Satu minggu kemudian....
Hari ini Dania benar-benar sial. Sekali dalam seumur hidupnya ia baru merasakan yang namanya di hukum akibat ia datang telat. Dania benar-benar dihadapkan dengan tiang yang menjulang tinggi dengan bendera yang berkibar di atasnya membuat Dania harus menghormat selama dua jam pelajaran. Ia terus menjalankan hukumannya sambil diperhatikan oleh seseorang dari kejauhan agar dirinya tidak kabur.
Di tempat lain, seseorang itu masih memperhatikan Dania dari jauh. Melihatnya di hukum membuat dirinya merasa tak tega melakukan ini padanya. Dimas sang ketua OSIS itu duduk sambil memperhatikan Dania dengan pendangan yang enggan pergi dari gadis manis itu.
"Dania," panggil Dimas. Dania membalikan setengah badannya ke arah orang yang memanggil dirinya
"Istirahat dulu," ucap Dimas sambil menghampiri Dania yang masih dengan gaya hormatnya
"Gak usah gue masih kuat. Lagian gue juga gak enak kalo ada anak lain yang lewat liat gue istirahat pas lagi di hukum," ucap Dania kembali pada posisinya semula
"Yaudah." Dimas berdiri di sebelah Dania sambil meletakkan tangannya di ujung alis mengiuti gaya Dania sekarang
"Nah lo ngapain ikut hormat juga?" Tanya Dania bingung
"Ya saya mau temenin kamu. Masa orang yang saya suka di hukum saya nya malah duduk santai-santai," ucap Dimas. Dania hanya kaget mendengar itu walaupun ia sering sekali mendengar pengakuan dari kakak kelasnya itu
"Terserah lo aja deh kak." Dania kembali fokus pada hukumannya walaupun jantungnya benar-benar tak bisa di kontrol
Bel berbunyi satu kali, menandakan satu jam pelajaran sudah habis. Dania tetap pada posisi yang sama dengan Dimas yang masih setia disampingnya. Dania mulai merasakan tubuhnya sudah tidak kuat, dikarenakan pagi ini ia tidak sarapan. Dania tetap menahannya, ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan kakak kelasnya ini yang selalu membawa dirinya ke UKS setiap ia pingsan. Dimas yang melihat gelagat aneh dari Dania, Dimas langsung terlihat khawatir.
"Dania kamu kenapa?" Tanya Dimas sambil memegang kedua pundak Dania
"Gue nggak papa kak," Jawab Dania
"Tapi bibir kamu pucet banget. Kamu sakit?" Tanya Dimas khawatir
"Gpp. Gue baik-baik aja, udah gak usah khawatirin gue."
"Kalau kamu tiba-tiba pusing atau apa bilang sama saya ya. Saya takut kamu pingsan lagi,"
"Iya,"
Kepala Dania benar-benar rasanya ingin pecah. Sinar matahari semakin terik yang membuat kepala Dania benar-benar tak bisa menahan lagi rasa pusing di kepalanya. Tubuhnya ambruk tak sadarkan diri, membuat laki-laki yang berada di sebelahnya langsung menggendong ala bridal style menuju ke UKS.
Sesampainya di UKS ternyata tidak ada yang berjaga. Dimas benar-benar panik dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Dimas mencoba mencari minyak angin yang akan ia gunakan untuk membangunkan Dania. Setelah mecari-cari akhirnya ia menemukan benda yang ia butuhkan dan segera ia berikan pada tubuh Dania yang masih terbaring. Dimas membuka minyak angin dan ia letakkan sedikit jauh dari hidung Dania. Tak lama kemudian Dania membuka matanya perlahan dan melihat sekelilingnya yang sudah serba putih.
"Gue dimana?" Tanya Dania
"Kamu di UKS. Kamu kenapa bisa pingsan Dania? Kamu belum sarapan?" Tanya Dania khawatir
"Tadi gue buru-buru jadi gak sempet buat sarapan," ucap Dania
"Kamu gak boleh kayak gitu. Gimana pun juga kamu harus tetap sarapan." Nasehat Dimas

KAMU SEDANG MEMBACA
Dania
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!!] "Buang bunga itu jauh-jauh gue gak mau liat bunga itu lagi!" pekik gadis itu sambil menunjuk-nunjuk arah lain "Tapi bukannya kamu suka bunga ini?" tanya lelaki itu yang memegang lima tangkai bunga dandelion yang ia p...