alvaro sambil menyerahkan semangkuk bubur ayam.

"Thanks. Kenapa Lo ngga nolak perjodohan tadi malem?" Ucap Aurel dengan volume suara yang sangat kecil.

"Emang kenapa?"

"Lo kan tau gue cewek ngga baik, apalagi Lo denger sendiri kan Arkan bilang gue ikut tawuran. Sedangkan Lo kan ketua OSIS, pasti good boy." Ucap Aurel yang masih dengan Suara yang kecil.

"Ngga semua ketua OSIS itu good boy, contohnya kayak gue. Gue juga sering ikut balapan motor tapi itu diluar sekolah, tidak ada sangkut pautnya dengan sekolah." Ucap Alvaro.

"Udah jangan bahas, buruan Lo makan gih! Keburu bel nanti." Lanjutnya.

Mansion keluarga Anderson.

"Kak Arkan ayok kak! Nanti telat kita."

"Santai aja sih sayang. Ayuk naik!"

Setelah Atela naik ke motor Arkan.

"Pegangan nanti jatuh loh." Ucap Arkan.

"Iya. Udah nih." Ucap Atela sambil berpegangan di tas milik Arkan.

"Kok disitu sih pegangannya. Ya dipinggang dong. Kalo disitu mah, kamu masih bisa terbang tasnya kan ringan." Ucap Arkan sambil mencari kesempatan.

"Kak Arkan ngga bawa buku ya? Kok tasnya kayak ngga ada isinya."

"Pelajaran itu ngga perlu ditulis dibuku yang penting di simpan di otak." Balas Arkan sok bijak.

Arkan mulai menyalakan mesin motornya dan mulai menjalankan motor miliknya ke sekolah.

Masih ingat saat Aurel di bonceng Arkan, ya kira-kira secepat itu juga Arkan mengendarai motornya sekarang.

"KAK JANGAN NGEBUT!" Teriak Atela ketakutan.

"5 MENIT LAGI GERBANG SEKOLAH DITUTUP. MAU TELAT?" Teriak Arkan yang mendapat gelengan kepala oleh Atela.

Atela menutup mata, sambil berpegangan pada pinggang Arkan.

Hanya butuh 3 menit untuk sampai disekolah. Padahal jarak mansion keluarga Anderson dengan sekolah cukup jauh.

"Udah sampe sayang. Masih pengen peluk gini terus sampe ke kelas."

"Ha?" Balas Atela mengangkat kepalanya dan melepas pegangannya.

"Ngga mau peluk lagi." Ucap Arkan sambil merentangkan kedua tangannya.

'ah pasti ini efek bergaul sama sarden gue jadi gini.' batin Arkana.

"Makasih kak." Ucap Atela.

"Gue anter ke kelas."

"Kak Arkan ngga telat emangnya?"

"Ngga akan."

👧🏻👧🏻👧🏻

"Lo gila ya ajak gue kesini!" Maki Abel.

"Gue kan mau sekolah bukan ke mall. Ish Lo nih! Kalo nyokap tau gimana? Pasti gue di marahin" lanjutnya.

👧🏻👧🏻👧🏻

Hi .. hii .. teman Ara
Ara ucapin thank you buat yang udah baca.
Dan jangan lupa vote, comment and follow Aarasya

TRIPLETSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang