"Bayi ini akan bernama Ram"
Ohm tersenyum pahit, ia tak menyangka jika ia menjadi seorang ayah di usianya yang ke 16 tahun, bahkan ini terlalu muda jika ia harus menikah.
Bayi berkulit putih itu menggeliat lucu di gendongannya, terlelap nyaman setelah Nanon menyusuinya.
"Ohm, dia ganteng ya? Kaya lo," ucap Nanon sendu menatap putranya yang sedang dipangku Ohm.
Sang Alpha tersenyum, "Senyumnya manis kaya lo,"
Tak jauh dengan Ohm, Nanon sebagai orang yang melahirkannya juga bahagia melihat putranya, tak disangka ia dapat melhirkan tanpa operasi dengan selamat, "Seandainya Ram emang ditakdirin buat sama kita selamanya..."
"Nanon..."
Ibu si bayi menerawang, "Pasti kita bakal bahagia banget gak sih? Kita bakal ngeliat dia tumbuh dan main sama temen-temennya, ketawa, terus nangis pas kita masukin ke asrama," racau Nanon dengan air mata yang jatuh tanpa izin, "Tapi kita bisa apa?"
Ohm beranjak dari sofanya dan hati-hati menaruh Ram di sisi Nanon "Non, lo jangan gitu..."
Namun sang omega menggeleng keras, "Nggak tau satu hari atau satu minggu lagi, kita bakalan pisah sama Ram, Ohm... Ram bukan anak kita..."
"...dia ada karena kesalahan gue, salah gue karena masuk hutan itu, kalo gue tau akibatnya, mungkin Ram gak bakal dateng dan pergi secepet ini, kan?" Nanon menatap Ohm dengan mata berkaca, "Kita juga bukan mate..."
"Nanon..."
Tok tok tok
"Ini aku, peramal Jen"
Nanon mengusap air matanya, "Bukain pintunya, Ohm, gue minta tolong,"
Dengan berat hati, bersamaan dengan firasat yang memburuk diantara keduanya, Ohm membukakan pintu untuk sang peramal yang langsung masuk ke dalam kamar Nanon.
Peramal Jen menengok Ram, ia tersenyum, "Tampan, seperti ayahnya," ujar peramal Jen, "Dan senyumnya seperti ibu yang melahirkan dia"
Ohm dan Nanon tersenyum kecut, peramal Jen berdeham, "Kalian bisa mulai perjalanan ke Himalaya lusa, bawa baju hangat karena di sana dingin," Pesan peramal Jen.
***
Perjalanan ke puncak Himalaya bukanlah perjalanan yang mudah, Ohm dan Nanon membawa banyak perbekalan untuk bayi kecil mereka. Medan yang terjal membuat Nanon harus berhenti berkali-kali, namun itu tak menyurutkan semangat mereka demi menjalankan titah sang peramal.
Ini untuk kebaikan Ram juga, jika ia terus hidup di dunia, maka ia akan membawa kutukan kedua orang tuanya sampai mati. Ram tidak akan diakui sebagai keturunan dari kerajaan manapun, kastanya akan lebih rendah daripada budak. Orang tua mereka juga bukan sepasang mate, pernikahan mereka tidak di restui.
Maka dari itu, Ohm dan Nanon bersepakat untuk melanjutkan perjalanan mereka ke puncak Himalaya yang dingin itu, tanpa kendaraan apapun.
Mereka akhirnya tiba di puncak Himalaya setelah beberapa hari menginap di berbagai tempat, dua orang remaja itu bertemu dengan seorang wanita cantik yang kulitnya bersinar terang, rambutnya hitam legam tergerai panjang dan indah.
"Prince alpha Ohm dan prince omega Nanon?" Ohm dan Nanon mengangguk kaku, mereka mengagumi kecantikan rupa dari sosok tersebut.
"Aku moon, orang-orang biasa memanggilku Dewi Bulan," Kemudian, Ohm dan Nanon berlutut di hadapan dewi Bulan, dengan Ram di gendongan Nanon.
Ohm mulai berbicara, "Maafkan kami ingin bertemu denganmu, aku tahu pasti kau sudah mengetahui cerita kutukan kami, dan kami datang untuk menebus kesalahan kami,"
"Berdiri," titah sang dewi.
Bayi Ram mengerjap lucu, ia seperti tidak merasa kedinginan sama sekali, bahkan sesekali tertawa.
"Berikan bayi itu padaku, ini persembahan kalian, kan?"
Nanon menghela napas berat, ia menatap Ram lama untuk terakhir kalinya. Sebagai seorang ibu yang memiliki ikatan batin dengan anaknya, Nanon sungguh berat melepas Ram. Namun apa daya, ia harus melepasnya. Sejak awal Nanon sadar jika Ram bukanlah miliknya.
Dewi Bulan tersenyum menerima bayi Ram, tak lama bayi Ram bersinar, sangat terang sampai-sampai kedua orang tuanya harus menutup matanya sampai sinarnya hilang. Dan bayi Ram menghilang bersamaan dengan sinar yang meredup.
"Ram...anakku!" Nanon bersimpuh, kakinya tak memiliki tenaga lagi sebagai tumpuan tubuhnya, Ohm berjongkok memeluk Nanon.
Dewi bulan yang menyaksikan itu tentu sedih, namun ia sudah memiliki ikatan sumpah dengan dewi bumi tentang hutan terlarang tersebut.
"Kalian orang pertama yang mampu bertemu denganku setelah kutukan aku berikan kepada kalian," ucap sang dewi, "Tenanglah, pangeran. Ini adalah ujian kalian berdua, dan kalian lolos"
Nanon dan Ohm mendongak, "M-maksudnya?"
Dewi bulan tersenyum manis "Memasuki kawasan terkutuk adalah kesalahan, tetapi ketulusan hati kalian untuk meminta maafku dan persembahan kepada dewi bumi, itu yang membuatku luluh. Banyak remaja seusia kalian yang masuk ke kawasan kutukanku demi ambisi untuk mematahkan mitos, dan tidak bisa mematahkan kutukanku lalu mereka terkutuk selamanya. Namun kalian berhasil, aku senang dengan usaha kalian!"
Nanon dan Ohm masih mencerna ucapan sang dewi, "Ja-jadi anakku itu cuma buat ujian?"
Dewi bulan terkekeh manis, "Tentu tidak, Ram akan kembali kepada kalian pada waktu yang tepat. Dan akan aku ubah takdir kalian menjadi sepasang mate yang di restui oleh alam semesta,"
Kedua remaja itu bersimpuh, tubuh mereka lemah, tenaganya telah terkuras habis, menangis di depan sang dewi, "Terima kasih, dewi!" Ujar Nanon bersujud di kaki dewi Bulan.
"Sama-sama, bangunlah,"
"Di balik hadiahku, ada satu ujian lagi untuk Ohm, Nanon sudah berjuang lebih banyak sebelumnya, dan kini Ohm yang harus berjuang lebih banyak. Ini bukan tentang siapa yang berjuang lebih banyak, tetapi ini ujian cinta kalian, jika kalian lolos lagi, anugerah seluruh dewa dan dewi tercurahkan pada kalian,"
Dewi bulan melangkah lebih dekat ke arah Nanon dan memegang pucuk kepalanya, "Setelah ini, Nanon akan hilang ingatan, semua cerita tentang Ram dan Himalaya, serta kutukan di hutan itu tak akan teringat oleh Nanon. Setelah ini dewa waktu akan memberikan Nanon dan orang-orang yang berada di sekitar Nanon ingatan yang lain. Tahun akan terus berjalan, tetapi hanya Ohm yang mengingat peristiwa ini. Setelah ini, semua orang akan mengingat jika prince alpha Ohm Pawat dan Prince omega Nanon Korapat adalah sepasang mate yang telah bertunangan,"
WUSH.....
KRRIIIIIING
"NANON! BANGUN! UDAH JAM LIMA!"
"HAH?!"
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Denial (OhmNanon)
Teen FictionSudah menjadi rahasia umum sejak buku harian Nanon yang tidak sengaja tertinggal di dalam kelas, dan ditemukan oleh teman satu kelasnya. Nanon menyukai sang ketua kelas-Ohm Pawat Memendam rasa hampir tiga tahun, bagaimana selanjutnya? Berhenti atau...