Bagian 2

78 17 0
                                    

Pagi ini cuaca sangat tidak mendukung. Dania membuka gorden dan melihat air mata milik awan jatuh dengan derasnya. Pagi yang sangat dingin membuat dia malas gerak. Dia masuk ke kamar mandi dengan langkah kaki malas.

Beberapa menit kemudian Dania keluar dengan seragam putih lengkap yang sudah membalut tubuhnya yang tinggi dan kurus. Memakai sedikit lip balm agar menjaga kelembapan pada bibirnya yang mungil. Ia menuruni anak tangga dan langsung menuju meja makan yang sudah terlihat ayah, bunda, dan adiknya yang bernama Reno Alvin Antonio. Reno berbeda satu tahun dengan dirinya. Kenapa Dania dan Reno berbeda satu tahun? Karena Dania bukanlah kakak kandung dari Reno.

"Pagi semuanya." sapa Dania menuruni anak tangga terakhir

"Pagi sayang, ayo sini sarapan bareng kita." ajak ayahnya, namun Dania langsung melihat ke arah bundanya yang mood nya sudah hilang

"Emm, Dania langsung berangkat duluan aja yah, takut telat. Nanti Dania sarapannya di kantin aja." Ucap Dania sopan

"Kamu beneran sayang?" tanya ayahnya

"Iya ayah, ayah gak perlu khawatir." jawab Dania "Dania berangkat ya yah. " Dania mencium pungung tangan ayahnya

"Iya sayang hati-hati ya."

"Bunda Dania berangkat dulu ya." Dania hendak mencium punggung tangan bundanya, namun bundanya acuh

"Elisa itu Dania ingin mencium tanganmu!" kata Aryo sedikit membentak

"Kau membentakku gara-gara anak ini? Kau keterlaluan mas." bundanya pergi menuju lantai atas meninggalkan meja makan yang sudah membuat moodnya hilang

"Ada apa sih ini sebenarnya?" tanya Reno

"Tidak ada apa-apa, ya sudah kalian berangkat sekolah sekarang." kata ayahnya

"Ya sudah yah Reno berangkat ya."

"Dania juga berangkat ya yah." Dania pergi menunggalkan ayahnya sendirian

                              ✳✳✳✴
Sekarang Dania sudah berada di kelasnya. Sunyi dan sepi itulah keadaan kelasnya sekarang. Dia melihat benda yang melingkar di pergelangan tangannya yang menunjukkan jam 06.35 WIB. Memang masih terlalu pagi untuk anak-anak lain, karena Dania ingin menangis sejadi-jadinya di dalam kelas ini. Entah kenapa semangat untuk hidup hilang begitu saja.

Matanya terlihat sembap,membuat dia bingung bagaimana caranya agar semua orang tidak mengetahuinya bahwa dirinya telah menangis. Dania menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangan yang ia lipat di atas meja.

"Anjir, pagi-pagi udah dateng aja. Tumben lo jam segini udah di sekolah. Biasanya jam tujuh baru sampe." ucap seseorang yang Dania sudah tau siapa pemilik suara itu

"Woy, bangun gue udah dateng nih." ucap orang itu lagi. Dia Alesya, satu-satunya temen yang udah di percaya oleh Dania, tetapi tak semua masalah yang Dania punya Dania ceritakan ke Alesya.

"Apaan sih sya, gue ngantuk gak usah ganggu gue." kesel Dania

"Yaelah santai aja kali buk. Lo pr mtk udh? Gue liat sih kalo lo udah."

"Udah."

"Liat sih Dan, gue belom lima soal lagi."

"Ambil aja di tas gue." Dania mengangkat kepalanya dan berdiri hendak beranjak pergi

"Mau kemana lo?" tanya Lesya

"Mau ke kamar mandi mau cuci muka." kata Dania dengan langkahnya yang terburu-buru

Dania keluar dari kelas menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya, ia memperhatikan dirinya di kaca. Betapa kusutnya muka dia dengan matanya yang sembap akibat nangis semalaman.

DaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang