08

293 49 7
                                    

Continues

Yohan meraih jaket denim, kunci motor, serta handphone-nya. Hari ini hari libur, dan itu membuat Yohan sedikit jenuh karena sudah dua hari dia tidak keluar rumah.

Ia menuruni tangga dengan gerakan cepat, menuju pintu samping untuk sampai digarasi.

Matanya dapat melihat Mark dan sang papa sedang tertawa sambil mencuci mobil bersama. Hal yang tidak pernah Yohan lakukan dengan papanya.

Mengabaikan interaksi keduanya, Yohan menyalakn motornya, menimbulkan suara yang cukup bising dan bisa menbuat fokus Mark dan Heechul beralih pada Yohan.

"Mau kemana kamu?" tanya Heechul. "Pergi," jawab Yohan sebelum mengenakan helm. "Ya kemana?" balas Heechul. "Gak penting."

Yohan meng-gas motornya keluar dari bagasi rumah, kecepatan motornya bisa tergolong menjemput maut, tapi Yohan sudah terbiasa dengan kecepatan itu.

Melewati jalanan yang sudah jarang ia lewati, masih ramai seperti terakhir kali Yohan melalui jalanan ini. Udaranya pun sejuk, karena sekarang masih pukul 7 pagi.

Yohan melepas helm dan turun dari motornya saat sudah sampai di tujuannya. Ia melihat sekeliling dan bertemu pandang dengan seseorang yang ia kenal sejak duduk di bangku sekolah dasar.

"Ehh astaga Yohan, udah lama loh kamu gak ke sini..." Yohan tersenyum, menyalim wanita paruh baya itu. "Bunga yang biasanya dong bu, yang paling wangi ya," ujar Yohan.

Selayaknya orang yang sudah saling kenal bertahun-tahun, wanita itu langsung mengambilkan sebuket bunga lilac yang hampir ada di tangan Yohan setiap tahunnya.

Namun dua tahun terakhir, Yohan tidak memegangnya. "Nih, kesukaannya mama kan?" Yohan mengangguk seraya menerima buket bunga tersebut.

"Yohan ketemu mama dulu ya bu," ujar Yohan. Yohan pun berjalan dengan kedua kakinya, lamban, jantungnya berdegub kencang sekarang, mungkin karena sudah lama tidak pergi ke sini.

Kini matanya tertuju pada satu batu nisan yang tak jauh darinya, semakin dekat, dan sekarang sudah sampai di hadapan batu nisan tersebut.

Yohan berjongkok, tangan kanannya membersihkan batu nisan yang nampak usang. Dengan senyuman getir, Yohan menunduk, menarik nafas dalam, dan baru berani menatap ukiran nama itu lagi.

"Hai ma... maaf Yohan baru dateng lagi sekarang, tapi liat deh, Yohan bawa bunga kesukaan mama, bagus kan? Bu Ria loh yang ngasih buat Yohan," ujarnya.

Helaan nafas kembali keluar, menatap langit-langit ciptaan Tuhan yang sangat indah dan sudah cukup membuat Yohan nerasa bersyukur setiap harinya.

"Ma... inget sama sahabat Yohan? Yang pergi ninggalin Yohan satu tahun setelah mama pergi.."

"Aku pikir, dia pengen ketemu sama mama, mungkin kangen. Tapi ternyata enggak ma... dia masih ada," tambahnya.

"Terus aku harus gimana? Dia sekarang makin manis, lucu, baik, cantik..." tanpa disadari, air mata sudah terkumpul dengan baik di ujung mata Yohan.

"Tapi... dia lupa sama aku..." Yohan masih tetap berusaha mempertahankan senyumannya, dia tidak mau terlihat sedih di hadapan mamanya, agar sang mama tidak khawatir di sana.

[✔️] Limerence || Yohan - YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang