Ngegas dulu dongg gaess...
•••Mereka masih dalam mode keterkejutan. Bagaimana tidak terkejut? Jika ayah mereka, beliau sang kepala rumah tangga dengan kesibukan yang berlimpah ruah tak habis-habisnya, datang kesini meluangkan waktunya? Ada yang aneh.
Jungkook terdiam ia enggan menatap ke arah ayahnya itu, walaupun ia akan menyandang menjadi anak yang tidak punya sopan santun, tapi setidaknya ia tidak membentak kedua orangtuanya layaknya cerita-cerita yang lainnya.
"Ayah, apa yang kau lakukan disini?" Dingin Yoongi dengan tatapan tajam miliknya, Suujin menggidikkan bahunya.
"Apa ayah tidak boleh menjenguk anak sendiri?" Santainya langsung berdiri di dekat brankar Jungkook dengan tatapan sendu.
Menjadi berani itu bagus, namun atas dasar apa kita harus membentak mereka? Sekalipun itu hanya menaiki intonasi suara, mungkin menaiki pangkat manjadi anak durhaka.
"Jungkook-ah..." Cicitnya pelan, ia menunduk.
Suasana hati miliknya sudah goyah karena kedua sahabatnya, di tambah kakak angkatnya yang tiba-tiba ikut nimbrung tak tau tempat.
Semua yang ia lakukan, semua yang ia laksanakan sesuai perintah ayahnya itu, berujung tidak mendapatkan sebuah keadilan. Dia berjuang, Jungkook berjuang meskipun saat itu ia tidak mendapatkan perhatian maupun kasih sayang yang cukup. Oh! Bukannya tidak cukup, malah tidak kebagian.
Yah, semua itu kerena tekanan kakak angkatnya yang berpenyakit itu, mengharuskan kedua orangtuanya bahkan kakak-kakaknya seolah di tuntut untuk menghujaninya dengan berbagai macam kasih sayang yang mendalam.
Mungkin kalau kalian menempati posisi Jungkook yang tersudut seperti itu, kalian bisa di pastikan akan mencaci maki Hyunbin dalam batin maupun di ucapkan. Namun, anehnya.
Bukannya membenci Hyunbin, Jungkook malah merasakan sakit hati yang teramat karena perjuangan yang ia tempuh untuk mendapatkan medali-medali itu, tentunya tidaklah mudah. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, tidak semudah menjentikkan jari. Tidak mudah dalam artian benar-benar sangat sulit untuk mendapatkan semua itu.
Ibunya yang malah tidak perduli dengan pencapaian, dan pekerjaan yang ia lakukan selama ini. Rasa sakit itu menimbulkan air mata yang sudah mengering. Tidak bisa menangis karena terlalu menyakitkan, justru menangis membuat dirinya makin tersakiti.
"Jungkook-ah~" panggil ayahnya lagi dengan penuh kelembutan.
Kapan terakhir kali ayahnya itu memanggil namanya? Kelembutan dari suara berat miliknya,
Suujin tersenyum tipis ke arah Jungkook, "Jungkook-ah..." Ia memanggil lagi, tapi kali ini ia mencoba meraih tangan Jungkook yang terbebas dari infusan, namun Jungkook langsung menarik tangannya.
Ia menggeleng pelan, "tidak, ayah. Aku bukan anak penurut, aku sudah menjadi anak yang tidak bisa mematuhi kalian. Maafkan aku," tutur Jungkook terdengar begitu datar, dan juga dingin.
Hyunbin tersenyum tipis lalu memegang lengan ayahnya itu dengan cukup terbilang manja, "ayah, sepertinya Jungkook marah kepada kita... Bagaimana kalau kita-"
Tak!
Suujin menepis tangan Hyunbin, membuat sang empu di landa keterkejutan. Namun, detik selanjutnya ia tersenyum lebar.Hyunbin berkaca-kaca, "Ayah a-apa kau juga marah padaku?" Akting sesungguhnya baru saja di mulai saat kalimat itu terlontar.
Suujin menatap Hyunbin dengan tajam, "kau, anak haram yang tak tau terima kasih." Geram Suujin, membuat dada Hyunbin naik turun tak karuan.
Pertama kalinya ia di katai 'anak haram', apa maksudnya dari perkataan ayahnya itu? Apa dia benar-benar sangatlah berbuat salah hingga ayahnya menatapnya dengan kebencian seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Give Me The Same Love | •JJK•
Fanfictionᴍᴇɴɢɪɴɢɪɴᴋᴀɴ ꜱᴇʙᴜᴀʜ ᴋᴀꜱɪʜ ꜱᴀʏᴀɴɢ ᴍᴇᴍᴀɴɢɴʏᴀ ᴛɪᴅᴀᴋ ʙᴏʟᴇʜ, ʏᴀ? ꜱᴇᴅɪᴋɪᴛ ꜱᴀᴊᴀ ᴅᴀʀɪ 100% ɪᴛᴜ ᴛɪᴅᴀᴋ ʙɪꜱᴀᴋᴀʜ ᴍᴇᴍʙᴇʀɪᴋᴜ ꜱᴇᴛɪᴅᴀᴋɴʏᴀ 1% ᴅᴀʀɪ ꜱᴇᴍᴜᴀ ᴋᴀꜱɪʜ ꜱᴀʏᴀɴɢ ʏᴀɴɢ ᴋᴀʟɪᴀɴ ʙᴇʀɪᴋᴀɴ ᴋᴇᴘᴀᴅᴀ ɴʏᴀ? ᴀᴋᴜ ᴍᴇʀᴀꜱᴀ ᴛᴇʀꜱɪɴɢᴋɪʀᴋᴀɴ ʟᴀʏᴀᴋɴʏᴀ ᴅᴇʙᴜ ʜᴀʟᴜꜱ ʏᴀɴɢ ᴛᴀᴋ ɴᴀᴍᴘᴀᴋ, ʟᴇʙɪʜ...