00

1.6K 87 0
                                    

Hai guyss!!
Aku mau kasih tau di awal soal beberapa tanda di bawah ini:
> ••• : ganti hari
> ~~~ : cuman sela beberapa jam & menit/di jam yang sama tapi berbeda tempat/latar.
> — : pas kejadian di masa lalu teringat kembali lagi

Oke guyss!!! Happy reading!! Hope you all enjoy my story~~
——————————————————————

Prolog

Yena menguncir asal rambutnya, tak peduli ada yang keluar sana-sini, yang penting sekarang dia sudah telat di hari pertama sekolahnya.

Ia berlari sambil mengenakan sepatunya asal, "Tunggu Bang astaga!" seru Yena pada abangnya. Byungchan.

"Kebo sih jadi manusia, telat lagi kan?" sahut Byungchan yang sudah siap di atas motornya. Yena memukul helm Byungchan saat sudah sampai.

"Aduh! Ngapain mukul sih!?" protes Byungchan, "Udah ah kelamaan, buru jalan!" perintah Yena seraya naik ke atas motor sport milik Byungchan.

"Pegangan, kalo ngejungkang ke belakang entar Abang yang disalahin Mama," ujar Byungchan. Yena langsung memeluk perut Byungchan. "Jalan!"

Dengan cepat Byungchan men-gas motornya, melaju cepat membelah jalanan padat kota Jakarta.
~~~
Yena berlari sekuat tenaga sampai tali tas ranselnya jatuh-jatuh ke lengannya, mulutnya pun masih menggigit roti tawar.

Ia berusaha menemukan ruang guru secepatnya, dan beruntung ruang guru terletak dekat pintu utama sekolah.

Ia berhenti sejenak di depan pintu, merapihkan rambutnya walau tetap saja terlihat berantakan. Mengatur napasnya, lalu berusaha menunjukan ekspresi terbaik.

"Misi..." gumamnya pelan, tak ada guru yang menoleh karena semuanya terlihat sedang sibuk.

Sampai ada satu guru yang merespon, "Eh.. murid baru?" tanyanya, Yena mengangguk sambil tersenyum.

Yena berjalan mendekat, menunggu guru di hadapannya bersuara. "Emm... kamu, Choi Yena?" Yena mengangguk lagi.

"Kamu datang agak telat ya.." kata guru itu sambil sedikit tertawa. "Oke... ikuti saya, biar saya antar ke kelas mu.. kebetulan saya wali kelasmu.." ujarnya sambil berdiri dan berjalan ke luar ruang guru.

Yena mengekori guru itu, di sepanjang perjalanan ia tak bisa diam. Dia terus menoleh ke sana-sini melihat seberapa megah gedung sekolahnya yang baru.

Ngomong-ngomong Yena dipindahkan bukan karena berulah di sekolahnya yang lama, tapi karena dia memang baru saja pindah rumah.

Papanya berpindah tugas ke Jakarta, sebelumnya ia sempat tinggal di banyak kota, bahkan sempat sekali ia tinggal di luar negeri.

"Ini kelasmu..." ujar guru itu seraya membuka pintu kelas. Kelas sedang dalam jam pelajaran saat itu, jadi semuanya hening.

Guru di depan Yena terlihat meminta izin pada guru yang sedang mengajar sebelum memperkenalkan Yena. Dan guru itu memperbolehkan.

Kini Yena berdiri di hadapan semua orang yang sangat asing di matanya, tapi tenang, Yena sudah sering mengalami hal semacam ini.

"Halo semuanya!! Nama aku Choi Yena, pindahan dari Bandung!! Semoga bisa berteman dekat ya!! Makasih!!" guru di sebelah Yena melongo karena dia belum meminta Yena melakukan apa pun.

"Aa.. iya, jadi semuanya, ini ada teman baru, perlakukan dia dengan baik ya.." ujar guru itu yang lalu menyuruh Yena untuk duduk di kursi kedua dari belakang pada barisan ketiga dari pintu keluar.

Yena mengangguk sambil tersenyum, menunggu guru itu keluar. Ia mengedarkan pandangannya, dan berhenti pada satu orang yang duduk di barisan paling depan dekat meja guru.

Orang itu terlihat sangat serius menatap bukunya, malahan sepertinya tadi dia tidak peduli dengan perkenalan diri Yena.

Tapi sungguh, dia sangat tampan. Yena bisa saja tidak duduk kalau bukan karena guru yang mengingatkannya untuk segera duduk.

Pandangan Yena tak terlepas dari orang itu. "Hai! Salam kenal!" sapa orang yang duduk di sebelah Yena.

Yena menoleh lalu tersenyum manis dan membalas jabatan tangan orang itu. "Nama gue Na Jaemin, bisa dipanggil Nana, Jaemin, ganteng, atau sayang juga boleh," Yena tersenyum tak ikhlas setelah mendengar penjelasan orang di sebelahnya.

"Aaa... gue panggil 'kang somay aja gimana?" balas Yena. Jaemin langsung melepas jabatan tangan mereka. "Ganteng gini dibilang 'kang somay..." Yena tertawa kecil. "Bercanda, gue panggil Nana deh.."

Menyudahi obrolannya dengan Jaemin, Yena bukannya memerhatikan guru yang entah sedang menjelaskan bab berapa.

Ia malah memandangi murid yang duduk di paling depan sana, walau hanya bisa melihat punggungnya. Tapi entah kenapa, Yena tetap suka melakukan itu.

"Na..." sang pemilik nama tak merespon, "Nana..." bisik Yena sekali lagi. "Na Jaemin!" bisiknya dengan nada suara sedikit tinggi.

"Hah? Apa?" balas Jaemin terkesiap. "Yang di depan itu... siapa namanya?" Jaemin menyipitkan matanya. "Itu?" ia menunjuk orang yang tepat sehingga Yena mengangguk.

"Oh.. itu Yohan, ranking 1 di angkatan..." jelas Jaemin. Yena ber-oh lalu tersenyum setelahnya. "Kenapa? Suka?" tanga Jaemin. Yena langsung menoleh.

"Apaan!? Engga! Nanya doang, lagian dari tadi tu orang serius banget!" bantah Yena. Jaemin hanya tersenyum sambil tertawa sedikit.

"Wajar kok kalo lo suka, hampir satu sekolah ini juga suka sama dia, tapi dianya gak pernah suka sama siapa-siapa, jangankan suka, ngobrol aja ngirit banget udah kek orang nabung suara," balas Jaemin.

Yena hanya diam mendengar penjelasan Jaemin. Suka? Apanya yang suka? Baru juga pertama kali melihat, kenalan aja belum. Karena Yena yakin, anak itu pasti tidak mendengarkannya tadi.

Ya sudah lah... masa bodo tentang anak itu. Yang penting sekarang Yena sedang merasa senang tanpa alasan. Mood-nya sedang bagus sekarang.

 Mood-nya sedang bagus sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔️] Limerence || Yohan - YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang