19-Missing Memory

740 86 9
                                    

Kediaman pak Singto malam ini hanya terdengar nyanyian pengantar tidur dari bilah merona omega tertua di sana. Pak Krist dan sang alpha sedang menimang putrinya, princess Kraisee sedang rewel karena demam.

Sementara itu Ohm sudah berdiri di depan pintu berwarna coklat gelap sejak lima belas menit yang lalu, detak jantungnya begitu berisik karena di balik pintu tersebut ada tunangannya yang tengah menunggu dengan takut.

Tarik napas, buang, tarik napas lagi, buang lagi, ulangi lagi. Ohm sudah melakukan hal tersebut selama sepuluh menit. Namun dirinya belum tenang juga.

"Alpha, calm down (tenang) lo bukan mau malem pertama " gumam Ohm pada dirinya sendiri.

Ceklek

Ohm terperenjat, tak hanya sendiri, sang omega yang membuka pintu dari dalam pun juga berjengit kaget dan menjatuhkan botol minumnya.

"Err...pangeran," Nanon menunduk canggung, "Baru dateng?"

Tenang, lo harus nenangin Nanon malem ini

Ohm menggeleng pelan seraya tersenyum lembut, "Aku-eh, saya baru nyampe," Jawab alpha itu sedikit tenang, "Boleh masuk?" Alpha muda itu meremas tali tas nya, ia sangat gugup sekarang.

Omega manis di depannya mengangguk dan minggir memberikan jalan untuk Ohm, "Silahkan, saya mau ambil air dulu, kamu mau minum juga?" Mendengar dari cara bicara Nanon yang terbata, Ohm sangat yakin jika omeganya tengah menahan rasa gugup yang sama seperti sekarang.

"Gak perlu, saya udah bawa air dari asrama,"

Nanon tersenyum kaku, sekaku gerakan kepalanya yang mengangguk "o-okey, saya ke dapur dulu,"

Di sisi lain, pak Singto tengah menimang putri Kraisee sudah terlelap nyaman di pundaknya, menggantikan omeganya yang tengah menyimpan susu botol yang sudah tandas oleh putri kecil mereka, pak Singto tersenyum mengamati tingkah malu-malu dari dua siswanya, "Dasar anak muda," kekehnya.

"Emang alphaku ini udah tua?" Tanya pak Krist yang baru kembali dari dapur, "Sini Kraisee biar sama aku,"

Pak Singto mendekatkan wajahnya pada sang omega, memindahkan Kraisee sambil mencuri satu kecupan pipi yang membuat sang omega mendelik, "Alpha!" Bisik pak Krist.

Alphanya tersenyum manis, "Jangan bilang aku tua, bahkan Kraisee masih bisa punya adek alpha setahun lagi,"

Sudahi ucapan menggodamu wahai pak Singto, omegamu memerah wajahnya, "Udahlah, manis banget mulut kamu! Aku mau taro Kraisee dulu,"

"Di kamarnya?"

"Ya iya, lah! Mau di mana?"

Pak Singto tersenyum cerah, pak Krist yang melihat itu mengerutkan keningnya, "Apa?!" Sentaknya dalam suara lirih, tak mau membangunkan putri kesayangan mereka, "Kamu kan mau buktiin kalo kamu masih bisa ngasih adek ke Kra...eh?!"

Langkah keduanya menuju kamar Kraisee terhenti, Krist menjadi panik, sementara Singto tersenyum cerah, "Okey, jangan lama-lama, sayang!"

Guru omega yang baru berusia tiga puluh tahun itu tersenyum pasrah, merutuki mulutnya sendiri yang tidak bisa dikontrol.

***

Nanon masuk ke dalam kamar dengan canggung, Ohm tengah duduk di lantai meleseh menghadap jendela yang panjangnya menyentuh lantai, memandangi langit malam yang sedang cerah dan bintang sedang asyik bersinar terang.

Alpha di dalam kamar itu menoleh, ia menyadari suara pintu yang terbuka lalu tertutup, Ohm tersenyum, "Duduk sini sebelah saya, langitnya lagi indah banget," Pinta Ohm seraya menepuk kecil lantai di sebelahnya, Nanon mengangguk lalu bergbung dengan sang alpha, "Pak Krist bilang kalo besok kita libur dulu, pak Singto udah bikin surat izinnya," tutur Nanon setelah menyamankan duduknya di sebelah sang alpha.

Fall In Denial (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang