Bagian 22

19 4 1
                                    

Dania sudah siap dengan pakaiannya yang ia pilih tadi. Polesan bedak dan liptint miliknya juga sudah sempurna dengan tampilan natural di wajahnya. Sekarang ia sudah berada di meja makan. Ia berhenti sebentar berusaha menetralkan perasaannya saat melihat bundanya berada di ruang tamu.

"Gue harus berani," ucap Dania menyemangati dirinya. Dania melangkahkan kakinya menuju ruang tamu dengan perasaan campur aduk

"Ehhh mau kemana kamu! Saya kan suruh kamu beresin rumah kenapa malah mau pergi?" tanya bundanya menutup majalah

"Maaf bunda, tapi sebelumnya Dania udah punya janji sama Lesya sama Tamara juga bun," ucap Dania

"Jadi maksud kamu, kamu mau melawan saya?"

"Bu-kan gitu bun, aku gak enak sama mereka karena udah janji. Aku juga udah izin sama ayah kalau hari ini aku pergi," ucap Dania yang masih menunduk

"Ya pasti di bolehin lah, kamu kan ANAK KESAYANGANNYA!!!" sarkas bunda. Dania menahan air matanya yang sudah siap untuk jatuh

"Yaudah kalau bunda emang gak ngizinin Dania pergi Dania balik ke kamar." Dania berusaha mengangkat pandangannya menatap bundanya yang sedang menatapnya sinis

"Yaudah sana, saya mual lama-lama liat kamu!" usir bundanya

Dania mengarahkan langkahnya menuju tangga yang tak jauh dari meja makan. Pandangannya kebawah tanpa ada niatan memandang ke arah depan. Iya air matanya tumpah, Dania tak kuat lagi menahan air matanya yang sedari tadi sudah berada di pelupuk mata.

Terdengar langkah kaki yang mendekati dirinya dari arah kiri dirinya. Dania menoleh menuju suara langkah kaki itu dan memperlihatkan lelaki paruh baya yang memakai kacamata mendekati dirinya. Iya siapa lagi kalau bukan ayahnya yang begitu menyayangi dirinya.

"Sayang kamu gak jadi pergi?" ucap ayah sambil memegang pundak Dania

"Nggak yah, tiba-tiba mood Dania buat pergi hilang," ucap Dania bohong

"Kamu bohong sama ayah. Kelihatan dari mata kamu sayang. Bunda pasti yang ngelarang kamu?" tebak ayah

"Ng-gak yah Dania emang tiba-tiba males aja buat pergi," bohong Dania, sebenarnya ia ingin sekali pergi bersama sahabatnya

"Ayo ikut ayah." Ayahnya memegang dan menarik tangan Dania mengikuti arah dirinya

Ternyata tak lain tak bukan adalah tempat dimana bundanya sedang duduk seperti posisi awal dengan memegang majalah yang ada di tangannya.

Langkah ayahnya terhenti, "Kamu mau sampai kapan seperti ini Elisa?"

Elisa menutup majalah dan menaruhnya dengan sedikit di banting, "Aku rasa gak perlu aku jelasin lagi sama kamu mas."

Suaminya itu hanya bisa menghela nafas, "Hfttt.... Bisa kan kamu sedikit lebih perhatian sama Dania. Dia itu anak kamu juga."

"Kamu di pelet apa sih mas sampe kamu belain dia terus. Dia itu cuman ANAK PUNGUT!!! Kamu malah lebih membela dia dibandingkan istri kamu sendiri!!" geram Elisa melihat tingkah suaminya yang selalu membela anak pungut itu

Aryo melayangkan sebuah tamparan keras di pipi kanan istrinya itu. Dania yang melihat kaget dengan kejadian yang baru terjadi, "Jaga ucapan kamu ya Elisa!"

"Kamu nampar aku mas?" lirih Elisa

"Bahagia kamu ya sudah merusak keluarga saya?!" bentak Elisa sambil menatap Dania. Dania hanya bisa menunduk berdoa agar masalah ini cepat selesai

"Kamu jangan salahin Dania. Dia nggak salah yang salah itu kamu karena nggak bisa jadi ibu yang baik buat Dania," bela Aryo saat melihat istrinya itu sudah benar-benar di puncak emosinya

DaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang