Happy reading!
"Alin? Ngapain lo di sini?" tanpa pikir panjang, Alvaro langsung bertanya seolah tak suka dengan kehadiran Alin di sana.
"Gue gak bicara sama lo!" jawab Alin.
"Alvaro udah," Shafa memegang pundak Alvaro agar tidak emosi.
"Emangnya kenapa gue dateng? Gak boleh? Kan gue juga temennya Ilham, iya kan Ham?" tanya Alin pada Ilham. Cewek itu tersenyum seolah akan dapat pembelaan.
"Enggak, lo bukan temen gue." jawab Ilham yang langsung membuat raut wajah Alin masam.
"Loh kok gitu sih? Lo itu kan emang-"
"Iya dulu, tapi semenjak lo ngekhianatin sahabat gue, lo bukan temen gue lagi!" Ilham memotong pembicaraan Alin.
"Asal Lo tau ya, gue tuh gak bermaksud kayak gi-"
"Gak bermaksud kata lo? Hahaha, dasar pembohong besar! Cewek licik kayak lo itu gak pantes dapet maaf!" ucap Alvaro memotong pembicaraan Alin lagi.
"Maaf? Najis banget minta maaf sama lo!" ucap Alin membuat Alvaro tambah emosi.
"Lo-" tangan Alvaro sudah mengepal dan ingin sekali memukul wajah Alin. Namun mengingat keadaan ia mengurungkan niatnya itu. Dia sudah dewasa sekarang dan harus menjaga emosinya.
"Alin lebih baik sekarang lo pergi," ucap Shafa pada Alin baik-baik.
"Yaudah sih, gue juga muak lama-lama di sini!" ucap Alin dengan muka masamnya lalu melangkah pergi meninggalkan pernikahan Ilham.
"Duh, si Alin ngapain dateng ke sini coba? Bikin rusuh aja." ucap Alex yang sedari tadi hanya diam tanpa berkomentar.
"Udahlah, cewek bangsat kayak dia gak usah di peduliin." ucap Alvaro.
"Gitu-gitu juga mantan, Ro." ucap Samuel.
"Dih, siapa ya? Gak kenal gue." jawab Alvaro tak minat.
"Udah kalian pada makan aja sana, biar enjoyy! Minggu depan kita party gue yang bayarin deh." ucap Ilham.
"Mantap, Bro!" ucap Alex.
*****
Shafa, Alvaro dan juga anaknya sedang belanja di sebuah supermarket untuk berbelanja kebutuhan bulanan.
"Kamu pegang Dania ya, aku belanja popok dulu di sana." ucap Shafa menunjuk tempat bagian popok bayi.
"Aku tunggu di luar ya." ucap Alvaro.
"Iya."
Alvaro melangkah keluar supermarket dan duduk di depan yang sudah tersedia di sana.
"Dania, kamu tuh cantik mirip bunda kamu tau." ucap Alvaro pada anaknya. Dania yang tidak mengerti itu hanya tersenyum.
"Eh tapi, hidung kamu mirip banget sama Papa yang mancung!" Alvaro tertawa, dan entah kenapa Dania langsung merengek dan menangis.
"Kok nangis sih? Kamu gak boleh gitu ya sama Papa," Alvaro berdiri dan mengelus rambut anaknya yang masih sedikit.
"Kamu mau punya adek gak Dania? Nanti kalau adek kamu cowok Papa namain Danis, gimana?"
"Heh, Dania aja masih kecil mau nambah satu lagi aja kamu." Shafa tiba-tiba datang membawa belanjaan.
"Ya gak-papa, kamu mau kan?" Alvaro lantas tertawa, sedangkan Shafa langsung mencubit lengan suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd [END]
Teen Fiction[ TAHAP REVISI ] Karena tidak mau hal masa lalunya itu terulang, Shafa akhirnya memutuskan untuk merubah dirinya. ia ingin hidup tenang disekolah barunya ini. berharap semua akan lancar dan baik-baik saja. Tapi, semua itu jauh dari rencananya. semen...