ALEANDRA - 2

42K 1.1K 14
                                    

Hari ini, sepertinya hari kesialan Alea. Pertama, dia bangun kesiangan. Kedua, dia ditinggalkan oleh si abang. Ketiga, dia terlambat masuk sekolah. Dan yang keempat, semoga saja kesialan terakhir Alea, dilarang masuk kelas dan nilainya terpaksa dikurangi. Alea dengan segala kekesalannya, berjalan tak tentu arah hingga ia sampai di rooftop. Alea berjalan sampai ke pembatas rooftop. Kekesalan Alea sedikit berkurang saat dia bisa melihat halaman belakang sekolah yang terlihat asri dengan pohon-pohon dan bunga-bunga yang setia di rawat oleh tukang kebun.

"AAAA!" teriak Alea yang ingin memuntaskan semua kekesalannya.
Tanpa ia tahu, teriakannya itu mengusik seorang lelaki yang tengah merebahkan tubuhnya di kursi panjang cukup jauh dari Alea, namun karena suasana hening dan sepi di rooftop membuat teriakan Alea terdengar cukup nyaring di telinga lelaki itu.

"BERISIK!" teriak lelaki itu merasa terusik.

Alea pun menoleh dan melihat seorang lelaki-yang pernah ditabraknya-berada cukup jauh dari Alea. Ia mengerutkan kening. "Bukannya dia cowok jutek yang gue tabrak kemarin, ya?" batin Alea.

Lelaki itu melangkah mendekati Alea. "Ngapain lo di sini?" tanya Andra.

Setiap kata yang keluar dari mulut lelaki itu membuat Alea merinding. Bagaimana tidak, jika lelaki itu selalu bersikap dingin.
"Gu-gue-"

Lelaki itu tersenyum miring melihat Alea. "Lo gagu?" potong Andra.

Alea yang tidak terima dibilang gagu merasa jengkel. Bisa-bisanya, lelaki di hadapannya mengejek dirinya tidak bisa bicara dengan benar.

"Apa lo bilang? Gagu? Enak aja lo bilang gue gagu," sarkas Alea.

Andra menyedekapkan kedua tangannya. "Terus, kalau nggak gagu, kenapa bicara lo gagap gitu?" Lelaki itu tersenyum mengejek.

"Karena lo yang selalu bicara dingin kayak es batu!" Alea menutup mulutnya, keceplosan. Alea melihat ekspresi Andra.

"Oh, ya?" Andra menaikkan sebelah alisnya menatap lurus ke arah Alea. "Gimana kalau lo yang hangatin biar gue mencair?"

Alea menggeram dalam hati, mendengar perkataan Andra. "Kalau omong yang jelas bisa enggak? Nanti orang lain salah tangkap maksud ucapan lo dikiranya gue cewek enggak bener!" ketus Alea.

Andra melangkah maju, mendekati Alea. Sementara Alea, bergerak mundur. Tanpa sadar, Alea menginjak tali sepatunya, membuat Alea oleng dan hampir terjatuh. Bak, film roman picisan di TV-TV, Andra menahan pinggang Alea, mencegah agar gadis itu tidak jatuh. Alea dapat mencium aroma citrus segar, menguar dari badan Andra. Kedua mata Alea berkedip sambil memperhatikan wajah tampan Andra.

Andra tersenyum simpul, melihat Alea yang terpanah akan ketampanannya. "Udah terpesonanya?" ucap Andra.

Alea tersadar dari bekunya. Dia mendorong dada Andra. "Siapa yang terpesona sama cowok kayak lo?" ketus Alea, menutupi sikap salah tingkahnya.

Andra tersenyum miring, meskipun Alea berkata ketus, tetapi Andra dapat melihat wajah Alea yang merona. "Lo yakin? Terus, pipi lo kenapa merah?" tanya Andra menggoda Alea.

Alea memegang kedua pipinya yang memerah dan menepuknya. Andra terkekeh melihat tingkah Alea, dan hal itu makin membuat Alea jengkel hingga memutuskan pergi, namun lengan Alea ditahan oleh Andra. "Ck, mau apa lagi sih, lo?"

"Gue nolong lo nggak gratis."

"Kalau nolong itu yang ikhlas, jangan pamrih!" sewot Alea memandang sengit Andra. Bertambah sudah daftar minus Andra di mata Alea. Selain dingin seperti es di kutub, ternyata Andra juga pamrih.

"Di dunia ini, mana ada yang gratis?" kata Andra dengan tampang pongahnya.

Alea makin kesal dibuatnya. "Terus, mau lo apa?" ketus Alea tidak sabaran.

ALEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang