06-Mid Semester

1.3K 121 0
                                    

Pertengahan semester adalah masa-masa lelah dan penuh keluhan, karena semangat para siswa telah luntur. Sehingga para pembina asrama di KMS selalu mengadakan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh siswa di dalam KMS.

Banyak kegiatan yang diselenggarakan, kegiatan ini tidak memandang gender, alpha, beta, omega semua sama. Namun mereka dibagi sesuai tingkat. Tingkat satu, dua, dan tiga melakukan kegiatan yang berbeda. Tetapi ada beberapa waktu dimana seluruh siswa KMS baik tingkat satu, dua, tiga, alpha, beta, omega, laki-laki, dan perempuan melakukan kegiatan bersama-sama.

Kegiatan ini berlangsung selama satu bulan penuh. Minggu pertama diisi dengan perlombaan antar asrama, yaitu lomba hias asrama. Lomba ini bertujuan untuk membangun rasa empati antar penghuni asrama, mengajarkan gotong royong, dan kekeluargaan yang di realisasikan dengan cara berdiskusi antar tingkat.

Dalam lomba hias asrama, Arthit sebagai ketua pengurus asrama Omega telah menegaskan bahwa selama kegiatan tengah semester ini berlangsung, mereka para omega di dalam asrama adalah sama, baik tingkat satu, dua, maupun tingkat tiga semua berkedudukan setara, baik calon ratu ataupun hanya anak dari pejabat rendah. Arthit berharap, semua orang di dalam asrama bisa bekerjasama dengan baik tanpa pertikaian yang berarti.

Lomba ini dilaksanakan dalam kurun waktu satu minggu penuh, semua asrama sangat sibuk membenahi asrama mereka masing-masing. Tak terkecuali Nanon, kini ia bertugas bersama Arthit dari tingkat tiga dan Namtan dari tingkat dua untuk berbelanja ke pasar yang berada lima kilometer dari kawasan Kauriyakul.

Setelah mendapat izin dari para pembina, mereka bertiga pergi ke pasar dan berpencar berbelanja kebutuhan untuk menghias asrama mereka dengan tema yang telah ditentukan sesuai musyawarah malam tadi.

"Kak Arthit, emang gapapa kita belanja ke pasar? Bertiga doang? Kita gak punya perlindungan apapun," tanya Nanon khawatir. Pasalnya, Arthit adalah satu-satunya yang telah mengalami heat-nya di antara Nanon dan juga Namtan. Itu artinya feromon Arthit sudah bisa tercium oleh alpha dan bisa berdampak hal yang bisa saja tidak diinginkan.

Namtan tersenyum, "Selama kita pake atribut KMS, gak akan ada yang berani jahatin kita karena kekuatan Direktur gak main-main disini," jelas Namtan menenangkan adik kelasnya.

Jujur saja, Nanon sedikit terkena serangan panik. Selain ke KMS, ia tidak pernah bepergian jauh karena ayahnya melarang pergi kemanapun tanpa perlindungan, termasuk sang kakak. Semua keluarga dan seisi kerajaan begitu memanjakan Nanon semenjak masih kecil. Jadi Nanon begitu takut ketika berdiri di depan pasar yang lumayan besar tersebut.

Nanon hampir saja menangis ketika Arthit dan Namtan hendak menariknya masuk ke dalam, "Kak, aku takut..." akhirnya Nanon mengakui.

Dan akhirnya Arthit mengajak Nanon untuk mengunjungi kedai susu yang terletak tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Namtan pergi memesan tiga gelas susu beserta donat kacang hijau kesukaan Arthit dan beberapa makanan mengandung cokelat untuk Nanon dan dirinya sendiri.

"Calon ratu gak boleh takut, lo tau? Yang mulia ratu Natta selalu ngajarin ke kita kalo calon ratu harus bisa masuk pasar, bisa nyemplung ke kali, bisa kotor-kotoran di sawah, bahkan harus bisa manah rusa di hutan," Arthit dan Namtan memandang Nanon sendu, kerajaan ayah Arthit dan Namtan bertetanggaan dengan kerajaan ayah Nanon, jadi mereka berdua sedikit mengerti tentang adik kelasnya itu.

"Lo tau maksudnya, calon ratu?" Namtan, adik dari Arthit itu tersenyum lembut mengusap-usap bahu Nanon yang menggeleng, "Artinya, seorang ratu harus bisa berbaur sama siapa aja, ratu harus bisa jadi siapa aja dan bisa memposisikan dirinya sendiri sama siapa dia ngomong,"

"Kalo dia ngobrol sama staff kerajaan, dia harus tau dan paham tentang politik, kalo dia ngobrol sama nelayan, dia harus paham gimana caranya nangkep dan jual ikan, kalo dia ngobrol sama prajurit, dia harus paham gimana caranya pake busur sama pedang. Sekarang minum susunya biar tenang," ujar Arthit, Nanon memgikuti arahan kakak tingkatnya dengan menenggak gelas susunya sekaligus habis, kedua kakak tingkat Nanon menggeleng lembut dan terkekeh.

Sementara Nanon tersenyum canggung, ia terlalu gugup sehingga melupakan tata krama-nya.

Arthit menarik napas dalam, "Udah mendingan? Kalo lo masih belum berani masuk pasar, gue bisa pergi sendiri," tawar Arthit, Nanon menggeleng, "Maaf kak Arthit, kak Nam, aku tunggu di sini aja, kalian bisa masuk ke dalem, aku sendirian gapapa," Nanon menunduk.

Kakak beradik itu bersitatap, kemudian memandang Nanon yang memainkan jemarinya, "Gue masuk aja sendiri, kalian disini aja. Namtan biar jagain lo, tenang aja," ucap Arthit, "Gue pergi, satu jam lagi gue balik," pamitnya lalu pergi.

Omega kelas tujuh sekolah menengah itu menatap punggung anggun kakak kelasnya. Arthit adalah anak pertama dari tiga bersaudara, adiknya adalah Namtan yang juga bergender omega dan ada satu lelaki alpha yang akan meneruskan tahta kerajaan sang ayah.

Nanon tahu, Nanon juga iri, ia mengenal Namtan dan Arthit bukan satu atau dua kali, sebelum Arthit dan Namtan pergi ke asrama itu, keluarganya dan keluarga Arthit sering melakukan jamuan untuk mempererat tali persahabatan. Dan alasan Nanon iri pada Arthit dan Namtan adalah didikan dari orang tuanya yang terkesan tidak memaksa dan cenderung memberi kebebasan anak-anaknya untuk membuat keputusan terhadap tubuh mereka sendiri.

Dan hasilnya? Arthit kini mampu menjadi pemimpin asrama omega dan tak pernah ada kekacauan berarti dan selisih paham yang begitu serius dengan para pembina seeperti tahun-tahun sebelumnya. Arthit melakukan tugasnya sebagai calon ratu dengan begitu baik. Pangeran manapun sebagai calon raja akan sangat beruntung jika Arthit mengambil keputusan untuk melayani mereka.

Dan pangeran yang beruntung itu adalah pangeran dari kerajaan Flamboyan. Pangeran Kongpob, pangeran mahkota kerajaan itu adalah kakak tingkat Arthit yang kini telah lulus, ia menjadi mate Arthit. Mereka mengetahui hal itu saat malam perpisahan angkatan Kongpob. Saat itu Arthit di kelas 8 baru saja selesai menjalani heat pertamanya. Dan merasakan ikatan yang kuat terhadap Kongpob saat malam keakraban, begitu juga sebaliknya.

"...lo tau? Pangeran Kongpob itu pangeran idaman!" Seru Namtan setelah berkisah tentang bagaimana sang kakak bertemu mate-nya.

Nanon menggeleng, "Mungkin karena kerajaan Flamboyan itu makmur?"

Namun omega yang lebih tua itu menggeleng keras, "Nope! Karena... lo tau sendiri sifat kak Arthit yang anggun, tegas, tenang banget," Nanon mengangguk menyetujui ucapan kakak tingkatnya, "Jadi mate dari pangeran Kongpob yang dia juga berwibawa banget, ngehargain omega tanpa mandang bulu, sayang sama keluarganya, sopan banget, pasti mereka serasi banget! Kepribadian mereka klop!"

"Siapa yang ajarin lo gibahin orang? Apalagi pangeran mahkota?"

Namtan mematung, ia hapal betul suara lembut namun tegas yang berasal dari belakangnya, ia menoleh kaku, "Se-selamat siang, pangeran," Kemudian Nanon memgikuti Namtan memberikan salam khas kerajaan, "selamat siang,"

Pangeran itu mengangguk, ia menatap Namtan tajam, di belakang pangeran itu ada Arthit yang tersenyum jahil, namun tidak menghilangkan kesan anggunnya. Tatapan itu begitu mempesona hingga bahkan Nanom juga merasakan aura pangeran dari Kongpob.

"Pa-pangeran Kongpob disini? Hehe, maafin saya pangeran, saya cuma nyeritain...aduh! Sakit tau! Jangan kasar-kasar, ih!" Protes Namtan karena ia tiba-tiba direngkuh dan di dekap kasar oleh Kongpob, "Gue abang lo, ya! Formal amat sama gue," dumel Kongpob seraya melepaskan dirinya dari Namtan.

Kongpob membenahi pakaiannya yang sedikit kusut, "Gue lagi jalan-jalan di sekitar sini, keterlaluan banget sih kalian biarin mate gue jalan sendirian..."

"Pangeran..." cegah Arthit, "Udah...gak usah di bahas, saya juga gapapa, kok!" Pinta Arthit lembut. Namun Kongpob menggeleng keras, merajuk, "Gak, My prince..."

Hah?! Gue gak salah denger sama liat, kan?-batin Nanon tidak percaya dengan apa yang ia lihat dengan matanya sendiri. Pangeran Kongpob begitu manja pada Arthit, Nanon agak merinding sendiri mendengarnya.







Bersambung

Fall In Denial (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang