Beberapa minggu berlalu, Alea dan seluruh teman satu angkatannya bisa bernapas lega karena telah menyelesaikan ujian nasional dengan baik. Hanya menunggu pengumuman dan upacara kelulusan mereka setelah itu mereka bisa mengucapkan selamat tinggal pada seragam putih abu.
Alea berkumpul bersama teman-temannya—Khanza dan Andra CS jangan lupakan Sarah yang selalu menempeli Andra—di kantin. Mereka berbincang tentang rencana mereka ke depannya masuk universitas mana.
"Gue sih, penginnya ke UI," jawab Khanza.
"Kalau gue pengin ke UNJ," jawab Deon dengan cengiran.
Rian mengerutkan keningnya. "Lo berdua enggak mau satu kampus? Yakin mau pisah?" Rian menaikturunkan alisnya, menggoda Khanza dan Deon.
"Udah, Zha, jangan pisah! Kasihan Deon, dia entar sendirian. Tahu-tahu dia diembat cewek lain di sana, 'kan, lo yang merana entar!" seru Alea menambahi bumbu di godaan Rian.
Khanza menatap Alea dan Rian malas sambil mendengus. "Apa-apaan sih kalian berdua! Nembak aja enggak, udah main pisahlah, meranalah!" seru Khanza mendengus kesal.
Alea terkikik mendengar ucapan Khanza. Rian berdeham. "Kode tuh, Yon! Minta langsung dihalalin!"
Sam yang sejak tadi diam ikut membuka suara. "Apa perlu gue yang jadi penghulu, nih? Jadi, kalian enggak perlu repot-repot ke KUA."
"Kalian apaan sih!" seru Khanza kesal, walaupun begitu kedua pipi Khanza tampak merona.
Melihat rona merah di wajah Khanza membuat mereka semua tertawa, puas sudah menggoda Khanza. Sarah menggeluarkan beberapa kertas yang dibungkus plastik. Ia menyerahkan ke pada teman-teman Andra dan Alea.
"Kalian semua harus datang ke ulang tahun gue!"
Khanza mengerutkan keningnya saat membaca undangan Sarah. Tak hanya Khanza, Alea pun juga sama. "Lo yakin, adain pesta ulang tahun di klub?" tanya Khanza memastikan.
Sarah mengangguk mantap. "Enggak ada salahnya, 'kan? Ini sweet seventeen gue yang spesial." Sarah menoleh ke arah Andra dan memasang senyuman.
"Jadi, gue mau yang beda dari yang lain."
Alea menatap keintiman Sarah dan Andra. Hatinya panas, namun lagi-lagi ia menegaskan dalam hati jika Andra melakukan itu untuk mendapatkan bukti. Sarah mengajak Andra pergi. Ia beralasan masih memiliki banyak undangan yang belum ia berikan pada siswa yang ia kenal. Mengandalkan tiga teman Sarah tidak akan menyelesaikan semua undangan untuk disebarkan.
Khanza menyenggol lengan Alea saat Sarah dan Andra sudah pergi jauh. "Lo enggak apa-apa lihat Sarah genit gitu ke Andra?" tanya Khanza pada Alea.
Alea memaksakan senyuman. Bohong jika ia bilang tidak apa-apa, namun ia memilih untuk mempercayai Andra. "Gue males urusin Sarah sama Andra. Biarin mereka lakuin sesuka mereka selama enggak rugiin gue!"
Mereka menatap Alea dengan bingung. Benarkah Alea sudah tak peduli lagi dengan Andra? Sam berdeham. Mencairkan keheningan. "Al, nanti lo bareng gue, ya? Gue jemput!"
Alea mengangguk setuju. Khanza makin bingung dengan sikap Alea. Bukankah Alea dan Andra sudah baikan? Kenapa mereka seolah mengabaikan satu sama lain?
"Lo yakin berangkat sama Sam? Enggak sama Andra?" tanya Khanza memastikan.
Alea mengangguk. Khanza makin bingung. Apa yang sedang terjadi di sini? Khanza pikir, Alea dan Andra sudah baikan setelah melihat mereka berciuman dengan panas di kamar Alea beberapa minggu yang lalu, tetapi apa yang ia lihat sekarang?
Rian menatap Khanza yang tengah berpikir dalam diam. Ia mengetahui semua rencana Andra termasuk kejelasan hubungan Andra dan Alea. Bisa dibilang Alea dan Andra sedang backstreet. Mereka berkamuflase.
Di luar mereka terlihat saling tak mengacuhkan, namun sebenarnya? Tidak. Ini salah satu rencana Andra.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEANDRA
Teen FictionAlea Sabrina Putri-gadis polos yang manja, tidak sengaja bertemu dengan Andra Putra Pratama-lelaki dingin berkepribadian hangat. Pertemuan pertama yang tidak menyenangkan, membuat Alea kesal setengah mati pada Andra. Namun, siapa sangka pertemuan pe...