Seorang gadis, ralat perempuan, kini tengah menangis tergugu di atas tempat tidur. Tubuhnya ditutupi oleh selimut. Lelaki yang sejak tadi tidur di sebelah perempuan itu mau tak mau terusik dari tidurnya karena suara tangis sang perempuan.
Lejaki yang baru saja membuka matanya, terkejut. Wanita yang ia cintai menangis dan ia penyebab wanita itu menangis. Lelaki itu merengkuh tubuh sang wanita dalam dekapan hangatnya.
Kata maaf terus terucap dari bibir sang lelaki. la berjanji akan bertanggung jawab atas perbuatannya.
"Tapi, kamu harus tanggung jawab sama Sarah, Ndra!"
Mereka adalah Alea dan Andra. Kedua remaja itu semalam menghabiskan malam panas dibawah pengaruh obat-obatan.
Andra kembali menjelaskan jika dia tidak melakukan itu dengan Sarah kala mereka ada di vila. Ia kembali menegaskan bahwa ia akan bertanggung jawab atas Alea.
"Tapi, aku masih mau kuliah, Ndra! Kalau aku nikah, aku enggak bisa kuliah dan raih cita-cita aku." Alea masih tergugu dalam pelukan Andra yang hangat dan menenangkan.
Andra menciumi puncak kepala Alea sambil mengusap punggung polos Alea. "Aku enggak akan halangin kamu buat kuliah dan raih cita-cita kamu setelah kita nikah nanti, Sayang!" seru Andra dengan tegas.
Andra mengurai dekapannya. Ia meraih wajah Alea. "Kamu bisa pegang kata-kata aku, Sayang!"
Alea menatap Andra yang terlihat tidak berbohong. Alea mengangguk.
Andra tersenyum lebar. Ia mengusap air mata Alea yang mengalir melewati pipi lalu mengecup kedua mata Alea bergantian. "Sekarang kamu bersih-bersih setelah itu kita pulang!"
Alea mengangguki perintah Andra. Ia turun dari ranjang—masih melilitkan selimut di tubuhnya—dengan perasaan yang tak nyaman di selangkangnya. Alea meringis, perih.
Andra terlihat khawatir saat mendengar suara ringisan Alea."Kamu enggak apa-apa, Sayang?"
Alea menoleh ke arah Andra. Alea mengangguk sekilas lalu pandangannya fokus pada Andra yang tak memakai pakaian. Alea menjerit jalu menutup wajahnya yang terasa panas.
“Andra! Pakai bajumu!” teriak Alea dengan nada perintah.
Andra memperhatikan penampilannya saat ini yang tidak mengenakan apa pun. Lelaki itu tersenyum tipis. “Kenapa teriak seperti itu, Sayang. Semalam kamu sudah lihat, kan? Dan kamu menikmati-nya juga.”
Alea menggeleng lalu berucap, “ Cepat pakai bajumu, Andra!”
Andra terkekeh, namun ia masih menjalankan perkataan Alea yang menyuruhnya memakain baju. Andra hanya memakai boksernya saja, setidaknya itu yang berada di dekat kakinya.
Tanpa aba-aba, Andra membopong Alea membuat wanita itu memekik. “Andra! Turunin!”
Andra seolah tuli. Ia membawa tubuh Alea masuk ke dalam kamar mandi. “Kita mandi bareng, Sayang. Hemat waktu.”
***
Di belakang taman sekolah, sepasang anak Adam dan Hawa terlihat berdebat. Mereka berdua terlihat saling menyalahkan satu sama lain.
"Lo ke mana aja waktu itu, bukan bantuin gue, malah senang-senang enggak jelas!" teriak si lelaki pada si perempuan yang tak lain adalah Sarah.
"Gue cari Andra, tapi enggak ketemu jadi gue cari mangsa lain," jawab Sarah sedikit berbohong. Ia tidak mungkin mengatakan kalau dia ditangkap Rian, bukan?
Si lelaki menggeram. "Karena keteledoran lo itu, bisa aja malam itu Andra ketemu sama Alea dan mereka—" Lelaki itu tidak melanjutkan ucapannya. Ia menggeram kesal membayangkan jika apa yang ia ucapkan menjadi kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEANDRA
Teen FictionAlea Sabrina Putri-gadis polos yang manja, tidak sengaja bertemu dengan Andra Putra Pratama-lelaki dingin berkepribadian hangat. Pertemuan pertama yang tidak menyenangkan, membuat Alea kesal setengah mati pada Andra. Namun, siapa sangka pertemuan pe...