"GAK PUNYA MATA APA, HUH??"
"Maafkan aku, sumpah aku tidak sengaja. Maaf... maaf."
"Ciihhh... jika semua kesalahan bisa dibayar dengan kata maaf terus polisi kerja apa, nona?!"
"Maafkan aku... aku benar-benar tidak sengaja. Aku mengakui kecerobohan...
HALO SEMUANYAHHH FINALLY BACK. MAAF BANGET YA BENERAN DEH SELAMA SEBULAN LEBIH INI BANYAK BANGET KEJADIAN KAYAK ROLLER COASTER. NGUMPULIN MOOD BUAT BANGKIT LAGI SUSAH. HARAP MAKLUM YA. DAN AKU JUGA KANGEN BANGET BUAT MAMPIR KE DUNIAKU SATU INI. HEHE. BTW LANGSUNG AJA WITHOUT FURTHER DO HAPPY READING💜💙 . . . .
Previous Chapter
Tatapan Sehun kali ini terlihat sangat berbeda dari biasanya. Sejeong yang sampai sekarang masih dalam mode terkejut mencoba untuk membiasakan diri dengan perlakuan Sehun yang selalu tiba-tiba ini.
Dan secara tiba-tiba lagi, kepala Sehun mendadak semakin mendekat ke arah Sejeong yang berubah semakin membelalakkan matanya.
Kepala Sehun berhenti untuk menempel pada dahi Sejeong dan beralih saling menatap satu sama lain. Entah apa yang Sehun pikirkan saat ini hanya ia dan Tuhan yang tau.
Biarkan bulan di malam ini menjadi saksi akan takdir mereka berdua.
"Apa aku benar-benar membuatmu gila Sejeong ah?" bisik Sehun.
SEHUN POV Aneh sekali. Dia sama sekali tak berkutik saat aku mulai menyentuh pipinya. Ia hanya bergidik geli saat tanganku bermain-main dengan pipi putihnya saat ini. Seketika bayangan tadi menghantuiku lagi saat aku mulai berdamai dengan dinginnya malam. Jujur saja, itu sedikit menggangguku
Mengapa setiap kali bersamanya aku selalu merasakan perasaan tak asing. Seperti pernah bertemu sebelumnya, tapi dimana?
Bahkan, saat di gang sekolah waktu itu untuk pertama kalinya aku merasa ingin selalu sedekat ini dengannya.
Lalu kali ini apa? Apakah ia juga sudah terbiasa dengan posisi seperti ini denganku? Apakah ia juga merasakan hal yang sama denganku?
Tidak mungkin. Ia pasti membenciku. Sangat.
‘Wushh...’
Tiba-tiba angin berhembus lumayan kencang, sehingga membuat kepalanya sesekali bergerak mendekat denganku. Ditambah lagi, kami sudah berada di sini kurang lebih setengah jam. Tinggi air sudah hampir mencapai dadaku. Tidak heran. Bisa dirasakan betapa dinginnya malam ini.
Bibirnya pun sedikit bergemertak menahan angin yang dinginnya mulai menusuk sampai ke tulang. Ku usap bibirnya yang mulai kelihatan pucat itu dengan ibu jariku.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tanpa pikir panjang, ku tangkup pipinya untuk lebih dekat ke arahku. Hidung kami pun saling bersentuhan satu sama lain. Dan ia pun sama sekali tak memberikan suatu tanda-tanda penolakan akan hal itu. Jadi ku anggap itu sebagai sebuah tanda persetujuan darinya.
Malam ini perhatianku berpusat hanya padanya. Bukan dengan Seohyun noona atau bahkan hyung atau pun pada appa. Hanya padanya.
Ku lanjutkan niatanku untuk mulai mendekatkan diriku ke arahnya. Kedua matanya perlahan mulai menutup seolah-olah berkata “aku siap”. Kali ini, dingin angin malam tergantikan oleh suasana yang mulai menghangat di antara kami berdua.